Akibat Disergap Tentara Belanda, Tuanku Imam Bonjol Terluka Parah

Merdeka.com - Bagaimana sebuah misi maut dikirimkan Belanda ke Benteng Bonjol dan membuat pemimpin kaum Padri itu nyaris menemui ajal.
Penulis: Hendi Jo
Di penghujung 1836, pasukan Hindia Belanda merangsek ke wilayah yang dikuasai kaum Padri. Mereka berhasil mengepung benteng Bonjol dan sekali-kali membombardir pertahanan kaum Padri itu dengan tembakan-tembakan meriam besar.
Akibatnya beberapa rumah dan masjid di dalam benteng terbakar. Beberapa bagian dinding benteng yang terbuat dari tanah pun hancur hingga membentuk perohong (lubang-lubang besar yang menganga) .
"Dengan terbakarnya masjid di luar kampung, tampaklah oleh Belanda satu perohong akibat tembakan meriam mereka," ungkap Muhammad Radjab dalam Perang Padri di Sumatera Barat (1803-1838).
Kekejaman Tentara Belanda
Suatu malam di awal Desember 1836, seregu tentara Hindia Belanda yang terdiri dari orang Neger (Afrika) dan Bugis, diam-diam dikirim untuk melakukan penyergapan terhadap Tuanku Imam Bonjol. Setiba di dalam area benteng, mereka langsung mengendap-endap di dekat rumah yang diperkirakan sebagai tempat tinggal sang imam.
Saat itulah, tiba-tiba terdengar suara tangis anak kecil, yang disusul ucapan menghibur dari beberapa perempuan. Terbitlah nafsu mesum di kalangan para penyerbu itu yang sudah bertahun-tahun meninggalkan rumahnya.
"Mendengar suara perempuan di dalam, serdadu-serdadu Neger cepat mengupak pintu rumah tersebut dan menyeret para perempuan itu keluar," ungkap Radjab mengutip Naskah Tuanku Imam Bonjol.
Para perempuan Padri tentu tak menerima begitu saja perlakuan para prajurit Afrika tersebut. Mereka melawan sekuat tenaga hingga memaksa para penyerbu melakukan tindakan keras. Menurut Ineke van Kesel dalam buku Serdadu Afrika di Hindia Belanda 1831—1945, dua perempuan bahkan langsung dibunuh seketika.
"Terjadi perkelahian yang berakibat seorang perempuan meninggal karena pantatnya dibelah, sementara pantat perempuan lainnya ditikam," ungkap van Kessel.
Tuanku Imam Bonjol Terkepung
Jeritan para perempuan itu lantas terdengar oleh Tuanku Imam Bonjol yang tengah berada di rumah sebelah. Bersama salah satu anaknya yang bernama Umar Ali, dia langsung berlari ke arah gubuk-gubuk yang ditempati oleh para istrinya itu.
Begitu melihat Tuanku Imam Bonjol dan Umar Ali yang menghunus pedang dan klewang, beberapa prajurit Neger secara spontan menembaki mereka. Akibatnya Tuanku Imam terkena di bagian lengannya sedangkan peluru yang lain menembus daging paha Umar Ali. Karena tak kuat menahan sakit, sambil terpincang-pincang Umar balik berlari ke arah masjid.
Melihat Tuanku Imam Bonjol sendirian, para prajurit Neger dan Bugis itu langsung melakukan formasi pengepungan. Sementara Tuanku Imam Bonjol sendiri kendati lengannya sudah terkena peluru, namun dia tetap memegang pedangnya ke kanan dan ke kiri dan mengamuk bak banteng ketaton. Kalah nyali, mereka lantas melakukan gerakan mundur.
"Tuanku Imam Bonjol terus mengejar mereka…" ungkap Radjab.
13 Lubang di Tubuh Imam Bonjol
Dalam suatu kesempatan, salah seorang dari mereka berhasil menghujamkan bayonetnya ke tubuh Tuanku Imam Bonjol sampai pimpinan kaum Padri itu terguling-guling. Ketika sang musuh akan menghantamnya lagi dengan satu tusukan bayonet, Tuanku Imam Bonjol cepat berdiri dan mengibaskan pedangnya ke segala arah.
Dalam kondisi kritis itulah, pasukan bantuan dari kaum Padri datang. Mereka langsung menerjang para serdadu Belanda tersebut hingga mundur dan keluar dari wilayah perbentengan.
Tuanku Imam Bonjol sendiri yang sudah payah dan mendapatkan tigabelas lubang akibat tusukan dan tembakan langsung terjerembab pingsan. Para pengikutnya lantas memapah Tuanku Imam Bonjol dan membawa ke markas utama untuk segera diobati.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya