Batu Meteor Langka Jatuh di Antartika, Punya Kandungan Unsur Tertua di Tata Surya

Senin, 30 Januari 2023 11:06 Reporter : Hari Ariyanti
Batu Meteor Langka Jatuh di Antartika, Punya Kandungan Unsur Tertua di Tata Surya Meteor yang ditemukan di Antartika. ©Maria Valdes/SWNS

Merdeka.com - Peneliti di Antartika menemukan salah satu batu meteorit terbesar yang pernah ditemukan di benua itu. Batu antariksa ini ditemukan pada Desember 2022 dan beratnya 7,6 kilogram.

Antartika merupakan tempat favorit peneliti berburu meteorit. Benua ini tidak terlalu sering dihantam meteor dibandingkan tempat lainnya di Bumi, tapi cuaca kering lembab atau dingin di benua ini membantu mengawetkan batu meteor.

Tim yang menemukan asteroid menggunakan data satelit sekitar permukaan Antartika dan mesin untuk memprediksi di mana meteorit kemungkinan besar akan ditemukan.

Menemukan meteor sebesar ini merupakan hal yang tidak biasa. Selama 100 tahun, lebih dari 45.000 meteorit ditemukan di Antartika, tapi mayoritas merupakan meteroit mikro atau kecil, yang beratnya hanya ratusan gram.

Anggota tim peneliti yang menemukan meteorit di Antartika dan ilmuwan peneliti di Field Museum Universitas Chicago, Maria Valdes mengatakan, hanya seratusan meteorit yang ditemukan di Antartika memiliki ukuran yang sama.

"Ukuran tidak begitu penting untuk meteorit, dan bahkan meteor mikro kecil bisa sangat berharga secara ilmiah, tapi tentu, menemukan meteorit besar seperti ini langka, dan sangat menggembirakan," jelasnya, dikutip dari The Independent, Senin (30/1).

Meteor tersebut tampaknya terbuat dari kondrit, material paling umum meteorit. Batuan ini berasal dari sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter dan berisi beberapa material tertua dalam sistem tata surya.

2 dari 2 halaman

Meteor tersebut dikirim ke The Royal Belgian Institute of Natural Sciences, Belgia untuk analisis kimia. Saat dikirim, batu meteor ditempatkan dalam kotak berpendingin khusus untuk menghentikan pencairan yang dapat merusak struktur kimianya yang halus.

Selain Valdes, tim yang menemukan meteor ini yaitu Maria Schönbächler (profesor di Eidgenössische Technische Hochschule Zurich), Ryoga Maeda (mahasiswa doktoral di Universitas Vrije Brussel dan Université Libre de Bruxelle), dan dipimpin profesor di Université Libre de Bruxelle, Vinciane Debaille.

Empat peneliti ini menghabiskan waktu berhar-hari menelusuri daratan es, mengendarai mobil salju, tidur di tenda di atas permukaan es. Kendati dilakukan saat musim panas di Antartika, suhu rata-rata sampai minus 10 derajat Celcius. [pan]

Baca juga:
Ilmuwan & Komando Luar Angkasa AS Konfirmasi Meteorit Alien Pertama Tabrak Bumi
CEK FAKTA: Viral Meteor Akan Jatuh pada 7 Mei 2022 di Indonesia? Simak Faktanya
NASA: Meteor Meledak di Malam Tahun Baru Berkekuatan 30 Ton TNT
Ilmuwan Temukan Koloni Baru Penguin Berkat Kotoran yang Terlihat dari Luar Angkasa
Empat Perempuan Inggris Ditugaskan Hitung Penguin di Antartika
Perempuan Ini Jelajahi Antartika Sendirian Jalan Kaki 40 Hari dalam Suhu Minus 50 C

Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini