Aksi solidaritas Salim Kancil, petani Jateng ruwatan di kejaksaan
Merdeka.com - Ratusan petani yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Tani Jawa Tengah untuk Transparansi dan Kedaulatan Desa (ARAK SETAN DESA) menggelar aksi solidaritas terkait pembunuhan Salim Kancil dan penganiayaan Tosan yang dilakukan oleh pelaku penambangan ilegal.
Arak Setan Desa ini terdiri dari berbagai organisasi masyarakat di antaranya; Aliansi Petani Indonesia (API), Oemah Tani Batang, Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Salatiga, SPPQT, Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Gerakan Masyarakat Tembakau Indonesia (GEMATI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang, TRUKA JAYA Salatiga, SPN Pekalongan, Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Batang, Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Jawa Tengah.
Aksi yang diikuti sekitar 200 massa ini dimulai di Kawasan Air Mancur Kawasan Jalan Pahlawan Kota Semarang ini menuntut aparat kepolisian segera menyeret para pelaku dan otak kekerasan terhadap dua petani korban mafia pertambangan di Kawasan Pantai Watu Pecak, Pasirian, Kecamatan Lumajang, Jawa Timur itu hingga tuntas.
"Usut tuntas dalang dan otak serta pelaku di balik pembunuhan Salim Kancil," teriak salah satu petani di atas mobil komando, Rosikin, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (6/10) saat masa bergerak menuju di Kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah.
Rosikin menyatakan kekerasan yang dialami Salim Kancil dan Tosan merupakan bukti bahwa kondisi petani di Indonesia kian hari kian mengalami upaya diskriminasi dari kaum kapitalis terutama pengusaha yang hanya mementingkan keuntungan semata. Tanpa memikirkan dampak jika terjadi kerusakan lingkungan akibat penambangan yang serampangan serta tanpa izin.
"Dengan banyaknya persoalan yang dihadapi petani baik kasus tanah maupun kasus produksi. Tak sedikit pula dampak dari konflik agraria berujung pada kekerasan terhadap petani. Bahkan tak jarang yang meninggal seperti yang terjadi pada Salim Kancil saat ini," ungkap Rosikin.
Selain melakukan orasi, para petani dalam aksinya tersebut mendaulat seorang dukun atau paranormal untuk meruwat Kejati Jateng dengan duduk di atas mobil komando.
Aroma dupa dari asap pembakaran kemenyan yang dilakukan dukun atau paranormal yang sudah tua tersebut langsung menyebar disekitar kantor Kejati Jateng. Sehingga aksi tersebut menarik perhatian beberapa karyawan Kejati Jateng dan pegawai kantor lainya yang ada di sekitar Jalan Pahlawan seperti; Kantor Telkom yang ada di sebelah kiri kejaksaan dan Kantor Perhutani Jateng dan Pengadilan Negeri (PN) yang ada diseberang jalan.
Sesajian dari hasil tani yang diwujudkan dalam gunungan juga diarak sepanjang kurang lebih 200 meter dari titik kumpul masa aksi di Kawasan Air Mancur sampai ke Kantor Kejati Jateng di Jalan Pahlawan Kota Semarang, Jawa Tengah untuk menyempurnakan proses ruwatan.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Konsolidasi Relawan Jelang Pilkada 2024, Gibran: Mohon Adik Saya juga Ikut Dikawal, PSI
Gibran mengapresiasi kedatangan dan kinerja para relawan yang mampu mendulang suara meski secara survei masih minim.
Baca SelengkapnyaKaesang: Jangan Coblos Mas Gibran di Bagian Dadanya, Hatinya Rapuh
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep berkelakar agar masyarakat tidak mencoblos kakaknya Gibran di bagian dada.
Baca SelengkapnyaKelakar Kaesang Saat Hadiri Tabligh Akbar di Bandung: Saya Ketua Umum Partai Santri Indonesia
Namun Kaesang langsung meralat ucapannya dengan mengatakan 'S' yang dimaksud merupakan solidaritas
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sadis! Pedagang Kramatjati Disiram Air Keras-Dibacok hingga Tewas di Tengah Keramaian Pasar
Saat peristiwa tersebut, tidak ada satu orang pun yang membantu korban dari amukan pelaku.
Baca SelengkapnyaIbu Hamil yang Hendak Melahirkan Ini Terjebak di Pasar Tipar, Sampai Dievakuasi Kepolisian
Warga dan pedagang yang melihat Maya merintih kesakitan mencoba membantunya dan langsung menghubungi petugas keamanan.
Baca SelengkapnyaDalih Sengatan Listrik di Pondok Pesantren
Penganiayaan yang menyebabkan santri meninggal dunia kembali berulang. Kali ini dipicu uang Rp10.000 dan pihak pesantren terkesan menutupinya.
Baca SelengkapnyaPuluhan Hektare Lahan Pertanian di Lumajang Rusak dan Terancam Gagal Panen Setelah Diterjang Angin Kencang
Yulianto, salah seorang petani mengatakan lahannya terancam gagal panen atas kondisi kerusakan tersebut.
Baca SelengkapnyaKasus Santri Tewas Diduga Dianiaya di Kediri, Ahmad Sahroni Sentil Sikap Pesantren
Pesantren dinilai terkesan menutupi kasus tersebut
Baca SelengkapnyaKaesang Masuk Bursa Calon Wali Kota Solo, Gibran Klaim Tak Mau Cawe-Cawe di Pilkada
Gibran mengklaim tak ingin cawe-cawe terkait wacana Kaesang jadi Calon Wali Kota Solo
Baca Selengkapnya