Tanpa penaikan produktivitas, upah buruh akan terus rendah

Merdeka.com - Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengingatkan pemerintah, soal rendahnya produktivitas Usaha Kecil Menengah (UKM). Di Indonesia, mayoritas bisnis bermodal cekak sangat kurang memperhatikan kualitas produk dan mengurangi barang yang tidak lolos uji. Hubungan majikan dan buruh juga banyak yang kurang harmonis.

Direktur ILO untuk Indonesia Peter van Rooij mengatakan, bila hal ini dibiarkan, maka upah buruh di sektor UKM akan konsisten rendah.

"Produktivitas UKM masih rendah, menyebabkan rendahnya upah buruh. Di Indonesia, produktivitasnya hanya berkisar 20 persen dibandingkan perusahaan besar," ujarnya di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jakarta, Senin (26/5).

Untuk itu, ILO mengapresiasi sikap pemerintah yang setuju memperpanjang pelaksanaan modul pelatihan SCORE (Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan).

Sepanjang 2010-2013, 91 perusahaan skala UKM dari 6 provinsi di Tanah Air telah diberi pengarahan, tips serta trik menggenjot produktivitas. Tenaga kerja yang sudah tersentuh program itu sebanyak 13.099 orang. Diperkirakan 303 lapangan kerja baru tercipta, berkat adanya efisiensi selepas pelatihan diberikan ILO bersama penyuluh Kemenakertrans.

Program ini juga mengajarkan manajemen UKM bagaimana cara paling efektif dalam berkomunikasi dengan para pekerja, supaya persoalan di perusahaan bisa diatasi. Misalnya tata letak bengkel, gudang, atau penggunaan listrik selama jam kerja. Kesehatan serta keselamatan kerja buruh juga jadi perhatian peserta pelatihan.

"Dengan metodologi yang mudah dipahami, SCORE dapat diimplementasikan dengan cepat, berdampak suasana kerja lebih kondusif, sehingga perusahaan peserta SCORE dapat meningkatkan produktivitas," kata Rooij.

Sekretaris Jenderal Kemenakertrans Abdul Wahab Bangkona mengaku, untuk 2014 pihaknya berharap 10 perusahaan baru bisa mengikuti SCORE. Artinya, program ini meluas ke dua provinsi baru, setelah diterapkan di DKI Jakarta, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, dan Lampung.

Selain itu, diharapkan UKM seluruh provinsi di Tanah Air beberapa tahun mendatang bisa meningkatkan kualitas kerja dan produksinya. Akan tetapi, untuk itu pemerintah berharap Swiss dan Norwegia yang selama ini menjadi donor bisa tetap mengucurkan dana.

"Dengan back-up pendanaan Swiss dan Norwegia, kita harapkan 1-2 tahun seluruh provinsi kita beri diseminasi program ini. Tentu ada pula dukungan Apindo, dan serikat pekerja, karena program ini benar-benar komprehensif," kata Bangkona.

ILO menguji coba SCORE di 8 negara. Selain di Tanah Air, UKM India, China, Afrika Selatan, Ghana, Vietnam, Kolombia, dan Peru juga menjalani pelatihan serupa.

Adapun, hasil pelatihan di Indonesia termasuk yang paling bagus. Sebab, setelah tiga tahun dijalankan, 56 persen UKM peserta program berhasil mendapatkan manfaat dalam mengurangi jumlah produk tidak laik uji.

Beberapa perusahaan bahkan menikmati kenaikan omzet hingga 80 persen tahun lalu. "Implementasi SCORE di Indonesia berjalan sukses, dan menjadi acuan negara lain," kata Rooij.