Pasukan Eritrea Segera Tinggalkan Tigray Setelah Ratusan Ribu Warga Alami Kelaparan
Merdeka.com - Dubes Ethiopia untuk PBB menyampaikan tentara Eritrea yang bertempur dengan pasukan Ethiopia dalam perang di wilayah Tigray akan segera meninggalkan wilayah tersebut. Langkah ini disambut banyak pihak termasuk PBB yang kepala bantuan kemanusiaannya menuduh Eritrea memanfaatkan kelaparan sebagai “senjata perang”.
Perang di Tigray menjadi pembahasan dalam rapat tertutup informasi Dewan Keamanan PBB pada Selasa, di mana kepala bantuan kemanusiaan Mark Lowcock memperingatkan lebih dari 350.000 orang berada dalam kondisi kelaparan, di mana kematian karena kelaparan juga telah dilaporkan.
Utusan Ethiopia di PBB, Taye Atske Selassie Amde pada Selasa mempertanyakan data kelaparan tersebut, tapi mengatakan ada “ketidakamanan makanan” di Tigray dan mengungkapkan rasa syukur atas bantuan para donatur.
Lowcock dengan tegas mempertahankan datanya yang dirilis pekan lalu, menunjukkan 350.000 orang menghadapi kelaparan dan lebih dari 2 juta orang terancam kelaparan.
Data itu dirilis The Integrated Food Security Phase Classification atau IPC, yang merupakan kemitraan global dari 15 badan PBB dan organisasi kemanusiaan internasional, dan menggunakan lima kategori ketahanan pangan mulai dari orang yang cukup makan hingga mereka yang menghadapi “Bencana Kelaparan-Kemanusiaan”.
Dalam pemaparannya di Dewan Keamanan, Lowcock menyebut IPC sebagai “penilaian paling canggih, otoritatif, komprehensif, dan profesional di dunia” dan mengatakan jika itu salah, “itu karena terlalu optimis”.
“Pemerintah Tigray telah melaporkan kematian akibat kelaparan,” ujarnya, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (17/6).
“Situasinya bakal memburuk dalam beberapa bulan ke depan, tidak hanya di Tigray, tapi juga di (wilayah tetangga) Afar dan Amhara.”
Wilayah pertanian yang luas di Tigray yang memiliki populasi sekitar 5,5 juta orang telah mengalami masalah persediaan makanan dengan adanya wabah belalang ketika Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed pada 4 November mengumumkan pertempuran antara pasukannya dengan pemerintah wilayah tersebut.
Tidak ada yang tahu berapa ribu warga sipil dan pejuang yang tewas dalam konflik tersebut. Lebih dari 50.000 orang melarikan diri ke negara tetangga Sudan.
Walaupun PM Abiy mengumumkan kemenangan pada akhir November lalu, militer Ethiopia dan pasukan aliansinya masih aktif termasuk tentara dari negara tetangga Eritrea, musuh bebuyutan pejabat yang saat ini menguasai Tigray.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kata Gueters, orang-orang semakin tertindas akibat meningkatnya kemiskinan dan kelaparan.
Baca SelengkapnyaTim Indonesia Maju adalah Paskibraka pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka
Baca SelengkapnyaIstana memastikan Mendagri tak akan tinggal diam bila pejabat Batubara terbukti minta kepala desa menangkan Prabowo-Gibran.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
M, pelaku dan ibu korban merupakan pasangan baru. Mereka baru menjalin biduk rumah tangga sekira 5 bulan.
Baca SelengkapnyaJumlah panen raya saat ini sangat melimpah, namun karena cuaca yang tidak mendukung menyebabkan waktu panen yang singkat.
Baca SelengkapnyaTiga orang emak-emak di Garut Jawa Barat tertabrak mobil saat menyeberang usai menghadiri kegiatan pengajian
Baca SelengkapnyaIstana menjelaskan alasan pemerintah membuka rekrutmen calon aparatur sipil negara (CASN) besar-besaran pada tahun politik 2024.
Baca SelengkapnyaPemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaMereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca Selengkapnya