Penelitian: Virus Corona Menyebar Lewat Udara di Rumah Sakit Wuhan
Merdeka.com - Untuk membuktikan virus corona baru dapat menyebar melalui udara, para ilmuwan mengidentifikasi penanda genetik virus dalam aerosol (tetesan udara/abu), sebagian besar dengan diameter lebih kecil dari satu per sepuluh ribu inci.
Temuan ini sebelumnya telah diperlihatkan dalam percobaan laboratorium, tetapi sekarang para ilmuwan China yang mempelajari kondisi dunia nyata melaporkan mereka menangkap tetesan kecil yang mengandung penanda genetik virus dari udara di dua rumah sakit di Wuhan, China, lokasi tempat wabah ini dimulai.
Temuan mereka dipublikasikan pada Senin (27 April) di jurnal Nature. Demikian dilansir dari The Straits Times, Rabu (29/4).
Belum jelas apakah virus dalam sampel yang mereka kumpulkan ini menular, tapi tetesan tersebut begitu kecil, yang dikeluarkan saat bernapas dan berbicara, dapat tetap mengapung di udara dan dihirup oleh orang lain.
"Mereka akan tetap di udara mengapung setidaknya selama dua jam," kata Prof Linsey Marr, seorang profesor teknik sipil dan lingkungan di Virginia Tech yang tidak terlibat dengan jurnal Nature.
"Ini sangat menunjukkan bahwa ada potensi untuk penularan melalui udara."
Aerosol
Prof Marr dan banyak ilmuwan lain mengatakan bukti makin bertambah virus ini disebarkan oleh tetesan kecil yang dikenal sebagai aerosol.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejauh ini mengecilkan kemungkinan itu, mengatakan penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui tetesan yang lebih besar yang tidak tetap mengudara dalam waktu lama, atau melalui sentuhan permukaan yang terkontaminasi.
Bahkan dengan temuan baru, masalah ini tidak diselesaikan. Meskipun RNA virus corona - cetak biru genetik virus - ada di aerosol, para ilmuwan belum tahu apakah virus tetap menular atau apakah tes hanya mendeteksi fragmen virus yang tidak berbahaya.
"Bagian yang hilang adalah replikasi virus yang layak," kata Dr Harvey V. Fineberg, yang memimpin Komite Tetap untuk Kemunculan Penyakit Menular dan Ancaman Kesehatan Abad 21 di Akademi Sains, Teknik, dan Kedokteran Nasional.
"Bisakah Anda membiakkan virus ini dari udara?"
Ventilasi
Pada Februari dan Maret, para ilmuwan mengumpulkan sampel di Rumah Sakit Renmin Universitas Wuhan dan di fasilitas medis sementara yang digunakan untuk karantina dan merawat pasien dengan gejala ringan. Mereka juga mengapung di udara sekitar area publik di sekitar Wuhan, termasuk apartemen, supermarket, dan pusat perbelanjaan.
Sangat sedikit virus terdeteksi di udara bangsal isolasi atau di kamar pasien rumah sakit, yang berventilasi baik. Tapi konsentrasi tinggi diukur di area toilet kecil, sekitar 1 meter persegi, yang tidak berventilasi.
"Ini semacam menekankan pentingnya menghindari ruang-ruang kecil yang terbatas," kata Prof Marr.
Para peneliti juga mendeteksi virus di udara di lokasi di mana anggota staf menanggalkan pakaian pelindung mereka, menunjukkan bahwa virus yang menempel di pakaian bisa mengapung ke udara.
Arus udara
Data Wuhan ini seiring dengan temuan di Pusat Medis Universitas Nebraska, di mana peneliti lain juga menemukan RNA virus coroma di udara serta di permukaan kamar. Penelitian itu, yang masih dalam proses peninjauan oleh ilmuwan lain sebelum dipublikasikan dalam jurnal, tidak menentukan ukuran tetesan. Tetapi kehadiran RNA dari virus di lokasi-lokasi terpencil, seperti di bawah tempat tidur dan kusen jendela, memperkirakan tetesan kecil dibawa di sekitar ruangan oleh arus udara.
Dalam makalah mereka, para peneliti Nebraska mendeteksi keberadaan RNA virus corona, tetapi belum dapat dipastikan apakah virus itu masih menular. Dalam percobaan tambahan, para ilmuwan berusaha menumbuhkan virus dalam pengembangbiakan untuk menentukan apakah mereka mampu menginfeksi orang lain.
"Kami telah membuat banyak kemajuan dalam beberapa pekan terakhir," kata Prof Joshua L. Santarpia, seorang profesor patologi dan mikrobiologi di Pusat Medis Universitas Nebraska.
"Saya sangat berharap kita akan bisa memastikannya pekan depan."
Dalam penelitian Wuhan, tidak ada virus terdeteksi di sebagian besar tempat-tempat umum yang mereka teliti, termasuk apartemen dan supermarket, meskipun beberapa tingkat terdeteksi di daerah ramai di luar salah satu rumah sakit dan di pusat perbelanjaan.
Prof Marr mengatakan, butuh sekitar 15 menit bagi seseorang untuk bernapas dalam satu partikel virus.
"Sangat menarik untuk melihat ada jumlah yang terukur," katanya. "Saya pikir itu menambah bukti yang baik agar menghindari keramaian."
Jurnal itu tidak menyebutkan apakah orang yang melewati daerah itu memakai masker atau tidak, yang dapat menghalangi sebagian besar virus yang disebarkan orang sakit.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaPeristiwa bayi berusia 2 hari meninggal usai dipijat nenek itu sudah diunggah pada 31 Desember 2023 lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Infeksi virus Nipah dapat dicegah dengan menghindari paparan terhadap babi dan kelelawar serta menerapkan kebiasaan bersih.
Baca SelengkapnyaKecoa dapat membawa banyak bakteri dan virus menyebarkan penyakit.
Baca SelengkapnyaPada kelas terakhirnya itu, rupanya Pak Edi juga menyiapkan surat kecil untuk para mahasiswanya.
Baca SelengkapnyaGejala radang tenggorokan adalah kondisi yang umum terjadi di mana tenggorokan mengalami peradangan akibat infeksi virus atau bakteri.
Baca SelengkapnyaVirus DBD di Jepara menyebar cepat. Lima belas warga sudah jadi korban. Sebelas di antaranya anak-anak
Baca SelengkapnyaSeniman ukir daun ini buat lukisan tokoh-tokoh terkenal dari daun kering, hasil tangannya menakjubkan dan viral.
Baca Selengkapnya