Pentas hingga kampung Laskar Pelangi
Merdeka.com - Selama enam tahun menjadi tukang topeng monyet, Wawan tidak pernah menemukan monyet sulit makan. Binatang berekor panjang ini melahap makanan seperti manusia.
Lelaki lulusan sekolah dasar ini menuturkan kalau lagi berkeliling monyet akan makan apa yang dia makan. "Kadang saat melewati pasar, banyak pedagang memberi monyetnya buah," kata Wawan kepada merdeka.com Selasa pekan lalu.
Setelah tabungannya cukup, dia tahun lalu membeli monyet sehingga tidak perlu menyewa lagi dengan bayaran Rp 20 ribu saban hari. Dia mendapatkan monyet lelaki berusia dua tahun lebih seharga Rp 1,5 juta.
Selepas itu, dia harus mengikuti tradisi dianggap sakral di kalangan tukang topeng, yakni memberi nama monyet baru itu. Acaranya persis syukuran bayi baru lahir. "Acara pemberian namanya dengan tumpengan nasi kuning dan hujan uang receh," kata Wawan mengenang.
Dia memberi nama monyetnya Rojali. Alasannya nama itu sudah dikenal masyarakat, mudah diingat, dan gampang ditirukan penonton. Karena sudah memiliki monyet sendiri, dia leluasa menentukan kapan mau berpentas keliling.
Biasanya dia mengitari wilayah di sekitar Kampung Melayu dan jatinegara. Polanya berpindah-pindah, bila kampung telah dikunjungi sepekan sebelumnya, dia tidak akan datang ke sana minggu berikutnya. Baru pada pekan ketiga dia melawat lagi ke daerah itu.
Dia mengaku sudah tidak mau pentas di jalan-jalan ramai atau persimpangan. Sebab di lokasi itu rawan ditangkap anggota Satuan Polisi Pamong Praja. "Seperti pencuri saja dikejar-kejar. Padahal kalau tertangkap harus bayar Rp 600 ribu, jika tidak dipenjara setengah bulan," ujar Wawan.
Dia lebih suka pentas di perumahan, selain acara ulang tahun atau kepentingan syuting televisi. Dia biasa meraup hingga Rp 300 ribu seharian manggung di Jakarta. Kalau lagi sepi paling banter Rp 40 ribu. Jumlah itu dia bagi dua bersama temannya, Yanto, pengiring musik topeng monyetnya yang menggunakan organ tunggal dan gendang.
Kalau ada pesanan dari luar kota, dia bakal membawa perlengkapan musik lengkap. Kalau sudah begitu, dia menambah lagi dua anak buah dadakan. Paling jauh dia pernah tampil di Kota Belitung, Provinsi Bangka Belitung, tepatnya di pinggir pantai. "Saat Lebaran kemarin, kami berempat bisa dapat satu juta per-hari," katanya sambil tersenyum. Itu penghasilan terbesar selama enam tahun dia menjadi tukang topeng monyet.
Dia berharap bisa banting setir. Pendapatannya sebagai tukang topeng monyet tidak pasti. Padahal saban bulan dia wajib menyisihkan Rp 200 ribu buat sewa kos terbuat dari triplek dan kayu di bantaran Kanal Banjir Timur.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat Jawa Tengah punya beragam cara merayakan Lebaran
Baca SelengkapnyaKejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.
Baca SelengkapnyaSalah satu desa yang terletak di Kecamatan Napal Putih ini dikenal sebagai kawasan pertambangan sejak zaman kolonial hingga menjadi rebutan beberapa negara.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ratusan kendaraan roda empat milik pemudik tersebut memadati Pelabuhan Bakauheni untuk menunggu antrean masuk naik ke geladak kapal.
Baca SelengkapnyaPolisi itu harus mendaki gunung, melewati hutan belantara dan menerjang beberapa sungai deras untuk menuju perkampungan.
Baca SelengkapnyaLebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.
Baca SelengkapnyaCegah Kemacetan di Jalan Lintas Timur Sumsel, Tol Kapang Betung Difungsionalkan saat Mudik Lebaran
Baca SelengkapnyaSemua masyarakat pribumi larut dalam kegembiraan dalam merayakan kemenangan.
Baca SelengkapnyaSelain melarang hamil, pegawai dipaksa terus bekerja sepanjang hari kerja tanpa istirahat.
Baca Selengkapnya