Ini penjelasan asal muasal mudik dimulai
Merdeka.com - Sosiolog dari Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar mengatakan, mudik merupakan fenomena sosial yang sudah menjadi budaya bagi sebagian masyarakat Indonesia, dan tidak bisa dicegah. Soal sejak kapan tradisi mudik ini dimulai, Wakil Rektor I Universitas Ibnu Chaldun Jakarta itu menjelaskan bahwa sejak terjadinya urbanisasi akibat kemajuan pembangunan di era 1970-an, menjadikan para perantau yang ingin mengadu nasib di kota harus pulang pada momentum-momentum tertentu, terutama di hari raya Idul Fitri (Lebaran).
"Sejak orang desa pergi ke kota, karena kota menjanjikan hidup yang lebih baik dan bisa memberikan lapangan pekerjaan," ujar Musni saat dihubungi merdeka.com, Jumat (1/7).
Musni mengatakan, ada sejumlah motif yang membuat seseorang memutuskan untuk mudik menjelang hari raya Lebaran. Selain ingin menunjukkan kesuksesannya kepada keluarga dan lingkungan, tak jarang kebanyakan dari mereka juga rindu untuk bernostalgia dengan kenangan-kenangan masa lalunya di kampung halaman.
"Tapi pada umumnya, motif mereka mudik itu karena ingin bersilaturahim kepada handai taulannya," kata Musni.
Musni juga menjelaskan, dalam tatanan sosial, mudik bisa memberi dampak positif untuk masyarakat di desa, seperti misalnya dari aspek ekonomi. Sebab, para pemudik yang pulang ke kampung halaman dengan membawa uang, pastinya ikut menggerakkan roda ekonomi dengan aktivitas berbelanja, menginap di hotel, dan aktivitas liburan lain seperti yang lazimnya dilakukan mereka di kampung halaman.
"Mudik itu dapat memberikan dampak positif pertumbuhan ekonomi, karena penginapan dan tempat wisata itu pastinya akan merekrut pegawai musiman, untuk melayani mereka yang ingin menginap dan berlibur di kampung halamannya," ujarnya.
Selain itu, Musni menjelaskan bahwa ada dampak sosial lain dari aktivitas mudik yang dilakukan menjelang hari raya Lebaran ini. Hal ini disebutnya sebagai penyatuan kembali masyarakat desa yang telah lama tinggal di kota, kepada keluarganya di desa yang senantiasa menunggu mereka pulang ke kampung halamannya tersebut.
"Dampak sosialnya itu reintegrasi atau penyatuan kembali masyarakat desa yang sudah lama tinggal di kota, di mana pada saat lebaran itu mereka pulang lagi ke desa dan merekatkan kembali hubungan keluarga dalam tali silaturahim," kata Musni.
"Dampak positif lain (dari mudik) pada masyarakat desa, adalah adanya nilai-nilai yang bisa memotivasi mereka, di mana orang bisa berhasil kalau dia mau bekerja keras di kota. Dan itu dibuktikan oleh mereka yang mudik ke kampung halamannya, setelah berhasil berjuang di kota," pungkasnya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mudik adalah tradisi yang sangat erat kaitannya dengan perayaan Lebaran di Indonesia.
Baca SelengkapnyaLebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.
Baca SelengkapnyaKetupat tak hanya sekedar panganan bagi masyarakat di Serang, tetapi mengandung makna nilai keislaman.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Utamanya terkait keselamatan dan kondisi jalanan selama periode mudik.
Baca Selengkapnyajemaah wanita terlihat mengenakan mukena dengan motif macan tutul yang mencolok.
Baca SelengkapnyaPada musim liburan seperti sekarang banyak orang yang merasakan kesepian. Berikut cara untuk mengatasi dan melawan perasaan tersebut.
Baca SelengkapnyaRamadan baru saja tiba, sambut bulan suci ini dengan belajar seputar hal-hal pembatal puasa.
Baca SelengkapnyaPuisi menjadi sarana yang indah untuk mengekspresikan kegembiraan, kerinduan, dan antusiasme menyambut bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaMemaafkan tidak sekedar berucap, tetapi juga harus didasari dengan keikhlasan.
Baca Selengkapnya