Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Benarkah Oto Iskandar di Nata Dibunuh PKI?

Benarkah Oto Iskandar di Nata Dibunuh PKI? Oto Iskandar di Nata. ©2022 dokumen: Iip D. Yahya

Merdeka.com - Hingga kini, keberadaan pahlawan nasional asal Jawa Barat itu masih gelap gulita. Banyak kalangan menyebut dia telah tewas dibunuh sekelompok orang yang menamakan diri sebagai Laskar Hitam.

Penulis: Hendi Jo

Beberapa waktu lalu, penulis Anab Afifi sempat memunculkan kontroversi terkait menghilangnya tokoh Jawa Barat Oto Iskandar di Nata pada Desember 1945. Dalam bukunya, Ayat-Ayat yang Disembelih, dia mengabarkan jika Laskar Ubel-Ubel Hitam, kelompok yang dituduh menculik sekaligus menghabisi nyawa Oto adalah bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kendati ada benarnya, pendapat itu dianggap sejarawan Iip D.Yahya terlalu terburu-buru dan menyederhanakan masalah. Menurut penulis buku Oto Iskandar di Nata the Untold Stories tersebut, sejatinya penculikan dan pembunuhan Oto memiliki latarbelakang masalah yang sangat kompleks.

"Sepengetahuan saya pun, kelompok yang menculik Oto adalah Laskar Hitam, bukan Laskar Ubel-Ubel Hitam," ujar Iip.

Iip tidak menyangkal jika Laskar Hitam berisi orang-orang yang pernah bergabung dengan PKI dan bahkan terlibat dalam pemberontakan yang dilakukan partai itu pada 1926. Namun menurutnya, bukankah secara resmi PKI sebagai partai politik sudah dibubarkan oleh pemerintah Hindia Belanda beberapa saat usai pemberontakan itu meletus dan gagal.

"Para pengikutnya kemudian banyak dibuang ke Digul (Papua) dan partainya 'tiarap'," ungkap Iip.

Pernyataan Iip sesungguhnya berkelindan dengan penjelasan yang disebutkan Siswoyo dalam otobiografinya, Siswoyo dalam Pusaran Arus Sejarah Kiri: Memoar Anggota Sekretariat CC PKI (disusun oleh Joko Waskito). Menurut salah satu tokoh komunis Indonesia itu, PKI baru kembali mendeklarasikan secara resmi partainya setelah mereka mengadakan Konferensi Nasional pada awal 1947 di Surakarta.

"Kongres IV menghasilkan pengurus baru PKI…(yang secara organisasi) masih menggunakan pola lama seperti digunakan PKI Angkatan 1926," ungkap Siswoyo.

Diculik dan Lehernya Ditusuk Pisau Belati

Desember 1945. Di Jalan Kapas, Jakarta, Oto Iskandar di Nata sedang berbicara serius dengan Sanusi Hardjadinata saat tiba-tiba sekelompok pemuda mendatangi mereka. Tanpa banyak bicara, para pemuda yang tampaknya berasal dari satu kelompok laskar tersebut, lantas menyeret Oto.

Sejak itulah Oto menghilang dari peredaran. Menurut Mujitaba bin Murkam (salah seorang anggota Laskar Hitam yang menjadi satu-satunya pelaku yang diadili pada 16 Agustus 1958), para pemuda itu membawa Oto ke penjara polisi di Tangerang. Dari sana, Oto kemudian jatuh ke tangan Laskar Hitam yang pada sekira pertengahan Desember 1945 mengeksekusinya di Pantai Mauk.

"Pak Oto dieksekusi dengan cara ditusuk dengan pisau belati bagian lehernya," ujar Iip. Siapakah sebenarnya Laskar Hitam?

Menurut Iip, Laskar Hitam merupakan unit khusus dari Pasukan Berani Mati pimpinan Abdullah. Mereka pendukung kuat dari Achmad Chairun, seorang komunis yang mendirikan Republik Tangerang pada 18 Oktober 1945. Belakangan gerakan separatis itu kemudian berhasil ditumpas oleh pasukan pemerintah dari Resimen Tangerang.

Sejarawan Rushdy Hoesein mengamini pendapat Iip. Kendati tidak menutup kemungkinan ada unsur komunis-nya, namun dia memiliki pendapat bahwa Laskar Hitam tak sepenuhnya bercorak ideologis dan lebih cenderung kental warna kriminalnya.

"Kita tahulah saat ini wilayah pesisir Tangerang diramaikan dengan para jago, garong dan para penyamun bersenjata. Saya pikir Laskar Hitam itu lebih menyerupai kelompok-kelompok tersebut," ujarnya.

Ketika pulang dari wilayah Banten, Maroeto Nitimihardjo (tokoh pemuda Menteng 31) juga pernah ditahan dan nyaris dibunuh oleh Laskar Hitam. Untunglah saat situasi kritis, seorang komandan mereka bernama Haji Jaya mengenal Maroeto dan sebaliknya Maroeto pun mengenal baik Haji Jaya.

"Ia seorang pejuang lama yang ikut pemberontakan PKI tahun 1926 di daerah Banten," ungkap Maroeto seperti dituturkan kepada anaknya Hadidjojo dalam Ayahku Maroeto Nitimihardjo Mengungkap Rahasia Gerakan Kemerdekaan.

Berkelindan dengan pendapat Rushdy Hoesein, Maroeto menyebut Laskar Hitam lebih seperti kelompok petualang semata. Usai Republik Tangerang tertumpas, Laskar Hitam itu disinyalir berubah menjadi kelompok penjahat sejati yang dikenal orang-orang Tangerang kala itu sebagai Gerombolan Mat Item.

Korban Fitnah

Menurut keyakinan Iip, Laskar Hitam juga bukanlah pelaku utama di balik penculikan dan pembunuhan Oto. Mereka hanya 'penerima order' dari 'seorang berkuasa' yang menuduh Oto sebagai 'penjual Bandung kepada Belanda'. Soal itu diakui Mujitaba saat diperiksa Jaksa Priyatna Abdurrasyid.

"Mujitaba mengaku membunuh Oto Iskandar di Nata karena ia mendapat perintah tidak jelas dari siapa," ungkap Priyatna Abdurrasyid dalam otobiografinya, Dari Cilampeni ke New York: Mengikuti Hati Nurani yang disusun oleh Ramadhan K.H.

Tuduhan Oto sebagai 'penjual Bandung kepada Belanda' ditepis Iip. Menurutnya dengan latarbelakang Oto yang sangat republiken dan loyal kepada Sukarno-Hatta, tuduhan itu jelas mengada-ada.

Pendapat Iip diperkuat oleh Atih Amini, salah seorang putri Oto, yang mengatakan bahwa sebelum terjadinya penculikan tersebut, dalam sepucuk surat kepada ibunya (istri Oto) Raden Ajeng Sukirah, sang ayah mengeluhkan dirinya sedang difitnah seseorang.

"…Sepertinya Bapak tengah mendapat ujian dari Tuhan. Tiada cara lain selain pasrah kepada takdirNya. Dalam situasi seperti ini tentu saja saya ada dalam kondisi prihatin karena tengah difitnah orang lain…" tulis Oto, seperti dikutip Nina Herlina Lubis dalam bukunya Si Jalak Harupat, Biografi Oto Iskandar di Nata, 1897-1945.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bikin Onar di Jalan, Ratusan Pesilat Lamongan Menangis Sesenggukan di Kantor Polisi
Bikin Onar di Jalan, Ratusan Pesilat Lamongan Menangis Sesenggukan di Kantor Polisi

Pesilat asal Lamongan disambut banjir air mata usai digelandang ke kantor polisi akibat terlibat kericuhan.

Baca Selengkapnya
Sejumlah Tokoh Nasional Hadiri Pemakaman Sesepuh Jabar Solihin GP
Sejumlah Tokoh Nasional Hadiri Pemakaman Sesepuh Jabar Solihin GP

Mantan Gubernur Jawa Barat, Letnan Jenderal (Purn) Solihin Gautama Purwanegara (GP) meninggal dunia pada Selasa (5/2).

Baca Selengkapnya
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengenang Chatib Sulaiman, Tokoh Perjuangan Kemerdekaan yang Namanya Bak Terlupakan
Mengenang Chatib Sulaiman, Tokoh Perjuangan Kemerdekaan yang Namanya Bak Terlupakan

Tokoh perjuangan kemerdekaan asal Tanah Datar ini mulai dilupakan, bahkan namanya sendiri sudah diajukan sebagai pahlawan nasional sejak lama

Baca Selengkapnya
Tempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku
Tempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku

Simak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.

Baca Selengkapnya
Sosok Amir Hamzah, Sastrawan Asal Langkat Bergelar Pahlawan Nasional
Sosok Amir Hamzah, Sastrawan Asal Langkat Bergelar Pahlawan Nasional

Sosok Amir Hamzah, sastrawan asal Langkat dengan segudang karyanya dan dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional

Baca Selengkapnya
JK Kritik Netralitas Jokowi di Pilpres 2024, Ini Respons Istana
JK Kritik Netralitas Jokowi di Pilpres 2024, Ini Respons Istana

JK menyatakan bahwa semua pejabat sampai kepala pemerintah, presiden turut diambil sumpahnya agar berlaku adil bagi masyarakat.

Baca Selengkapnya