Kedekatan Mantan Kepala Keamanan Kazakhstan yang Dipecat dengan China

Merdeka.com - Keberuntungan berubah dengan cepat untuk Karim Massimov. Mantan kepala intelijen Kazakhstan itu pernah dipandang sebagai pesaing mantan presiden yang berkuasa selama tiga dekade, Nursultan Nazarbayev.

Tapi selama kerusuhan mematikan pekan lalu yang disebut pemerintah Kazakhstan didukung teroris yang dilatih di luar negeri, Massimov dipecat sebagai Kepala Komite Keamanan Nasional dan sehari setelahnya ditangkap atas dugaan makar.

Sedikit diketahui tentang penangkapannya, yang mana pemerintah mengumumkan penangkapannya tiga hari kemudian.

Massimov dikenal luas sebagai sekutu dekat Nazarbayev - yang diyakini tetap memiliki pengaruh walaupun mengundurkan diri pada 2019 - dan juga merupakan perpanjangan tangan China di dalam pemerintahan Kazakhstan.

Setelah Kazakhstan merdeka dari Uni Soviet pada 1991, perekonomiannya stagnan. Mata uang yang tidak stabil, penurunan produksi dan hutang besar menciptakan instabilitas keuangan.

Ketika Kazakhstan berjuang melalui transisi ke perekonomian yang lebih berorientasi pasar, Massimov aktif di dunia perdagangan internasional.

Dia mulai sebagai penasihat legal misi perdagangan Uni Soviet di China pada 1991. Setelah Uni Soviet runtuh, dia kembali ke Kazakhstan dan memimpin departemen hubungan ekonomi luar negeri di Kementerian Tenaga Kerja. Dia dikirim ke Urumqi, di mana dia menjadi spesialis senior di kantor perdagangan Kazakhstan mulai 1992-1993.

Massimov sebelumnya kuliah bahasa Mandarin di Universitas Bahasa dan Kebudayaan Beijing, dan mengambil jurusan hukum internasional di Universitas Wuhan.

Dia kemudian memimpin proyek perbankan dan infrastruktur selama 1990-an, mengawasi Kamar Dagang Kazakhstan di Hong Kong dan kemudian Bank Halyk cabang Beijing. Saat itu, dia menyebut pembukaan kantor cabang tersebut "bukti hubungan dekat ekonomi dan perdagangan antara Kazakhstan dan China", menurut laporan Xinhua pada 1999, dikutip dari South China Morning Post, Kamis (13/1).

Bank tersebut merupakan yang terbesar di Kazakhstan dan dimiliki oleh menantu Nazarbayev, presiden satu-satunya di negara itu sejak keruntuhan Uni Soviet.

Massimov kemudian dipromosikan untuk jabatan di kabinet pada 2000 sebagai menteri transportasi dan komunikasi. Dia mengusulkan kepada Rusia dan China pembangunan rel kargo untuk menghubungkan pelabuhan Lianyungan di China timur dengan Minsk di Belarusia dan pelabuhan-pelabuhan di Eropa barat, melalui Kazakhstan.

Dia menjabat menteri transportasi dan komunikasi selama setahun dan kemudian menjadi wakil perdana menteri dari 2001-2003, jabatan yang kembali dia duduki pada 2006.

Sejak awal, Massimov mendorong Kazakhstan untuk menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dengan "mengkoordinasikan erat" hubungannya dengan China. Proyek infrastruktur besar seperti jaringan pipa transnasional dan zona perdagangan bebas dibahas dengan Beijing selama masa jabatannya sebagai wakil perdana menteri.

Pada kunjungan ke Beijing untuk membahas bagaimana memajukan hubungan ekonomi antara kedua negara tetangga, saat itu Perdana Menteri China Zhu Rongji mengatakan kepada Massimov: “Saya selalu siap melayani Anda dalam upaya ini. Jika ada yang tidak beres, tolong hubungi saya secara pribadi – bagaimanapun juga, kita adalah teman lama.”

Proyek "Jalan Terang"

Kedekatan Massimov dengan China semakin kuat ketika dia menjadi Perdana Menteri Kazakhstan dua kali; dari 2007-2012, dan dari 2014-2016.

Dalam banyak kunjungannya ke China, Massimov menandatangani perjanjian meliputi berbagai bidang kerjasama mulai dari keuangan sampai pertanian dan listrik. Sebagai bagian dari Organisasi Kerjasama Shanghai yang dipimpin China, Kazakhstan telah mengulangi seruan Beijing untuk memperkuat keamanan di kawasan itu dan memerangi “tiga kekuatan jahat” – terorisme, separatisme, dan ekstremisme agama – yang menurut kelompok itu mengganggu kestabilan kawasan.

Massimov juga membela Beijing atas kekhawatiran bahwa pengaruhnya yang berkembang di kawasan itu dapat mengancam kemerdekaan Kazakhstan, dengan mengatakan negara kaya minyak itu dapat menyeimbangkan kepentingannya antara China dan Rusia.

Kazakhstan mengandalkan pinjaman China untuk melewati resesi 2008 setelah pinjaman luar negeri mengering dan harga minyak turun.

Baru-baru ini, Kazakhstan menjadi bagian penting Belt and Road Initiative China, skema perdagangan dan infrastruktur yang luas. Pemerintah Kazakhstan pada 2014 meluncurkan programnya sendiri untuk memperbaiki rel dan jalan-jalan yang disebut Nurly Zhol atau Jalan Terang. Massimov memuji program tersebut sebagai pelengkap program Belt and Road Initiative China, dan kunjungannya ke China pada 2015 menghasilkan kesepakatan senilai lebih dari USD 23,6 miliar.

China menawarkan dukungannya untuk pemerintah Kazakhstan ketika menghadapi krisis terburuk sejak kemerdekaannya 30 tahun lalu, setelah unjuk rasa meluas menentang kenaikan harga BBM yang kemudian berujung kekerasan. Sebanyak 164 orang dilaporkan tewas, ribuan orang ditangkap, dan gedung-gedung pemerintah dibakar.