Ilmuwan di China Percaya Obat Baru Bisa Hentikan Pandemi Tanpa Vaksin
Merdeka.com - Sebuah laboratorium di China kini tengah membuat obat yang dipercaya bisa menghentikan pandemi virus corona penyebab penyakit Covid-19.
Pandemi corona muncul pertama kali di China Desember tahun lalu hingga kemudian menyebar ke seluruh dunia dan sudah merenggut lebih dari 315.000 jiwa di berbagai negara. Dunia kini berpacu menemukan vaksin dan obat untuk melawan corona.
Para peneliti di kampus terkenal Universitas Peking, China, saat ini sedang menguji coba sebuah obat yang tidak hanya mampu mempersingkat masa pemulihan pasien corona, tapi juga memberi kadar imunitas jangka pendek terhadap virus corona.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang penanganan Covid-19 oleh polisi? Disertasi yang berjudul 'Evaluasi Kebijakan Operasi Aman Nusa II dalam Penanganan Covid-19 oleh Polrestabes Bandung,' karya Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung, menyoroti peran kritis Polri dalam mengimplementasikan strategi efektif yang mengintegrasikan keamanan dan kesehatan publik.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan China dalam eksperimen terbaru? Dalam sebuah eksperimen terbaru, tim ilmuwan China berhasil mendeteksi pesawat siluman menggunakan sinyal dari satelit Starlink milik Elon Musk.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di China? Ilmuwan menemukan fosil larva cacing yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu. Cacing tersebut mati saat belum terbentuk secara sempurna atau masih dalam bentuk larva.
-
Apa yang dibuat ilmuwan China? Albert Einstein pernah berbicara tentang penggunaan mesin udara untuk menciptakan kendaraan yang lebih besar dan lebih cepat. Hal itu ternyata menjadi pemicu ilmuwan China untuk membuatnya. Namun dimodifikasi sedemikian rupa. Malah secara tidak langsung negara itu 'berani' mematahkan pendapat Einstein.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan China? Ilmuwan dari China telah menciptakan desain baterai berbasis air terbaru yang lebih aman dan lebih efisien dalam menyimpan energi dibandingkan dengan baterai ion litium (Li-ion) yang saat ini banyak digunakan oleh manusia.
Dikutip dari laman the Times of Israel, Rabu (20/5), Sunney Xie, direktur Pusat Inovasi Unggul Genom di Universitas Peking, Beijing, mengatakan kepada kantor berita AFP, obat itu sudah sukses pada tahap uji coba ke hewan.
"Ketika kami suntikan antibodi itu ke tikus yang terinfeksi, setelah lima hari jumlah virus berkurang sebanyak 2.500," kata Xie.
"Ini berarti obat ini punya efek terapi."
Obat ini memakai antibodi penetralisir yang diperoleh dari sistem imun untuk mencegah virus menginfeksi sel. Antibodi ini diperoleh Xie dari darah 60 pasien covid-19 yang sudah sembuh.
Mempersingkat proses pemulihan
Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal sains Cell, menyebut penggunaan antibodi itu memberikan potensi kesembuhan dari covid-19 dabn mempersingkat proses pemulihan.
Xie mengatakan timnya bekerja siang malam untuk mendapatkan antibodi ini.
"Keahlian kami adalah genomik sel tunggal ketimbang imunologi atau virologi. Ketika kami mengetahui bahwa pendekatan genomik sel tunggal bisa secara efektif menemukan antibodi penetralisir kami sangat gembira."
Dia mengatakan dirinya berharap obat ini akan tersedia untuk digunakan tahun ini dan bisa dipakai jika terjadi wabah corona lagi di tengah musim dingin. Pandemi corona kini sudah menginfeksi 4,8 juta orang di seluruh dunia.
"Rencana uji coba klinis kini sedang dilakukan," kata Xie yang menyebut uji coba akan dilakukan di Australia dan negara lain karena di China hanya sedikit orang yang bisa jadi dijadikan percobaan.
"Harapannya adalah antibodi penetralisir ini bisa menjadi obat khusus yang menghentikan pandemi," kata dia.
Pejabat kesehatan China pekan lalu mengatakan negara itu punya lima kandidat vaksin corona dan saat ini sudah dalam tahap uji coba ke manusia.
Namun Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan proses pembuatan vaksin bisa memakan waktu 12 hingga 18 bulan.
Lebih dari 700 pasien di China sudah mendapat terapi plasma darah dan menurut otoritas kesehatan memperlihatkan "efek yang sangat baik".
"Namun, plasma ini terbatas dari segi pasokan," kata Xie. Dia juga mengatakan dari 14 antibodi penetralisir yang dipakai untuk obat itu bisa diproduksi secara massal dalam waktu cepat.
Pencegahan dan Penyembuhan
Pengobatan dengan antibodi bukanlah pendekatan baru dan selama ini sudah berhasil dalam menangani sejumlah virus seperi HIV, Ebola, dan MERS.
Xie menuturkan, penelitian termasuk yang paling awal karena pandemi ini bermula dari China kemudian menyebar ke negara lain.
Obat Ebola Remdesivir dinilai cukup menjanjikan untuk penanganan awal pasien Covid-19--uji klinis di AS memperlihatkan obat ini bisa mempersingkat waktu pemulihan sejumlah pasien hingga sepertiga kalinya--tapi angka kematian tidak banyak berbeda secara signifikan.
Obat baru dari China ini bisa memberikan perlindungan jangka pendek terhadap virus corona.
Penelitian memperlihatkan jika antibodi penetralisir ini disuntikkan sebelum tikus sudah terinfeksi virus, maka tikus itu aman dari penularan dan tidak ada virus yang terdeteksi.
Hal ini bisa memberikan perlindungan sementara bagi para tenaga medis untuk beberapa pekan dan Xie berharap mereka bisa memperpanjang waktunya hingga beberapa bulan.
Saat ini ada lebih dari 100 vaksin untuk Covid-19 yang tengah dikembangkan di seluruh dunia, tapi di tengah upaya itu, Xie berharap obat baru ini bisa lebih cepat dan efisien dalam menghentikan penyebaran virus corona secara global.
"Kita akan mampu menghentikan pandemi itu dengan obat yang efektif, bahkan tanpa perlu vaksin," ujar Xie.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Vaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca SelengkapnyaSejumlah penemuan penting terkait medis dilaksanakan pada tahun 2023 ini dan bisa berdampak pada semakin banyak penyakit yang diatasi.
Baca SelengkapnyaMunculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca SelengkapnyaKemenkes meminta masyarakat untuk tidak panik dengan adanya pneumonia misterius yang tengah merebak di China dan Eropa.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaTim peneliti menjelajahi lapisan es di Himalaya dan membawa kepingan es-es itu ke laboratorium untuk diperiksa.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaVarian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaNyamuk wolbachia diyakini bisa menekankan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Baca SelengkapnyaSebagian besar orang meyakini bahwa HIV adalah penyakit yang tidak dapat diobati. Yuk, cek kebenarannya!
Baca SelengkapnyaEfektivitas pemanfaatan teknologi wolbachia untuk menurunkan kejadian demam berdarah juga sudah dibuktikan di 13 negara.
Baca Selengkapnya