Jamal Khashoggi, jejak suara pembangkang yang dibungkam Saudi
Merdeka.com - Jamal Khashoggi tadinya adalah penyambung lidah rezim Arab Saudi. Dia adalah jurnalis terkemuka yang pernah bertugas di Riyadh dan menjadi pembela keluarga Kerajaan Saudi. Demikian yang dikatakan Yahya Assiri, 38 tahun, bekas pejabat Angkatan Udara Saudi yang kini tinggal di pengasingan di London, Inggris.
Dilansir dari laman the Independent, Selasa (9/10), Assiri mengatakan kepada France 24, BBC, dan stasiun televisi lain, Khashoggi adalah sosok pria 59 tahun yang selalu santun dan berpikiran jernih, tidak seperti para pembela rezim Saudi lain yang bulan lalu mendesak dia dieksekusi.
Suatu hari di tahun lalu Khashoggi muncul di London dan meminta bertemu dengan Assiri. Sambil menikmati minum teh di lobi hotel West End, Khashoggi membuat pengakuan mengejutkan kepada rekannya itu. Dia bilang Assiri selama ini benar tentang rezim Saudi dan dirinya kini bergabung dengan kelompok oposisi.
"Dia bilang, 'Aku sama seperti dirimu,' ujar Assiri mengenang. "'Aku ingin demokrasi dan kebebasan. Aku ingin ini dilakukan dengan mulus. Aku ingin ini dilakukan dari dalam. Tapi rupanya mustahil.'"
Keberadaan Khashoggi hingga kini masih menjadi misteri sejak pekan lalu setelah dia diketahui pergi ke konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Pejabat Turki mengatakan Khashoggi kemudian tidak pernah keluar dari gedung konsulat. Keluarga dan rekan Khashoggi kini masih dibekap rasa cemas setelah kesimpulan awal aparat berwenang Turki mengatakan, berdasarkan rekaman kamera pengawas dan data transit bandara--Khashoggi telah dibunuh di dalam gedung konsulat dan kemungkinan mayatnya dimutilasi lalu dibawa keluar oleh sekitar 15 pria misterius yang punya hubungan dengan aparat Saudi.
Assiri dan rekannya yang mengenal Khashoggi mengatakan perubahan sikap sang jurnalis dari yang tadinya orang dekat elit Saudi lalu menjadi pembangkang membuat dia jadi target utama aparat keamanan Saudi di bawah kepemimpinan Putera Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman.
Perubahan sikap Khashoggi berasal dari perkembangan intelektualnya seiring dengan tingkat intoleransi rezim Saudi yang sama sekali tidak mengizinkan kritik sekecil apa pun bertumbuh.
"Pandangannya mewakili banyak rakyat Saudi yang selama ini saya tahu," ujar Sarah Leah Whitson, Direktur Pemantau Hak Asasi Timur tengah, teman dari Khashoggi.
"Saya mendengar orang-orang merasa nyaman mengeluh soal kondisi pemerintahan. Tapi hanya sekejap saja kini hal itu tidak lagi dibolehkan di Arab Saudi. Itulah yang terjadi dan sudah berubah."
Khashoggi mempunyai dua karir. Dia adalah wartawan dan penasihat dari pangeran Saudi berpengaruh, Faisal bin Turki yang pernah bertugas sebagai kepala intelijen sekaligus duta besar Amerika Serikat dan Inggris. Dia kemudian mengatakan kepada temannya, sebagai orang kepercayaan Pangeran Bin Turki, dirinya harus patuh sebagai corong suara rezim Saudi tapi dia juga punya akses kepada segala kesepakatan rahasia pejabat Saudi, termasuk campur tangan di surat kabar luar negeri, stasiun televisi, dan serangkaian pengamat ahli yang didanai Riyadh.
Meski begitu, sebagai seorang jurnalis, Khashoggi juga punya keraguan terhadap masa depan Saudi.
"Bahkan di saat dia harus mendukung pemerintah, dia selalu mengatakan, kami semua ingin kebebasan dan ingin semua harapan terpenuhi,," kata Assiri.
"Dia selalu bilang, 'pemerintah kita akan melakukannya di masa depan, Tetaplah optimistis.'"
Ketika pertentangan mulai muncul, dimulai di masa Raja Abdullah hingga ke penerusnya, Raja Salman, Khashoggi kemudian dipecat dari redaksi al-Watan, koran terkemuka Saudi. Pada 2015 dia kemudian didapuk untuk menduduki kepala stasiun televisi Bahrain yang didanai Pangeran Walid bin Talal, tapi kemudian hanya beberapa jam setelah diluncurkan pemerintah Saudi memerintahkan mereka tutup.
Sejak setahun terakhir para pengamat dan pembaca yang menikmati kolomnya di koran Washington Post mulai merasakan kerasnya kritik Khashoggi buat pemerintah Saudi, terutama sikapnya terhadap Pangeran bin Salman. Maret lalu dia mengatakan kepada Aljazeera, media Qatar yang jadi musuh Saudi, Arab Saudi takkan menjadi negara demokrasi di bawah kepemimpinan saat ini.
"Dia berubah pelan-pelan selama dua-tiga tahun ini karena dipicu gaya kepemimpinan Putra Mahkota," kata Joseph Bahout, sarjana berdarah Prancis-Libanon, teman Khashoggi.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sisi Lain Kehidupan di Arab Saudi, Penduduknya Kaya Raya Tapi Tak Saling Kenal Tetangga Rumah
Hal tersebut diketahui dari kebiasaan warga setempat yang jarang berinteraksi satu sama lain.
Baca SelengkapnyaJadwal di Jeddah Maju Jadi 9 Februari 2024, Berikut Daftar Tanggal Pencoblosan di Luar Negeri
PPLN Jeddah langsung berusaha secara intensif mencari tempat.
Baca SelengkapnyaSejumlah Negara Muslim Tetapkan Idulfitri Jatuh Pada Rabu 10 April, Saudi akan Rayakan dengan Kembang Api dan Konser Musik
Sejumlah Negara Muslim Tetapkan Idulfitri Jatuh 10 April, Saudi akan Rayakan dengan Kembang Api dan Konser Musik
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Media Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri
Jenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaTutup Bimtek PPIH Arab Saudi 2024, Menag: Layani Jemaah Haji Seperti Orang Tua & Keluarga Sendiri
Adapun kuota jemaah haji tahun 2024 ini mencapa 241 ribu orang.
Baca SelengkapnyaArab Saudi Masih Tetap Ingin Normalisasi dengan Israel Setelah Perang di Gaza Usai
Arab Saudi Masih Tetap Ingin Normalisasi dengan Israel Setelah Perang di Gaza Usai
Baca SelengkapnyaPengumuman Hasil Seleksi PPIH Arab Saudi 1445 H Diundur, Begini Penjelasan Kemenag
Diketahui, seleksi PPIH Arab Saudi tingkat pusat diawali dengan proses pendaftaran dan seleksi berkas dari 11 - 19 Januari 2024
Baca SelengkapnyaWarga Indonesia Beli Gula & Kopi Jalan Kaki ke Malaysia, Prajurit TNI Langsung Memeriksanya 'Lain kali belanja di Indonesia Ya'
Masyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.
Baca SelengkapnyaArab Saudi Segera Buka Toko Miras Pertama, Khusus Layani Diplomat
Saudi melarang minuman keras sejak 1952, setelah insiden penembakan diplomat Inggris oleh seorang pangeran Arab.
Baca Selengkapnya