Rapor Negara-Negara Tangani Isu Kaya vs Miskin Saat Pandemi Covid
Merdeka.com - Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya pada masalah kesehatan, tetapi juga mempengaruhi sejumlah aspek kehidupan masyarakat lainnya. Perekonomian salah satunya. Saat puncak pandemi, banyak perusahaan tutup dan bahkan bangkrut, dampaknya adalah pengangguran semakin meningkat.
Ketimpangan ekonomi semakin terasa. Batas antara miskin dan kaya semakin jelas dan lebar. Namun sejumlah negara berhasil mengatasi kesenjangan tersebut.
Korea Selatan, Singapura, Tajikistan, dan Maladewa membuat langkah besar dalam mengatasi kesenjangan perekonomian antara si kaya dan si miskin selama pandemi Covid-19, sementara Hong Kong mengalami salah satu penurunan paling tajam, menurut penelitian Oxfam International dan Development Finance International.
Di Tajikistan, ada kemajuan kebijakan pemerintah dalam memerangi kesenjangan selama pandemi, di mana negara ini naik 37 peringkat, menurut indeks yang dirilis pada Selasa, disusul Maladewa dan Bhutan, yang masing-masing naik 33 dan 30 peringkat.
Singapura (naik 27 peringkat) dan negara terbaik keenam dalam mengatasi kesenjangan. Korea Selatan (naik 22 peringkat), negara terbaik kesembilan, menurut Indeks Komitmen untuk Mengurangi Kesenjangan 2022.
Sedangkan Moldova, Maroko, Mesir, Mauritius, dan Palestina juga masuk 10 besar negara terbaik dalam mengatasi kesenjangan, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (11/10).
Oxfam mengatakan naiknya peringkat Tajikistan disebabkan kenaikan pajak penghasilan pribadi, sementara Maladewa dan Korea Selatan diuntungkan dari pengenalan pajak penghasilan progresif dan peningkatan pengeluaran sosial dan cakupan pensiun.
Afghanistan, Togo dan Honduras mengalami penurunan terbesar dalam indeks tersebut, jatuh antara 36 dan 34 peringkat. Pemicunya adalah jatuhnya pendapatan pajak dan faktor-faktor lain termasuk memburuknya hak-hak tenaga kerja bagi perempuan dan menyusutnya pengeluaran sosial.
Hong Kong, wilayah semi-otonom China, turun 26 peringkat, penurunan terbesar kedelapan dalam indeks setelah Bolivia dan Seychelles.
Norwegia menduduki puncak indeks secara keseluruhan untuk kebijakan yang bertujuan mengurangi ketimpangan, disusul Jerman, Australia, Belgia, Kanada, Jepang, Denmark, dan Selandia Baru.
Oxfam mengatakan negara-negara kaya dan miskin sama-sama telah memperburuk peningkatan ketimpangan ekonomi selama pandemi, dengan sebagian besar pemerintah memotong bagian mereka untuk pengeluaran kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial sambil menolak menaikkan pajak atas kekayaan.
“Indeks kami menunjukkan bahwa sebagian besar pemerintah telah sepenuhnya gagal mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melawan ledakan ketimpangan yang Covid-19,” jelas direktur eksekutif Oxfam International, Gabriela Bucher.
“Mereka merenggut layanan publik ketika orang sangat membutuhkannya dan malah membiarkan miliarder dan perusahaan besar lolos untuk menuai rekor keuntungan. Ada kabar baik dari pemerintah yang gagah berani dari Karibia hingga Asia melawan tren ini, mengambil langkah kuat untuk menjaga ketimpangan tetap terkendali.”
Oxfam memperingatkan, ketimpangan kemungkinan bisa memburuk karena para menteri keuangan yang bertemu minggu ini untuk pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia menghadapi tekanan untuk berkomitmen pada pemotongan pengeluaran untuk mengurangi utang dan defisit anggaran.
“Para pemimpin pemerintah di Washington menghadapi pilihan: membangun ekonomi yang setara di mana setiap orang membayar bagian mereka secara adil atau terus mendorong ketimpangan antara yang kaya dan yang lainnya, menyebabkan penderitaan yang semakin besar,” pungkas Bucher.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaNegara miskin diyakini memiliki kekuatan dalam bernegosiasi karena mereka merasakan dampaknya secara langsung.
Baca SelengkapnyaKonflik bersenjata di beberapa wilayah dunia turut berpengaruh pada naiknya anggaran pertahanan sejumlah negara dari rata-rata 2 persen menjadi 3 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Siapa yang tak kenal Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu. Sosoknya sudah tak asing lagi di masyarakat.
Baca SelengkapnyaRibka kedapatan hadir di rapat koordinasi inflasi indonesia yang dipimpin langsung oleh presiden Joko Widodo di Istana Negara.
Baca SelengkapnyaSetiap harinya Sauki harus berjualan takjil dengan berjalan kaki. Ia melakukan ini untuk membantu perekonomian keluarganya.
Baca SelengkapnyaPria tersebut berinisiatif untuk melakukan patungan demi membantu salah seorang temannya yang sedang kesulitan ekonomi.
Baca SelengkapnyaKrisis pangan di dunia menjadi isi utama seiring bertambahnya populasi manusia.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, dunia internasional melihat Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dunia menjalankan pemilu yang tidak cacat dan bermasalah.
Baca Selengkapnya