OJK nilai reksa dana masih jadi barang mahal
Merdeka.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai reksa dana masih menjadi instrumen investasi yang mahal, sehingga sulit dijangkau kebanyakan masyarakat Indonesia. Ini bisa menganggu tren pertumbuhan reksa dana.
"Banyak masyarakat yang berpikir ulang untuk menjadi nasabah di industri reksadana," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad, di Jakarta, Rabu (27/11).
Selain itu, dia juga melihat distribusi reksa dana juga belum terlalu luas. Padahal, reksa dana di Indonesia memiliki potensi untuk berkembang. Untuk itu, OJK tengah membahas langkah pengembangan industri reksa dana dengan asosiasi terkait.
"Saya menyayangkan masih minimnya pendistribusian dan transaksi penjualan pada produk reksadana, sehingga masyarakat yang sudah menjadi nasabah masih sulit dalam melakukan transaksinya. Dalam distribusi dan transaksi penjualannya kan masih minim, ini harus ditingkatkan lagi," kata Muliaman.
Sepanjang tiga bulan terakhir ini, OJK mencatat jumlah dana kelolaan investasi reksa dana mencapai Rp 194 triliun hingga Rp 200 triliun.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anda bisa menginvestasikan dana yang dimiliki dalam bentuk saham, obligasi dan pasar uang.
Baca SelengkapnyaSalah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca SelengkapnyaOtoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ini sebagai upaya OJK memperkuat upaya pelindungan konsumen di sektor jasa keuangan.
Baca SelengkapnyaPer Februari 2024 aset industri Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) mencapai Rp 1.130,05 triliun atau naik 2,08 persen secara tahunan (yoy).
Baca SelengkapnyaOJK menyebut ada tiga pihak yang dikenakan kewajiban dalam pelaporan kepemilikan saham atau setiap perubahan kepemilikan saham perusahaan terbuka.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data OJK, tabungan orang Indonesia pada bulan Februari meningkat jadi Rp8.441 triliun.
Baca SelengkapnyaI."Kenali investasi sejak dini. Langkah awal mulailah dengan menabung, kemudian naik ke level investasi," ucap Direktur BNI, Ronny Venir.
Baca SelengkapnyaOtoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.
Baca Selengkapnya