Soal Eskalasi di Laut China Selatan, Indonesia Minta Semua Pihak Tahan Diri
Merdeka.com - Baru-baru ini eskalasi kembali meningkat di Laut China Selatan. Sebuah kapal fregat Australia bergabung dengan tiga kapal perang Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan di dekat sebuah area di mana sebuah kapal China diduga sedang mengeksplorasi minyak, tepatnya di dekat perairan juga diklaim Vietnam dan Malaysia.
Memantau perkembangan ini, Indonesia meminta semua pihak menahan diri. Apalagi saat ini semua negara tengah fokus berperang melawan pandemi Covid-19.
"Indonesia terus mengikuti perkembangan terkini di Laut China Selatan," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi saat memberikan pemaparan kepada wartawan media asing, Rabu (6/7).
Retno mengatakan, Indonesia memperhatikan aktivitas terbaru di kawasan tersebut. Menurutnya hal itu bisa meningkatkan eskalasi, padahal upaya bersama global yang lebih vital ialah memerangi Covid-19.
"Indonesia menggarisbawahi pentingnya memperkuat perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," ujarnya.
Indonesia, kata Retno, mendorong semua pihak menghormati hukum internasional khususnya Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982.
"Sementara negosiasi CoC (Code of Conduct) sedang ditunda karena Covid-19, Indonesia menyerukan semua pihak terkait untuk mengendalikan diri dari mengambil tindakan yang berpotensi memperpanas ketegangan di wilayah itu," tegasnya.
Retno menambahkan, kondusivitas di Laut China Selatan bisa mempercepat proses negosiasi CoC antara negara ASEAN dan China.
Kapal perang AS tiba akhir April lalu, dekat dengan tempat survei pemerintah China Haiyang Dizhi 8 beroperasi, berdekatan dengan sebuah kapal yang dioperasikan perusahaan minyak Petronas Malaysia sedang melakukan pengeboran eksplorasi, kata sumber keamanan regional, seperti dikutip dari dari The Straits Times, Kamis (23/4).
Angkatan Laut AS mengatakan, kapal serbu amfibi USS Amerika dan Bunker Hill USS, sebuah kapal penjelajah rudal yang dipandu, beroperasi di Laut China Selatan.
Departemen Pertahanan Australia mengatakan, pihaknya bergabung dengan fregat kapal induk Australia HMAS Parramatta dan kapal AS ketiga, kapal perusak USS Barry, sebagai bagian dari latihan bersama.
"Selama latihan lintas, kapal mengasah interoperabilitas antara angkatan laut Australia dan AS, termasuk pengisian ulang di laut, operasi penerbangan, manuver maritim dan latihan komunikasi," katanya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaSaat pertemuan dengan Presiden China, Menhan Prabowo menyampaikan salam hangat dari Presiden RI Joko Widodo dan apresiasinya atas sambutan yang hangat.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi bahkan melawat langsung untuk mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaAturan turunan ekspor pasir laut masih digodok karena melibatkan banyaknya tim kajian.
Baca SelengkapnyaSalah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca Selengkapnya