Melihat Tantangan Dunia Perfilman Indonesia
Merdeka.com - Meski perkembangan dunia perfilman di tanah air sudah semakin baik, ternyata masih banyak tantangan yang perlu dihadapi. Namun demikian, menurut Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI) Gunawan Panggaru semua tantangan itu bisa dihadapi jika semua pihak bisa bekerjasama.
Hal itu seleranya dalam acara Sarasehan Film Nasional selaras dengan seri terima buku "Wajah Perfilman Indonesia" yang merupakan hasil dari Konferensi Film Nasional 2023, di Gedung Film Pesona Indonesia, Jakarta, Kamis (30/3) lalu.
"Seandainya para insan film dan pemangku kepentingan saling bekerjasama dan memiliki tujuan yang sama maka perfilman Indonesia pun akan lebih maju daripada saat ini," katanya.
Minimnya Bioskop di Daerah
©2023 Merdeka.com
Sementara itu, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produktif Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Niel El Himam mengungkapkan pada tahun 2022 perfilman Indonesia berhasil meraih 55 juta penonton dengan penyumbang suara penonton terbanyak dari Film KKN di Desa Penari.
Namun demikian, dia mengungkap kekurangan yang masih dialami dunia perfilman. Salah satunya adalah masih kurangnya ketersediaan bioskop di daerah.
“Rencana pembangunan bioskop sudah ada sejak lama, tentunya dibutuhkan kerjasama antara pusat dan daerah. Dikarenakan bioskop sendiri bukan kewenangan pusat, melainkan daerah,” jelas Niel El Himam kepada merdeka.com di lokasi acara.
Niel juga menambahkan dari 300 judul film baru, hanya 108 film yang bisa tayang di bioskop. Padahal jika infrastruktur bioskop ditambah maka pendapatan ekonomi dari sektor perfilman pun akan ikut naik.
"Sebenarnya, belum ada angka pasti berapa pendapatan sektor perfilman tahun lalu, tapi jika dihitung tinggal 55 juta penonton dikali Rp50.000 atau sekitar Rp2 triliun. Ini belum termasuk penjualan dari makanan dan minuman bioskop," ucap Niel El Himam.
Kualitas Tenaga Pendidikan & SDM Perfilman Indonesia
©2023 Merdeka.com
Selain infrastruktur, menurut Gunawan Panggaru, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pendidikan perfilman Indonesia masih memprihatinkan.
"Sekarang ada 21 Program Studi Film dengan kurang lebih 80 SMK jurusan film, tetapi guru yang tersedia tidak memiliki keahlian yang sesuai," katanya.
Gunawan Panggaru pun ikut menambahkan bahwa permasalahan SDM juga hadir dari lapangan industri yang tersedia. Sampai saat ini, perfilman industri masih tersentralisasi di Pulau Jawa sehingga menantang lapangan kerja untuk para siswa yang berdomisili di daerah. Alhasil keahlian yang dimiliki pun tidak dapat terealisasikan secara maksimal.
Di sisi lain, kebutuhan alat guna penunjang perfilman pendidikan di tanah air pun belum bisa tersebar secara merata sehingga terjadinya ketimpangan kualitas SDM antara daerah dan pusat.
"Makanya di sini pemerintah harus turun tangan bukan hanya memberikan izin saja," ucap Gunawan.
Reporter Magang: Alya Nurfakhira Zahra
(mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Eksplorasi perilaku sembilan burung terpintar ini membuka pintu untuk lebih memahami kompleksitas kehidupan hewan dan keajaiban alam.
Baca SelengkapnyaAir terjun merupakan bentuk keajaiban dan keindahan alam yang patut untuk dilihat. Yuk, simak daftar air terjun tertinggi di dunia!
Baca SelengkapnyaMengetahui sejarah Pemilu di Indonesia dari masa ke masa sejak tahun 1955 sampai 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaAturan turunan ekspor pasir laut masih digodok karena melibatkan banyaknya tim kajian.
Baca Selengkapnya“Alam Ara” adalah film bersejarah dalam industri perfilman India karena merupakan film bersuara pertama di negara tersebut.
Baca SelengkapnyaPecah rekor, film Indonesia tahun 2024 tembus 55 juta penonton. Terbanyak sepanjang sejarah.
Baca SelengkapnyaMengenal D915, jalanan paling berbahaya di dunia dengan banyaknya tikungan tajam dan belokan yang mematikan.
Baca SelengkapnyaPelaksanaan pemilu memiliki langkah-langkah yang terstruktur dan diatur secara ketat.
Baca Selengkapnya