Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Niat Baik Warga Bantu Hadapi Wabah Corona Tidak Dipercaya Pemerintah China

Niat Baik Warga Bantu Hadapi Wabah Corona Tidak Dipercaya Pemerintah China petugas medis china tangani pasien corona. ©2020 China Daily via REUTERS

Merdeka.com - Angka kematian akibat wabah virus corona (Covid-19) di China daratan terus bertambah setiap hari. Negeri tirai bambu itu masih berjibaku melawan penyebaran virus ini agar tak terus meluas dan memakan korban. Data terakhir, angka kematian melampaui angka 2.100 orang.

Namun di tengah perang tersebut, justru pemerintah China banyak mendapat kritikan. Di tengah warga dan berbagai elemen masyarakat bahu membahu dalam menghadapi wabah ini, pemerintah justru dinilai tak dapat bekerja dengan rakyatnya sendiri.

Asosiasi sipil seperti kelompok bisnis, organisasi nirlaba, yayasan amal dan gereja menyatukan orang-orang tanpa melibatkan pemerintah.

"Mekanisme manajemen tradisional 'pemerintah besar' tak lagi efisien, dan bahkan gagal," kata konsultan manajemen, Duan Zhanjiang, dalam sebuah artikel terkait penanganan wabah.

"Pemerintah sangat sibuk tapi tidak efektif. Kekuatan sosial tidak digunakan karena mereka hanya bisa berdiri di pinggir lapangan, menonton dengan cemas," jelasnya, dikutip dari The New York Times, Kamis (20/2).

Duan menyarankan agar pemerintah menahan keinginannya untuk bertanggung jawab atas segalanya dan lebih fokus pada pengawasan.

Partai Komunis tak pernah suka atau mempercayai masyarakat sipil. Partai ini selalu curiga terhadap organisasi mana pun yang berpotensi menimbulkan tantangan bagi aturannya, termasuk perusahaan swasta besar. Partai ini telah menindak organisasi non-pemerintah seperti kelompok-kelompok hak asasi dan amal serta gereja dan masjid. Partai itu tidak ingin ada yang berdiri di antara pemerintahnya dan 1,4 miliar orang China.

Perusahaan-perusahaan besar China dan para orang kaya telah menyumbang untuk penanganan wabah. Tetapi mereka juga berusaha untuk tidak menonjolkan diri karena takut menyinggung pemerintah yang ingin mengambil pujian atas keberhasilan dan dengan cepat mencurigai kelompok luar yang menentangnya.

Kesenjangan itu tampak jelas. Para pekerja tidak memiliki peralatan yang memadai untuk melindungi diri. Dokter dan perawat memakai jas sekali pakai alih-alih baju pelindung. Mereka memakai topeng bedah biasa dan tidak memadai saat melakukan tes usap tenggorokan yang berbahaya. Mereka mengenakan popok dewasa karena, begitu mereka melepas pakaian pelindung mereka, pakaian itu harus dibuang. Mereka hanya mendapat satu buah per hari.

Pihak berwenang mengatakan pada Senin bahwa lebih dari 3.000 pekerja medis telah terinfeksi, meskipun tidak semua terjangkit saat menjalankan tugasnya.

Masyarakat China telah membentuk kelompok-kelompok media sosial untuk membantu pasien menemukan tempat yang tersedia di rumah sakit, meminta sukarelawan untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit dan mencari alat pelindung. Dalam koordinasi dengan pemerintah, mereka dapat melakukan lebih banyak lagi.

"Kami hanya sebuah kapal kecil dengan kapasitas yang sangat terbatas," kata Panda Yin, seorang desainer di Beijing yang mengorganisir kelompok sukarelawan WeChat yang terdiri dari sekitar 200 orang untuk membantu menemukan pasokan bahan pelindung bagi para pekerja medis garis depan.

"Orang-orang datang kepada kami karena mereka tahu jalan raya yang seharusnya bergerak cepat memiliki lubang hitam besar di sana."

"Lubang hitam besar" itu adalah Palang Merah China. Tidak berafiliasi dengan Palang Merah di tempat lain, Palang Merah adalah salah satu dari dua organisasi yang dikendalikan pemerintah di mana Beijing memonopoli filantropi. Pemerintah Wuhan telah bersikeras bahwa semua sumbangan harus melalui cabang lokal.

Palang Merah Masyarakat terkenal karena korupsi dan inefisiensi. Media China telah melaporkan banyak skandal, termasuk sembilan tahun lalu ketika seseorang yang dikabarkan memegang posisi penting di sana berbagi foto-foto gaya hidupnya yang mewah secara online.

Palang Merah Masyarakat lambat dalam memberikan masker dan persediaan lainnya, menurut analisis orang-orang di China berdasarkan data yang tidak lengkap. Menanggapi klaim-klaim itu, pemerintah pusat pada hari Jumat memerintahkan mereka mempercepat sumbangan.Ketika masyarakat menyumbangkan masker, mereka memberikan yang terbaik dan langsung ke lembaga pemerintah daerah daripada rumah sakit.Pada 11 Februari, lembaga penanganan wabah di Wuhan menerima hampir 19.000 masker medis N95, yang dianggap sebagai yang paling efektif dalam menyaring partikel. Union Hospital, salah satu rumah sakit umum terbesar di Wuhan, hanya menerima 450, hanya satu dari empat rumah sakit yang menerima masker. Pada hari Kamis, seluruh masker N95 didistribusikan ke komisi kesehatan lokal. Tak ada yang disumbangkan ke rumah sakit.Tiga pejabat Palang Merah di Hubei didisiplinkan bulan ini. Palang Merah di Wuhan mengatakan itu hanya satu bagian dari tim penyedia sumber daya kota dan bahwa pejabat kota bertanggung jawab mengalokasikan persediaan.Jika Palang Merah Masyarakat menjadi penghambat dalam mendistribusikan pasokan medis, pemerintah daerah dan pusat kadang-kadang dapat menjadi hambatan dalam upaya pihak swasta dalam membuat, membeli dan mendistribusikan pasokan ini.

Partai Komunis juga tidak mempercayai perusahaan negara.Di Xiantao, sebuah kota yang berjarak 70 km dari Wuhan dan salah satu pusat produksi terbesar dunia untuk pasokan pelindung, pemerintah setempat menutup semua kecuali 10 pabrik peralatan pelindungnya pada 3 Februari.Seorang pejabat setempat mengatakan kepada surat kabar People's Daily pekan lalu bahwa kota itu telah membuat keputusan demi alasan pengendalian kualitas. Dari 113 perusahaan besar di kota itu, hanya dua yang memiliki sertifikat untuk menjual baju pelindung medis di China karena mayoritas produk kain bukan tenunan Xiantao hanya untuk ekspor.Hal itu dibantah seorang pemilik pabrik di Xiantao yang meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama keluarganya, Wang. Setelan pelindung yang dibuatnya untuk klien Inggris dan Amerika harus memenuhi standar yang setara, jika tidak lebih tinggi dari standar China. Banyak yang dijual kembali ke China, katanya. Pejabat Xiantao tidak menanggapi permintaan komentar.Alasan sebenarnya adalah pejabat Xiantao tidak ingin bertanggung jawab jika pekerja pabrik menjadi terinfeksi atau jika masalah kualitas muncul, kata Wang dan dua pemilik pabrik lainnya yang juga tak mau disebutkan namanya karena alasan keselamatan. Mereka sepakat dalam kondisi saat ini pemerintah harus menetapkan harga dan meneliti kualitas dengan cermat. Bisa dengan menetapkan aturan dan melakukan pengawasan, bukan mematikan usaha tersebut.Xiantao juga menghentikan upaya pihak swasta untuk mengamankan pasokan.

Awal bulan ini, pejabat kota Xiantao tak mengizinkan sukarelawan dari Jingzhou, sebuah kota di Hubei 100 mil ke barat, mendapatkan pasokan yang dibutuhkan. Otoritas Xiantao berusaha menyita perlengkapan mereka di sebuah pos pemeriksaan, menurut seorang sukarelawan, dan mereka diusir dari kota. Relawan itu diminta untuk diidentifikasi dengan nama keluarga Zhang karena dia adalah pegawai pemerintah dan tidak berwenang untuk berbicara kepada media.Zhang berkata bahwa dia dan sukarelawan lain harus turun tangan karena komisi kesehatan Jingzhou kewalahan dan terlalu birokratis untuk bergerak cukup cepat untuk menyediakan pasokan ke rumah sakit setempat.Foto dan video yang dibagikannya di media sosial menunjukkan bahwa relawan telah mengirimkan pakaian pelindung, kacamata dan alkohol medis ke rumah sakit. Dia hampir menangis, katanya kepada sebuah kelompok obrolan, ketika dia melihat bahwa dokter dan perawat di klinik setempat tidak memiliki perlindungan, kecuali masker bedah biasa.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
China Pelan-pelan Buat AS Khawatir dengan Persaingan Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
China Pelan-pelan Buat AS Khawatir dengan Persaingan Luar Angkasa, Ini Penyebabnya

Ini yang dikhawatirkan AS bila tidak segera memutuskan kelanjutan stasiun luar angkasa yang akan habis masa pakainya.

Baca Selengkapnya
Diwariskan Pada Anak Cucu, Warga Negara China Kelahiran Kebumen Ini Buka Usaha Makanan Indonesia di Negeri Rantau
Diwariskan Pada Anak Cucu, Warga Negara China Kelahiran Kebumen Ini Buka Usaha Makanan Indonesia di Negeri Rantau

Walaupun sudah lama meninggalkan tanah air, Ibu Bunga terdengar lancar berbahasa Indonesia.

Baca Selengkapnya
Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya

Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Cerita Konglomerat China Gagal Melamar Kerja 30 Kali hingga Akhirnya Punya Kekayaan Ratusan Triliun
Cerita Konglomerat China Gagal Melamar Kerja 30 Kali hingga Akhirnya Punya Kekayaan Ratusan Triliun

Mereka bilang ini ide paling bodoh yang pernah saya lakukan. Saya tidak peduli selama orang dapat menggunakannya

Baca Selengkapnya
Mau ke Luar Negeri Harus Lapor Barang ke Bea Cukai Sebelum Berangkat, Kemenkeu: Tak Ada Niat Buat Ribet Masyarakat
Mau ke Luar Negeri Harus Lapor Barang ke Bea Cukai Sebelum Berangkat, Kemenkeu: Tak Ada Niat Buat Ribet Masyarakat

Pemerintah menilai ada substansi yang kurang pas hingga perlu diluruskan.

Baca Selengkapnya
Di Balik Sedapnya Lontong Cap Go Meh, Tersimpan Berjuta Makna Budaya
Di Balik Sedapnya Lontong Cap Go Meh, Tersimpan Berjuta Makna Budaya

Lontong Cap Go Meh juga menjadi lambang kebersamaan dan kemakmuran bagi masyarakat Tionghoa.

Baca Selengkapnya
Anies Bicara Istilah Negara 'Konoha' dan 'Wakanda' di Medsos: Itu Tanda Demokrasi Tidak Sehat
Anies Bicara Istilah Negara 'Konoha' dan 'Wakanda' di Medsos: Itu Tanda Demokrasi Tidak Sehat

Istilah negara Konoha dan Wakanda biasa dipakai warganet untuk menyampaikan kritik

Baca Selengkapnya
Gara-gara Sakit Hati Oleh Wanita, Pria Asal Papua Ini Lolos Jadi TNI 'Orangtua Menangis Saya Mau Tes'
Gara-gara Sakit Hati Oleh Wanita, Pria Asal Papua Ini Lolos Jadi TNI 'Orangtua Menangis Saya Mau Tes'

Kesal lantaran diselingkuhi dengan sosok tentara, pria tersebut mulai bertekad jadi abdi negara.

Baca Selengkapnya
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri

Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,

Baca Selengkapnya