Mengenal Marandang untuk Sambut Ramadan, Tradisi Masyarakat Minangkabau yang Tak Lekang oleh Waktu
Bedanya memasak rendang untuk sambut Ramadan adalah masakannya akan disajikan untuk santap sahur pertama.
Bedanya memasak rendang untuk sambut Ramadan adalah masakannya akan disajikan untuk santap sahur pertama.
Masakan rendang tentu sudah menjadi identitas paling utama bagi masyarakat Minangkabau. Setiap ada momen hari besar, masakan ini wajib tersaji di atas meja makan.
Sebagian orang akan menyajikan rendang ketika momen Idulfitri atau Lebaran. Namun, berbeda dengan masyarakat asli Minangkabau. Bagi mereka, memasak rendang juga wajib dilakukan ketika menyambut bulan Ramadan.
Rendang yang dimasak menggunakan bahan utama daging sapi ini biasanya sudah tercium aromanya ketika memasuki h-1 atau h-2 Ramadan. Masyarakat berbondong-bondong memasak olahan rendang untuk disantap bersama.
Masyarakat setempat menyebut tradisi memasak rendang dalam menyambut bulan Ramadan adalah Marandang. Momen ini sangat ditunggu-tunggu karena akan menjalani puasa selama 30 hari penuh.
Dalam masyarakat Minang, terdapat tradisi Malamang yang dilaksanakan secara turun-temurun dalam menyambut acara atau hari-hari besar. Namun, Marandang juga tidak bisa lepas dari kegiatan rutin masyarakat setiap tahunnya.
Mengutip beberapa sumber, proses Marandang masih sama dengan memasak rendang pada umumnya. Namun, yang membedakan adalah masakan rendang ini biasa disajikan ketika sahur pertama.
Setiap proses memasak sangatlah penting karena menentukan rasa yang dihasilkan. Hal tersebut berlaku dalam memasak rendang khas Minang ini. Biasanya, masyarakat setempat akan memasak dengan kuali besar dan menggunakan api kecil.
Dalam satu kuali besar, kira-kira bisa diisi sebanyak 5 sampai 6 kilogram daging segar. Tak lupa, bumbu serta rempah-rempah pilihan juga di masak bersama dagingnya agak meresap sempurna.
Makanan yang dinobatkan sebagai kuliner terlezat di dunia ini dimasak dalam waktu yang cukup lama. Selain menggunakan api kecil, memasak rendang bisa menghabiskan waktu sekitar 5 jam dan harus terus diaduk.
Setiap jengkal proses dari Marandang ini mengandung makna yang dalam konteks sosial. Ya, momen ini menjadi ajang untuk bersilaturahmi antar sesama serta membangkitkan semangat kekeluargaan.
Mengapa tidak, setiap memasak rendang ini biasa disambi dengan bercakap-cakap dan bersenda gurau bersama. Maka dari itu, melalui tradisi Marandang ini menciptakan suasana yang hangat dan sangat kental.
Dalam menyambut bulan penuh berkah, masyarakat Pasaman Barat memiliki salah satu tradisi unik yang sudah diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaDalam menyambut bulan Ramadan, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing yang unik dan penuh makna.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sudah ada sejak tahun 1743 dan diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaTradisi Nyepuh jadi cara warga di Ciamis untuk menyambut bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaKue Talam merupakan kudapan tradisional Suku Banjar. Kue ini terbuat dari bahan dasar santan dan tepung.
Baca SelengkapnyaSetiap wilayah di Indonesia punya caranya masing-masing dalam menyambut Hari Lebaran
Baca SelengkapnyaDi Kudus, penjual intip ketan sudah jarang ditemui. Bisa dibilang makanan tradisional ini kini sangat langka.
Baca SelengkapnyaBiasanya tradisi Manjalang Mintuo ini juga dibarengi dengan saling bermaaf-maafan sekaligus membawa rantang yang berisikan berbagai macam masakan.
Baca SelengkapnyaJajanan khas Kota Jambi ini pastinya tidak pernah luput dari peminatnya terutama saat Bulan Ramadan tiba sebagai menu takjil untuk berbuka puasa.
Baca Selengkapnya