Sejarah Kota Sibolga, Daerah Kecil yang Dulunya Jadi Pusat Perdagangan Era Hindia Belanda
Salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara ini dulunya berperan penting dalam aktivitas perdagangan masa kolonial.
Salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara ini dulunya berperan penting dalam aktivitas perdagangan masa kolonial.
Kota Sibolga secara geografis terletak di pantai bagian Barat Sumatera yang membentang dari Utara hingga Selatan. Dengan Kota Medan, jaraknya lebih kurang 350 km atau sekitar 8 jam perjalanan.
Ketika zaman kolonial Belanda, Kota Sibolga masih bagian dari Keresidenan Tapanuli hingga kemerdekaan Indonesia sampai tahun 1998 Sibolga menjadi Kotamadya. Sibolga sendiri termasuk daerah yang kecil, hanya seluas 10,77 km persegi dan dihuni oleh 90.366 jiwa.
Sebelum menjadi kota Sibolga yang dikenal banyak orang, dulunya daerah ini merupakan sebuah "bandar" atau daerah yang digunakan untuk pusat perdagangan sekaligus pelabuhan. Siapa sangka, kini kota ini justru berkembang pesat.
Berikut selengkapnya sejarah Kota Sibolga yang dirangkum oleh merdeka.com dari berbagai sumber.
Mengutip dari kanal Youtube Campur Aduk 99, dulunya Kota Sibolga merupakan Teluk Tapian Nauli yang terletak di wilayah Poncan Ketek tepatnya tak jauh dari lokasi Kota Sibolga saat ini.
Poncan Ketek sempat digunakan sebagai salah satu pelabuhan dan aktivitas perdagangan yang dipimpin oleh Datuk Bandar. Seiring berjalannya waktu, kawasan ini berubah menjadi tempat perdagangan masyarakat pedalaman dengan berbagai komoditas.
Selain itu, Kota Sibolga belum dihuni oleh penduduk tetap. Hanya menjadi tempat transit pemikul garam hingga orang-orang Batak menyebutnya sebagai 'Parlanja Sira' atau perdagangan garam.
Dengan berkembangnya daerah Pulau Poncen Ketek, semakin hari wilayah ini semakin padat dan aktivitas perdagangan semakin meningkat. Hal tersebut mengakibatkan wilayah ini menjadi tidak relevan lagi.
Pada abad 19, pemerintah Kolonial Belanda memutuskan untuk memindahkan seluruh aktivitas perdagangan ke Kota Sibolga.
Raja Luka Hutagalung datang ke wilayah Sibolga untuk membuka pemukiman di kawasan tersebut tepatnya di sekitar sungai Aik Doras atau tidak jauh dari muara sungai.
Di balik penamaan daerah Sibolga tentunya memiliki arti dan makna yang mungkin tidak diketahui banyak orang. Semula, 'Sibolga' adalah julukan kepada orang yang akhirnya beralih menjadi nama tempat yaitu 'Sibalga'.
Sementara itu, orang-orang pesisir menyebutkan Sibolga dengan nama 'Si-boga', kemudian orang Belanda dan orang Inggris mengucapkannya dengan 'Sibougah'. Sedangkan orang-orang Jepang menyebutnya dengan nama 'Sibagura'.
Pasca kemerdekaan, tepatnya pada 17 Mei 1946, Kota Sibolga ditetapkan menjadi daerah otonom.
Kemudian pada tanggal 19 November 1946, Kota Sibolga sudah ditetapkan sebagai kota-kota lainnya yang ada di Provinsi Sumatera Utara.
Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca SelengkapnyaSuku asli dari kota Pagaralam, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Muara Enim ini melakukan perlawanan terlama dalam sejarah.
Baca SelengkapnyaSebuah komando militer yang dibentuk saat masa perjuangan kemerdekaan di Sumatera Tengah ini awalnya untuk memerangi para penjajah Belanda setelah PD II.
Baca SelengkapnyaBangunan yang didirikan kolonial Belanda ini pernah menjadi tempat pengasingan Soekarno dan tokoh nasional lainnya.
Baca SelengkapnyaAktivitas pertambangan di Pulau Sumatra sudah berlangsung sejak era pendudukan VOC pada abad ke-19. Tambang kemudian menjadi komoditas penting di Nusantara.
Baca SelengkapnyaSejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas.
Baca SelengkapnyaKawasan yang saat ini menjadi cagar budaya di Palembang dulunya sebuah lingkungan tempat tinggal bagi warga Tionghoa era kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaDulunya Kuningan merupakan wilayah permukiman dan kerajaan.
Baca SelengkapnyaPenetapan hari lahir itu didasarkan pada pembentukan daerah itu menjadi kabupaten oleh Sultan Hadiwijaya
Baca Selengkapnya