Perang Saudara Memanas, Negara-Negara Ini Bergegas Evakuasi Warganya dari Sudan
Merdeka.com - Sejumlah negara bergegas mengevakuasi warganya dari Sudan pada Senin karena perebutan kekuasaan antara tentara dan pasukan paramiliter semakin memanas.
Lebih dari 1.000 warga Uni Eropa dievakuasi dari Sudan akhir pekan kemarin, seperti disampaikan kepala kebijakan asing Uni Eropa, Josep Borrell pada Senin.
"Ini operasi yang kompleks dan berhasil," kata Borrell, dikutip dari Alarabiya, Senin (24/4).
Borrell juga menyampaikan, 21 diplomat dari misi diplomatik Uni Eropa di Khartoum telah ditarik. Duta Besar Uni Eropa telah pindah dari ibu kota Sudan tersebut ke daerah lain di negara tersebut.
Pejabat Uni Eropa menyampaikan pada Jumat kepada AFP, ada sekitar 1500 warga Uni Eropa di Khartoum.
Pada Senin pagi, pesawat angkatan udara Jerman yang mengevakuasi 101 orang dari Sudan mendarat di Berlin. Angkatan udara Jerman telah menerbangkan 311 orang keluar dari negara tersebut.
Sementara itu, Yordania mengerahkan empat pesawat untuk mengevakuasi 343 orang, termasuk warga negara Yordania, Palestina, Irak, Suriah, dan Jerman.
Swedia juga mengumumkan seluruh staf kedutaannya di Khartoum, keluarga para staf, dan sejumlah warga negara Swedia lainnya telah dievakuasi ke Djibouti. Pemerintah Swedia mengatakan pesawat dan personel militer akan terus membantu evakuasi warga negara asing dari negara tersebut sepanjang situasi memungkinkan.
Pemerintah Prancis mengumumkan pada Senin, pihaknya meneruskan upaya evakuasi warganya dari Sudan. Saat ini 388 orang telah meninggalkan negara tersebut.
Sebanyak 15 warga negara Denmark juga telah dievakuasi, sedangkan enam warga lainnya menolak tawaran evakuasi, menurut keterangan kementerian luar negeri Denmark kepada Reuters.
Militer Belanda juga ikut melakukan operasi evakuasi warga negaranya yang ada di Sudan. Pesawat militer Belanda membawa sejumlah warga menuju Yordania pada Senin pagi.
Sudan jatuh ke dalam perang saudara, dipicu konflik antara angkatan darat dan Rapid Support Forces (RSF). Ratusan orang tewas dan ribuan warga negara asing terjebak, termasuk para diplomat dan pekerja organisasi bantuan.
Pertempuran di Sudan menyebabkan krisis kemanusiaan, di mana jutaan orang kehilangan akses layanan dasar.
Sedikitnya 420 tewas sejak pertempuran pecah pada 15 April lalu, empat tahun setelah mantan presiden Omar al-Bashir dilengserkan.
Tentara dan RSF bersama-sama melakukan kudeta pada tahun 2021 tetapi berselisih selama negosiasi untuk mengintegrasikan kedua kelompok dan membentuk pemerintahan sipil, dan persaingan mereka telah meningkatkan risiko konflik yang lebih luas yang dapat menarik kekuatan luar.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaPangeran Diponegoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855 di Makassar, Sulawesi.
Baca SelengkapnyaPemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Polisi ungkap detik-detik peristiwa tewasnya eks calon siswa Bintara Iwan oleh anggota TNI AL Serda Adan.
Baca SelengkapnyaKerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Baca SelengkapnyaCerita petani berhasil panen padi hingga 1 ton di lahan transmigrasi yang ia garap.
Baca SelengkapnyaBanjir masih menggenangi enam kecamatan, yakni Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Tugu, Semarang Timur dan Semarang Utara.
Baca SelengkapnyaDari tiga orang tersebut, satu orang S (34) di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.
Baca SelengkapnyaTerduga pemerkosa gadis keterbelakangan mental hingga hamil enam bulan asal Banyuasin, Sumatera Selatan, IN (23), bertambah menjadi 10 orang.
Baca Selengkapnya