Debat menyebut tragedi Olimpiade Munich 1972
Merdeka.com - Dua pihak berseberangan saling berdebat soal cara menyebut insiden Munich yang terjadi hari ini 40 tahun silam.
Bagi kelompok pro-Israel, tindakan milisi garis keras Fatah yang menamai diri gerakan September Gelap itu patut dinamai terorisme. Sebaliknya, buat pendukung pejuang kemerdekaan Palestina, aksi sepihak ini harus dihargai sebagai upaya agar mereka dibicarakan di level internasional, seperti dinarasikan ulang dalam artikel Majalah TIME (5/8/2002).
Dalam salah satu insiden terburuk dunia olah raga itu, pada 5 September 1972 dini hari waktu setempat, delapan pejuang Palestina dibantu dua milisi kiri Jerman, mengendap-endap ke asrama atlet Olimpiade asal Israel di kawasan Furstenfledburch, pinggir kota Munich, saat itu masih di wilayah Jerman Barat. Mereka berupaya menyekap belasan atlet, namun dalam prosesnya, seorang pegulat Yahudi dan pelatih angkat besi tewas tertembak karena melawan.
Polisi Jerman terlambat mengetahui insiden itu. Akhirnya negosiasi buat melepaskan sandera dilakukan. Para penyekap meminta 234 tawanan Palestina dibebaskan dari penjara Israel.Mereka juga meminta dua pegiat kiri kelompok radikal Baader-Meinhoff di Jerman turut dilepaskan sebagai ganti 11 sandera atlet Negeri Zionis itu. Tidak lupa sebuah jet menuju Ibu Kota Kairo, Mesir untuk melarikan diri.
Israel tidak menggubris tuntutan mereka. Pemerintah Jerman Barat pun diam-diam mengiyakan tuntutan itu, tapi berencana membunuh para penyekap saat kabur di bandar udara.
Akibat kurang koordinasi dan polisi lokal yang gugup, tembak menembak malah terjadi dan menewaskan seluruh sandera dan nyaris semua anggota September Hitam. Jerman Barat dikritik habis-habisan karena gegabah menangani kasus ini.
Perdana Menteri Israel Golda Meir mengamuk lalu memerintahkan dinas rahasia Mossad ganti membunuh pegiat Palestina di seluruh dunia, yang dicurigai merancang aksi itu dengan nama operasi 'Kemarahan Tuhan'. Salah satu korban serangan balasan ini adalah Ali Hasan Salameh, petinggi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Sampai sekarang, pemerintah Zionis dan sekutunya seperti Amerika Serikat merasa aksi September Hitam merupakan terorisme yang patut dikutuk. Bahkan kontingen Israel pada pembukaan Olimpiade London bulan lalu sempat memprotes karena tidak ada momen mengheningkan cipta bagi sebelas atlet mereka yang tewas puluhan tahun lalu. Media Eropa, rata-rata berupaya netral dan menyebut peristiwa ini 'Pembantaian Munich'.
Sebaliknya, para anggota September Hitam di dunia Arab disebut martir. Salah satu perancang aksi itu, Muhammad Oudeh, sampai akhir hayatnya bulan lalu tidak pernah menyesal. Berdasarkan pengakuan putrinya, tindakan menculik atlet, perlu dilakukan sebab Israel telah semena-mena menindas pemukim Palestina di perbatasan Libanon.
Selain itu, dengan menculik atlet di acara sekelas Olimpiade, tanpa maksud awal membunuh, dunia internasional peduli dengan isu pelik di Timur Tengah itu. "Sebelum (serangan) Munchen, tidak ada orang yang memiliki gagasan sedikitpun tentang Palestina," ujar Oudeh dua tahun sebelum meninggal.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Merebaknya konflik Israel-Palestina memunculkan pertanyaan mengenai pada sisi mana negara-negara lain berpihak.
Baca SelengkapnyaSembari bermain bersama, ada sekumpulan anak-anak Palestina yang mengeruk tepung sisa.
Baca Selengkapnya21 Tentara Israel Tewas dalam Satu Serangan Hamas, Terbanyak dalam Sehari
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pentingnya peran-peran kekuatan masyarakat sipil, tokoh lintas agama dan akademisi memperlemah Israel.
Baca SelengkapnyaDi tengah gempuran yang tiada habisnya, masih ada perkebunan yang tersisa di Gaza.
Baca SelengkapnyaBayi perempuan tersebut dibawa ke Israel setelah diculik dari rumahnya yang hancur akibat serangan bom.
Baca SelengkapnyaKoran Israel sebelumnya melaporkan Indonesia sepakat normalisaasi hubungan dengan Israel sebagai syarat menjadi anggota OECD.
Baca SelengkapnyaVideo aksi keji Israel ini viral di media sosial dan dibagikan media Timur Tengah.
Baca Selengkapnya