Gara-gara kasus pelecehan seksual, 48 pegawai Google dipecat
Merdeka.com - Direktur Utama Google, Sundar Pichai mengatakan, bahwa perusahaan raksasa teknologi itu sudah memecat 48 karyawan dalam dua tahun terakhir. Pegawai-pegawai itu dicopot dari jabatannya karena terkait kasus pelanggaran seksual.
"Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah membuat sejumlah perubahan, termasuk mengambil tindakan tegas yang semakin keras pada perilaku yang tidak pantas oleh orang-orang dalam posisi otoritas," kata Pichai dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari DW, Minggu (28/10).
Sebelumnya, harian New York Times melaporkan bahhwa pencipta Android, Andy Rubin, telah menerima paket pesangon senilai US$ 90 juta ketika meninggalkan perusahaan tersebut, setelah seorang karyawan Google menuduhnya melakukan pelanggaran seksual.
Namun Pichai menegaskan, tidak satu pun dari 48 karyawan yang dipecat, menerima "bonus".
"Kami sangat serius untuk menyediakan tempat kerja yang aman dan inklusif. Kami ingin meyakinkan Anda bahwa kami meninjau setiap keluhan tentang pelecehan seksual atau perilaku tidak pantas, kami menyelidiki dan mengambil tindakan," tandasnya.
Pelanggaran seksual di Silicon Valley dan dunia teknologi --termasuk Google-- telah menjadi masalah besar selama bertahun-tahun.
Sekitar 90% perempuan di industri ini mengaku, mereka menyaksikan perilaku seksis di lingkungan kerja maupun pada konferensi perusahaan, demikian menurut temuan sebuah proyek survei yang disebut "Elephant in the Valley".
Selain itu, survei tersebut juga menemukan bahwa 65% persen perempuan melaporkan telah menerima "keuntungan yang tidak diminta" dari atasannya karena alasan seksual. Hasil survei menyebutkan, setengah dari mereka menerima keuntungan lebih dari satu kali.
Sekalipun beberapa perusahaan teknologi, termasuk Google, menyatakan mereka telah melakukan yang terbaik untuk menghukum pelecehan seksual di tempat kerja, namun perempuan di industri teknologi merasa kebijakan itu belum cukup.
Sebuah kelompok advokasi "Project Include" yang dipimpin oleh mantan direktur utama Reddit, Ellen Pao, telah menyoroti beberapa cara untuk mempercepat kesetaraan gender dan mengungkap pelanggaran seksual dalam industri teknologi.
Antara lain dengan membuat kode etik dan membangun transparansi dalam budaya perusahaan.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Google Berencana PHK Karyawan Lagi
Google terus melakukan efisiensi karyuawan karena ingin mengubah arah perusahaan.
Baca SelengkapnyaKata-kata ini Paling Dicari di Google selama 2023, dari Pick Me, Skena, hingga Cuaks
Berikut adalah kata-kata yang kerap dicari di Google selama 2023.
Baca SelengkapnyaSeorang Karyawan Google Kena Pecat Gara-gara “Galak” dengan Israel
Berawal dari ini, banyak karyawan Google yang memprotes kebijakan kerja sama perusahaan dengan Israel.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gara-Gara AI, Google PHK Ratusan Karyawan
Perubahan ini mencerminkan bagaimana AI menggantikan lapangan kerja di industri.
Baca SelengkapnyaGoogle Pecat Karyawan yang Protes terhadap Israel
Google dan Amazon memiliki kontrak USD1,2 miliar untuk menyediakan layanan komputasi awan kepada pemerintah dan militer Israel.
Baca SelengkapnyaTelkomsel Jalin Kerja sama dengan Google, Ini yang Mereka Lakukan
Kerja sama ini bertujuan meningkatkan pengalaman komunikasi pelanggan dan menyajikan solusi pesan singkat yang lebih canggih.
Baca SelengkapnyaDiteken Wakilnya, Ini Kronologi Ketua BEM UI Dinonaktifkan Usai Dilaporkan Kasus Kekerasan Seksual
Meski terus dicecar, Shifa tetap tak mau terbuka soal pelapor dan korban yang membuat Melki terseret kasus dugaan kekerasan seksual.
Baca SelengkapnyaTerungkap, Detik-Detik Argiyan Arbirama Perkosa Mahasiswi di Depok Berujung Tewas
Berdasarkan bukti yang ditemukan dari ponsel pelaku, banyak ditemukan video porno.
Baca SelengkapnyaApa Kabar Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Rektor UP? Ini Kata Polisi
Rektor ETH sudah pernah diperiksa dalam kasus ini. Dia membantah melakukan pelecehan. Dia menyebut ada upaya kriminalisasi di tengah pemilihan rektor UP.
Baca Selengkapnya