Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Alfonsa Ragha Horeng

Profil Alfonsa Ragha Horeng | Merdeka.com

Nama Alfonsa Ragha Horeng mungkin belum terlalu dikenal di masyarakat luas. Namun di tanah kelahiran, Desa Nita, Kabupaten Sikka, Flores-NTT, nama Alfonsa Horeng bisa jadi sudah seakrab masyarakat sekitar menghembuskan nafas dalam kehidupan sehari-hari. Dikenal sebagai sosok pembawa perubahan, Horeng lahir pada 1 Agustus 1974. Wanita yang berasal dari belahan Indonesia Timur ini berjasa besar dalam memajukan daerah asalnya dengan membawa budaya tenun khas Flores ke penjuru Indonesia bahkan berbagai pelosok dunia.

Memutuskan untuk melanjutkan pendidikan formal setingkat sarjana di Surabaya, tepatnya di Universitas Widya Mandala, ketertarikan Horeng pada dunia bisnis dan budaya terus menerus tumbuh. Setelah menamatkan kuliah pada 1998, wanita berkulit gelap ini sempat memutuskan untuk bekerja di ibu kota propinsi Jawa Timur tersebut selama beberapa waktu. Namun kecintaannya pada budaya daerah asalnya, terutama tenun, kian tak terbendung dan akhirnya membawa Horeng kembali ke Nita untuk melestarikan budaya tersebut. Horeng sangat prihatin melihat bagaimana deraan arus perubahan membuat budaya daerah cenderung terkesampingkan, karenanya ia terus berjuang untuk melestarikan budaya tenun khas desanya. Tentunya, kecintaan dan perhatian yang dicurahkan pada budaya tanah kelahirannya tersebut membuahkan banyak prestasi dan pengalaman. Alfonsa Horeng sering diundang ke berbagai event dan workshop baik di tingkat lokal, nasional maupun di tingkat internasional.

Awalnya, wanita yang sukses membina budidaya tenun tradisional pada lebih dari 12 desa di kepulauan Flores ini memulai usaha pelesarian budidaya tenun Flores sebagai sebuah hobi. Mendapati besarnya minat dan dukungan dari masyarakat serta pemerintah daerah setempat, Horeng memprakarsai berdirinya Sentra Industri Lokal Lepo Lerun pada Oktober 2003. Sentra inilah yang menandai upaya pelestarian budaya tenun tradisional tanah Flores berubah dari sekedar rasa ingin tahu dan hobi salah seorang putri daerah yang tak kenal lelah, menjadi semangat untuk melestarikan budaya asli yang telah turun temurun ada di daerah sekitar Flores.

Tercatat, beberapa event internasional pernah diikuti lulusan jurusan Pertanian Universitas Widya Mandala ini seperti ajang bergengsi ISEND di La-Rochelle Perancis dan workshop pariwisata di London, Inggris. Usaha tak kenal lelah dalam melestarikan budaya nasional dan memprakarsai peningkatan taraf kehidupan masyarakat melalui upaya pengembangan tradisi membuat Horeng lebih dari sekedar layak untuk memperoleh Kartini Award, bahkan London Leadership Award. Ajang bergengsi lain yang pernah dihadiri wanita yang mengaku masih nyaman menjalani masa lajangnya ini adalah pameran Adiwastra Kain Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Center pada pada Februari 2012 lalu.

Riset dan Analisis: Mamor Adi Pradhana

Profil

  • Nama Lengkap

    Alfonsa Ragha Horeng

  • Alias

    No Alias

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Nita, Sikka, Flores-NTT

  • Tanggal Lahir

    1974-08-01

  • Zodiak

    Leo

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    Nama Alfonsa Ragha Horeng mungkin belum terlalu dikenal di masyarakat luas. Namun di tanah kelahiran, Desa Nita, Kabupaten Sikka, Flores-NTT, nama Alfonsa Horeng bisa jadi sudah seakrab masyarakat sekitar menghembuskan nafas dalam kehidupan sehari-hari. Dikenal sebagai sosok pembawa perubahan, Horeng lahir pada 1 Agustus 1974. Wanita yang berasal dari belahan Indonesia Timur ini berjasa besar dalam memajukan daerah asalnya dengan membawa budaya tenun khas Flores ke penjuru Indonesia bahkan berbagai pelosok dunia.

    Memutuskan untuk melanjutkan pendidikan formal setingkat sarjana di Surabaya, tepatnya di Universitas Widya Mandala, ketertarikan Horeng pada dunia bisnis dan budaya terus menerus tumbuh. Setelah menamatkan kuliah pada 1998, wanita berkulit gelap ini sempat memutuskan untuk bekerja di ibu kota propinsi Jawa Timur tersebut selama beberapa waktu. Namun kecintaannya pada budaya daerah asalnya, terutama tenun, kian tak terbendung dan akhirnya membawa Horeng kembali ke Nita untuk melestarikan budaya tersebut. Horeng sangat prihatin melihat bagaimana deraan arus perubahan membuat budaya daerah cenderung terkesampingkan, karenanya ia terus berjuang untuk melestarikan budaya tenun khas desanya. Tentunya, kecintaan dan perhatian yang dicurahkan pada budaya tanah kelahirannya tersebut membuahkan banyak prestasi dan pengalaman. Alfonsa Horeng sering diundang ke berbagai event dan workshop baik di tingkat lokal, nasional maupun di tingkat internasional.

    Awalnya, wanita yang sukses membina budidaya tenun tradisional pada lebih dari 12 desa di kepulauan Flores ini memulai usaha pelesarian budidaya tenun Flores sebagai sebuah hobi. Mendapati besarnya minat dan dukungan dari masyarakat serta pemerintah daerah setempat, Horeng memprakarsai berdirinya Sentra Industri Lokal Lepo Lerun pada Oktober 2003. Sentra inilah yang menandai upaya pelestarian budaya tenun tradisional tanah Flores berubah dari sekedar rasa ingin tahu dan hobi salah seorang putri daerah yang tak kenal lelah, menjadi semangat untuk melestarikan budaya asli yang telah turun temurun ada di daerah sekitar Flores.

    Tercatat, beberapa event internasional pernah diikuti lulusan jurusan Pertanian Universitas Widya Mandala ini seperti ajang bergengsi ISEND di La-Rochelle Perancis dan workshop pariwisata di London, Inggris. Usaha tak kenal lelah dalam melestarikan budaya nasional dan memprakarsai peningkatan taraf kehidupan masyarakat melalui upaya pengembangan tradisi membuat Horeng lebih dari sekedar layak untuk memperoleh Kartini Award, bahkan London Leadership Award. Ajang bergengsi lain yang pernah dihadiri wanita yang mengaku masih nyaman menjalani masa lajangnya ini adalah pameran Adiwastra Kain Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Center pada pada Februari 2012 lalu.

    Riset dan Analisis: Mamor Adi Pradhana

  • Pendidikan

    • Universitas Widya Mandala, Surabaya (1998)

  • Karir

  • Penghargaan

    • Kartini Award
    • Australian Leadership Award

Geser ke atas Berita Selanjutnya