Tiga Penyebab Eropa Kembali Menjadi 'Episentrum' Pandemi Covid-19
Merdeka.com - WHO telah memperingatkan bahwa Eropa sekali lagi menjadi 'episentrum' pandemi Covid-19, dengan kawasan Tengah dan Timur yang dihantam keras karena rendahnya angka vaksinasi dan para pejabat ragu-ragu untuk mengambil tindakan pencegahan yang lebih ketat untuk mengendalikan penyebaran.
Infeksi juga melonjak di Eropa Barat, kawasan dengan tingkat vaksinasi yang relatif tinggi dan sistem kesehatan terbaik, tapi tindakan lockdown dianggap usang.
WHO menyampaikan, kematian karena virus corona naik sampai 10 persen di Eropa pada awal November.
Rusia, dengan sekitar sepertiga populasinya yang telah divaksinasi, mengalami lonjakan dalam dua bulan ini dan total angka kematian mencapai 262 ribu, salah satu tertinggi di dunia.
Direktur WHO Eropa, Dr Hans Kluge menyampaikan jika tidak segera diambil tindakan untuk menghentikan penyebaran Covid, kawasan itu bisa mencatat kematian sampai 500.000 pada Februari 2022.
Secara keseluruhan, kasus baru virus corona menurun di sebagian besar wilayah dunia, tapi naik 7 persen di Eropa - benua yang melaporkan sekitar 350 kasus per 100.000 orang.
Dari 61 negara yang dimasukkan WHO dalam kawasan Eropa, yang termasuk Rusia dan membentang ke Asia Tengah, 42 persen melaporkan kenaikan kasus sedikitnya 10 persen pada pekan lalu.
Pandemi pertama kali menghantam Eropa pada Maret 2020. Pada akhir tahun ini, virus corona varian Alfa menjadi bencana di kawasan tersebut. Ditambah dengan penyebaran varian Delta pada pertengahan 2021.
Sekarang, menuju akhir tahun, benua itu sekali lagi menyaksikan lonjakan kasus. Mengapa?
Seperti dikutip dari Times of India, ada tiga penyebab utama gelombang baru di Eropa ini menurut para pakar yaitu pelonggaran pembatasan, keraguan terhadap vaksin, dan menurunnya kekebalan orang yang telah divaksinasi.
Keraguan vaksin
Sebagian besar negara di Eropa angka vaksinasinya mencapai 65 sampai 70 persen. Namun tampaknya ini tidak cukup untuk menghentikan penyebaran infeksi.
Belgia telah memvaksinasi 74 persen populasinya tapi masih tetap dihantam gelombang terbaru, melaporkan 79 kasus per 100.000 orang - beban kasus tertinggi ke-10 secara global.
Para ahli sekarang meyakini negara yang berhadapan dengan wabah varian Delta perlu mencapai 90-95 persen angka vaksinasi untuk mendapatkan tingkat kekebalan populasi.
Di Rusia, hanya 37 persen populasi yang telah divaksinasi penuh. Presiden Vladimir Putin menyalahkan keraguan warga terhadap vaksin sebagai pemicu rekor lonjakan kasus baru dan kematian. Putin mengatakan dia tidak paham mengapa orang Rusia ragu mendapatkan vaksin Sputnik V, vaksin produksi dalam negeri.
Bulgaria dan Rumania telah memvaksinasi penuh sekitar 23 persen dan 35 persen populasi mereka. Sementara angka vaksinasi penuh di Bosnia dan Herzegovina hanya 21 persen.
Di Jerman, di mana kasus mengalami lonjakan ke rekor baru mencapai lebih dari 50.000, hampir sepertiga populasinya belum divaksinasi lengkap atau penuh, menurut data Universitas John Hopkins.
Austria, yang angka vaksinasinya sama dengan Jerman, mencatat rekor kasus infeksi pekan lalu. Sementara Spanyol dan Portugal telah memvaksinasi lengkap 80 persen dan 88 persen penduduk mereka, dan sejauh ini bertahan dari tren lonjakan kasus baru di benua itu.
Penting untuk menekankan bahwa sebagian besar populasi yang tidak divaksinasi di Eropa termasuk anak-anak dan remaja. Ini diperkirakan menjadi salah satu alasan kasus melonjak dan ada data meyakinkan bahwa anak-anak dan remaja menjadi penyebab utama penyebaran virus dalam beberapa bulan terakhir.
Berkurangnya kekebalan
Penelitian terbaru menunjukkan ada bukti menurunnya kekebalan yang diberikan vaksin Covid-19 setelah periode waktu tertentu. Para ahli mengatakan ada keterkaitan yang jelas antara level antibodi dan infeksi terobosan.
Bagi yang menerima vaksin AstraZeneca, penurunan antibodi terjadi dalam 96 hari, sementara pada vaksin Pfizer terjadi pada 257 hari.
Dampak berkurangnya kekebalan ini, dan kesempatan memperbaiki efektivitas vaksin dengan suntikan penguat atau booster, telah terbukti dengan jelas. Namun pemberian suntikan booster, bahkan pada kelompok berisiko tinggi, sangat lamban.
Pelonggaran pembatasan
Di beberapa negara Eropa, dilakukan sejumlah pelonggaran tindakan pembatasan pencegahan virus dan sekaligus pengabaian aturan jaga jarak. Banyak pemimpin politik, beberapa bakal menghadapi pemilu, tampak ragu menerapkan pembatasan yang lebih ketat menjelang Natal.
Keletihan pandemi juga menyebabkan munculnya kepercayaan akhir pandemi semakin dekat, dan masker, jaga jarak, dan tindakan lainnya tak lagi diperlukan.
Namun menurut para ahli, strategi pengendalian dengan hanya mengandalkan vaksin tidak akan efektif.
Jepang secara dramatis meningkatkan situasi pandeminya dengan menggabungkan peningkatan angka vaksinasi dan mewajibkan pemakaian masker dan tindakan pencegahan lainnya.
Austria, yang mengalami lonjakan kasus masif, saat ini memutuskan melakukan lockdown untuk menurunkan kasus infeksi. Di Belanda, lockdown parsial tiga pekan diumumkan pada 13 November lalu.
Denmark, yang juga mengalami lonjakan kasus, telah memerintahkan warganya untuk menunjukkan kartu dalam aplikasi ponsel pintar saat memasuki bar, restoran, dan tempat umum lainnya. Denmark dan Norwegia mengalami lonjakan kasus sejak negara itu dibuka kembali.
Angka infeksi di Prancis rendah, karena tetap memberlakukan pembatasan sejak musim panas, termasuk kewajiban menunjukkan sertifikat vaksin untuk hampir semua kegiatan warga.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca Selengkapnyajumlah sampah yang terkumpul selama malam perayaan tahun baru 2024 di Jakarta mencapai 130 ton.
Baca SelengkapnyaPeristiwa bayi berusia 2 hari meninggal usai dipijat nenek itu sudah diunggah pada 31 Desember 2023 lalu.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca Selengkapnya