Matinya demokrasi Suriah
Merdeka.com - Pemilihan presiden di Suriah bakal dilangsungkan bulan depan ditentang banyak kalangan. Mereka berpendapat pemungutan suara demi menentukan pemimpin itu hanya sebuah parodi.
Ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Inggris William Hague dalam jumpa pers seperti dilansir stasiun televisi BBC (15/5). "Masyarakat internasional telah jijik pada Basyar al-Assad. Dia mengabaikan hak asasi manusia untuk hidup," ujar Hague.
Kecaman keras ini mempunyai dasar. Konflik tiga tahun di Suriah telah menelan korban tewas kurang lebih 150 ribu orang dan jutaan lain menjadi pengungsi yang nasibnya terkatung-katung di negara-negara tetangga Suriah. Bagi Hague, jika Ibu Kota Damaskus ingin damai, Assad harus mundur lantaran jika dia terpilih kembali maka negeri itu akan menjadi mati.
Banyak negara sejagat memang memfokuskan diri pada gejolak di Suriah yakni Mesir, Prancis, Jerman, Italia, Yordania, Qatar, Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat. Kemarin kesepuluh negara itu mengadakan pertemuan di Ibu Kota London dan membentuk Negara Sahabat Suriah demi kelangsungan terbaik negeri itu.
Rencananya Negara Sahabat Suriah akan berusaha menghentikan pemilihan umum (pemilu) berlangsung Juni. Waktu pemilu tidak tepat sebab jutaan pengungsi belum kembali dan kondisi di pelbagai kota Suriah belum pulih. Ditambah perang masih berkecamuk antara militer Assad dengan kelompok pemberontak menjadi dasar pemilu harus ditunda.
Negara Sahabat Suriah ini terbentuk pada 2012 saat utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Lakhdar Brahmini undur diri sebab tak sanggup mengakhiri krisis di negara itu. Kelompok ini juga sebagai tandingan dari dua negara pendukung Assad yakni Rusia dan China.
Hague berpendapat, sejatinya jika Assad pemimpin sejati dia harus bisa membuat keadaan Suriah damai dan barulah memikirkan pesta demokrasi. "Namun ini tidak. Pertumpahan darah terus terjadi dan demokrasi sudah mati di sana," kata Hague sengit.
(mdk/din)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.
Baca SelengkapnyaPemilu yang demokratis sangat penting untuk menegakkan prinsip-prinsip demokrasi dan memastikan bahwa warga negara memiliki suara.
Baca SelengkapnyaPemilu merupakan penerapan nyata dari kehendak rakyat untuk menjalankan negara secara demokratis.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemilu 2019 menandai pemilihan presiden keempat dalam era reformasi Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemilu 1955 memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia karena hasil pemilu tersebut menjadi dasar pembentukan negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaSebagai warga negara Indonesia yang demokratis, Anda tentu ingin mengetahui lebih banyak tentang pemilu, apalagi jika Anda adalah pemilih baru.
Baca SelengkapnyaDalam sistem demokrasi, rakyat memegang kekuasaan tertinggi.
Baca SelengkapnyaGagasan itu dikatakan Surya Paloh perlu dihormati.
Baca SelengkapnyaPemilu atau Pemilihan Umum adalah proses demokratis yang dilakukan secara periodik di suatu negara untuk memilih para wakil rakyat atau pejabat pemerintahan.
Baca Selengkapnya