Cegah Kasus Perdagangan Anak, KPAI Dorong Penguatan Pola Asuh di Lingkungan Keluarga
Maraknya kasus eksploitasi seksual dan perdagangan anak kembali mencuat ke permukaan.
Maraknya kasus eksploitasi seksual dan perdagangan anak kembali mencuat ke permukaan.
Berdasarkan hasil laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jumlah korban anak yang dieksploitasi secara seksual atau diperdagangkan secara ekonomi meningkat dalam 3 tahun terakhir.
Pada tahun 2021, korban eksploitasi anak sejumlah 147, namun KPAI hanya mendapatkan 14 pengaduan yang masuk.
Hal tersebut juga diakui oleh Ketua KPAI, Ai Maryati Solihah yang mengungkapkan bahwa kenaikan angka korban bersifat dinamis akibat modus yang masih beragam.
kata Maryati saat dihubungi merdeka.com, Jumat (8/12).
Di sisi lain, Maryati juga menyoroti faktor pemicu yang melatarbelakangi kerentanan anak untuk terjerumus sebagai korban eksploitasi dan perdagangan anak, yakni pola asuh keluarga.
“Situasi pengasuhan kita masih belum mampu merangkul, mengasuh anak-anak, dalam situasi dalam kondisi apapun, karena sampai usia 18 tahun, masa anak-anak itu harus diasuh, harus diberikan perhatian,” tuturnya.
“Background keluarga, ada anak-anak yang kurang perhatian keluarga, atau broken home gitu ya,” imbuh Maryati menambahkan.
Selain itu, keluarga sebagai sosok terdekat perlu mengetahui perkembangan anak, secara fisik maupun psikologis dengan memiliki keterbukaan komunikasi terhadap anak. Terutama pada anak yang telah mengalami fase pubertas atau memasuki usia remaja yang butuh perhatian lebih intens.
“Tapi kebutuhan dia untuk diajak bicara, memberi kenyamanan, menyalurkan minat bakat, dan apa yang menjadi potensi dirinya. Tidak melulu, dibandingkan, bahkan mungkin gitu ya ada perilaku otoriter orang tua yang kurang bisa diterima,” ujar Maryati.
Selaras dengan hal tersebut, kata Maryati, ketidaknyamanan anak dengan lingkungan keluarganya bersumber pada kurangnya komunikasi dan interaksi yang terbuka antara satu sama lain, sehingga anak mudah terpengaruh lingkungan yang buruk.
“Itu adalah dialog, bukan lagi perintah, interupsi, itu ya. Atau lagi disertai dengan mungkin beragam kekerasan. Ini perilaku yang kerap jadi background dari ketidaknyamanan anak dalam keluarga, sehingga dia lari, ke teman, ingin nongkrong misalnya,” jelasnya.
Sebagai langkah pencegahan dan penekanan maraknya korban eksploitasi dan perdagangan anak, aspek utama untuk meminimalisir hal tersebut adalah dengan penguatan perhatian yang positif dalam lingkungan keluarga serta pendekatan terhadap anak untuk menjaga lingkup sosialisasinya tetap positif.
pungkasnya.
Pengungsi Rohingya kini mendapat penolakan dari warga Aceh. Pemerintah diminta bertindak tegas.
Baca SelengkapnyaPendaki itu tak pernah menyangka akan bertemu dengan penghuni Gunung Salak.
Baca SelengkapnyaTidak hanya tingkat kemiskinan, angka kriminalitas di kota ini juga cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaMantan Pegawai KPK Ingatkan Firli Bahuri Momen 'Jumat Keramat' Jika Besok Mangkir Pemanggilan
Baca SelengkapnyaAwalnya Tubagus masih bisa menikmati kebersamaan bersama banyak hiu. Tapi kenapa ada hiu yang menggigit?
Baca SelengkapnyaGunawan telah bekerja sebagai penjual di Blok M sejak tahun 2015, awalnya di lantai atas sebelum lantai itu ditutup.
Baca SelengkapnyaJerapah ini jadi satu-satunya binatang yang aneh di dunia.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka anak yang lahir saat fajar menyingsing ini menjadi sosok yang berjasa dan dikenang sepanjang masa.
Baca SelengkapnyaSetelah berhasil membuka usaha minuman, Ilham pun memiliki keinginan untuk merambah ke usaha makanan.
Baca Selengkapnya