Merdeka.com - Bagaimana militer Belanda menghabisi orang-orang yang dicurigai pro republik di sebuah wilayah terpencil, perbatasan antara Sukabumi-Cianjur.
Penulis: Hendi Jo
Kakek tua itu kini terbaring lemah di sebuah kasur usang. Kendati matanya berbicara banyak, namun tak ada sepotong kalimat pun yang terlontar dari mulutnya.
Sudah tiga tahun Atjep Abidien tak bisa kemana-mana. Ingatannya pun banyak berkurang akibat penyakit alzheimer yang diidapnya.
Jika dilihat umurnya, bisa jadi lelaki berusia 98 tahun itu adalah satu-satunya mantan pejuang kemerdekaan yang masih tersisa di Takokak. Itu nama suatu kecamatan di selatan Cianjur yang pada 1947-1949 menjadi tempat pembantaian orang-orang yang dianggap pro republik.
"Tahun 2015, Pak Atjep masih lancar menceritakan soal itu kepada kami," ungkap Helmy Adam, aktivis komunitas sejarah De Brings Tjiandjoer.
Salah satu cerita itu adalah saat Atjep menjadi saksi upaya pembantaian yang dilakukan oleh dua anggota militer Belanda terhadap sekelompok warga sipil. Ceritanya pada suatu hai di tahun 1948, Atjep tengah berjalan di atas pematang sawah. Tak jauh darinya, sebuah truk militer tertutup tiba-tiba berhenti.
Alih-alih menghindar, dia malah langsung bersembunyi di balik semak-semak. Sebagai anggota gerilyawan Republik, keingintahuannya lebih besar dibanding ketakutannya saat melihat kendaraan militer Belanda yang mencurigakan itu.
Benar saja, begitu berhenti di depan hutan Cigunung Putri, tiga prajurit berbaret hijau dengan senjata terkokang, keluar dari truk tersebut. Dua orang bule dan seorang pribumi.
"Saya tahu salah satu dari bule itu adalah algojo Belanda yang terkenal paling bengis. Namanya Werling," kenang lelaki kelahiran tahun 1925 itu.
Werling dan kedua kawannya lantas menurunkan belasan orang berpakaian sipil secara kasar. Mereka terdiri dari remaja dan orang dewasa yang semuanya diikat secara bersambung, membentuk satu barisan ke belakang. Kepasrahan terlihat di wajah-wajah itu. Usai digiring ke dalam hutan, sekira lima belas menit kemudian terdengar rentetan tembakan memecah kesunyian hutan.
"Orang-orang itu memang ditembak mati. Saya tahu, karena setelah situasi aman, saya menemukan mayat-mayat mereka di sebuah tempat bernama Jalan Lima," ungkap Atjep.
Advertisement
Banyak kalangan yang menyebut jika Werling yang disebut Atjep tak lain adalah Kapten R.P.P. Westerling alias De Turco’s (Si Turki), komandan Depot Pasukan Khusus (DST) yang pernah menumpahkan darah di Sulawesi Selatan pada akhir 1946 dan awal 1947. Salah satunya yang meyakini itu adalah Yusup Soepardi, eks anggota Batalyon Kala Hitam Divisi Siliwangi.
"Pasukan Baret Hijau (DST) yang dipimpin Westerling memang pernah bermarkas di Nyalindung (sekira 15 km dari Takokak) pada 1947-1948," ujar eks gerilyawan yang aktif di wilayah Cianjur dan Sukabumi itu.
Yusup sendiri pernah menjadi saksi keganasan Westerling dan anak buahnya di sebuah perkebunan teh bernama Ciwangi, masih dalam wilayah Takokak. Itu terjadi ketika dia bersama empat kawannya diperintahkan komandan mereka untuk mengevakuasi sejumlah jasad orang-orang republik yang dieksekusi tentara Belanda tersebut.
"Kami bergerak diam-diam dari wilayah Sukabumi dengan sebuah truk buatan Jepang, menyusuri 35 km jalan menuju Takokak sejak subuh," kenangnya.
Hari menjelang siang, ketika sang penunjuk jalan meminta sopir untuk menghentikan truk di suatu lokasi kebun teh. Begitu turun dari truk, Yusup masih ingat bau busuk menyengat di sela sejuknya hawa gunung.
Tepat sekitar dua puluh meter dari pinggir jalan, tampak lima mayat lelaki yang sudah membusuk berserakan di dasar parit. Tangan mereka masing-masing terikat dengan luka tembak sebesar buah duku di tengkuk masing-masing.
"Saya pastikan mereka tewas karena tembakan jarak dekat langsung ke mulut," katanya.
Menurut Yusup, orang-orang itu sejatinya bukan berasal dari Takokak. Mereka rata-rata adalah anggota gerilyawan atau warga sipil yang dicurigai pro republik yang sebelumnya ditahan di penjara Van Delden, Sukabumi. Setelah diinterogasi, mereka lantas dibawa ke Takokak, wilayah terpencil yang berbatasan dengan Cianjur di bagian selatan.
"Ibaratnya mereka didatangkan ke Takokak hanya untuk lenyap selama-lamanya dari dunia," ungkap Yusup.
[noe]Bom Belanda Jatuh 3 Meter dari Lokasi Prajurit TNI Salat, Ajaib Tak Meledak
Sekitar 2 Jam yang laluToeti Amir Kartabrata, Pejuang Perempuan di Garis Depan Front Bandung Selatan
Sekitar 3 Jam yang laluDipecat Pasukan Elite, Algojo Belanda Paling Kejam Banting Setir Jadi Tukang Sayur
Sekitar 4 Jam yang laluKapolri Singgung Pengakuan Israel Sangat Berharga dan Sikap Dingin Wapres
Sekitar 1 Hari yang laluKisah Kedekatan Panglima Besar Soedirman dengan Anak Buah
Sekitar 1 Hari yang laluSukarno Ceritakan Detik-Detik Proklamasi Dramatis, Bung Hatta Bilang 'Biasa Saja'
Sekitar 1 Hari yang laluKisah Ajudan Presiden, Incar Gadis Austria Malah Ketemu Noni Belanda Kelahiran Klaten
Sekitar 2 Hari yang laluDikira Serdadu Jepang, Seorang Kadet Akademi Militer Gugur dengan Kepala Terpenggal
Sekitar 2 Hari yang laluTolak Tawaran Hidup Enak Setelah Disiksa Jepang, K'Tut Tantri: Aku Merasa Menang!
Sekitar 3 Hari yang laluSepasang Suami Istri yang Membuat Jenderal Soedirman Terharu dan Menitikkan Air Mata
Sekitar 3 Hari yang laluDiserang Mendadak saat Subuh, Pasukan Akademi Militer Kocar-Kacir
Sekitar 3 Hari yang laluSosok Tentara & Isi Surat yang Berhasil Rayu Panglima Besar Soedirman Turun Gunung
Sekitar 4 Hari yang laluMoestopo: Pejuang Nyentrik dengan Deretan Gelar Terpanjang, Pencetus Tentara Rahasia
Sekitar 4 Hari yang laluKisah Tragis Pejuang Perempuan Indonesia Berhadapan dengan Serdadu Belanda
Sekitar 5 Hari yang laluSegini Besaran Gaji Polisi Sempat Disentil Jokowi soal Hidup Hedon
Sekitar 2 Jam yang laluKisah Bripka Joko 23 Tahun Gali Kubur di Samarinda, Dulu Cari Uang Sekarang Buat Amal
Sekitar 3 Jam yang laluKompolnas Nilai Belum Ada Ketegasan dalam Penindakan Kasus Suap Calon Bintara
Sekitar 14 Jam yang laluPerbedaan Gaji Polisi di Kanada dengan Burundi, Negara Termiskin di Dunia
Sekitar 15 Jam yang laluVIDEO: Mahfud Duga Sambo Tak Akan Dieksekusi Mati, Hukuman Jadi Seumur Hidup
Sekitar 2 Hari yang laluTeddy Minahasa 'Boyong' Ahli Forensik Pernah Bela Eliezer Sebagai Saksi Meringankan
Sekitar 6 Hari yang lalu10 Tas Mewah Istri Para Pejabat Indonesia, Mulai Sambo sampai Rafael Alun
Sekitar 1 Minggu yang laluCEK FAKTA: Ferdy Sambo Berlutut dan Mengemis Minta Ampun ke Bharada E?
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Richard Eliezer Buntut Wawancara TV, Ini Kata Pengacara
Sekitar 1 Minggu yang laluAlasan LPSK Cabut Perlindungan Bharada Richard Eliezer
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Terhadap Bharada Richard Eliezer
Sekitar 1 Minggu yang laluCEK FAKTA: Hoaks Permintaan Terakhir Sambo Satu Sel dengan Putri Sebelum Dihukum Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluTOP NEWS: Harta Miliaran Rafael Terbongkar | LPSK Kecewa Berat Eliezer Langgar Aturan
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan, Bharada E akan Diperlakukan Seperti Ini oleh Polisi
Sekitar 1 Minggu yang laluVIDEO: Duduk Perkara Hingga LPSK Cabut Perlindungan Buntut Eliezer Wawancara di TV
Sekitar 1 Minggu yang laluVaksin IndoVac Sudah Bisa Digunakan Sebagai Booster Kedua Masyarakat 18 Tahun ke Atas
Sekitar 2 Minggu yang laluHoaks, Kemenkes Terbitkan Artikel Pria Tak Vaksinasi Berefek pada Kualitas Sperma
Sekitar 3 Minggu yang laluBRI Liga 1: Arema FC Hadapi Borneo FC Modal Kekompakan Tim
Sekitar 5 Menit yang laluAlwi Slamat dan 5 Pemain Lokal yang Layak Dipertahankan Persebaya di BRI Liga 1 Musim Depan
Sekitar 1 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami