Harga Sejumlah Kebutuhan Pokok Naik, Pedagang dan Pembeli di Jawa Tengah Sama-sama Mengeluh
Kenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Kenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Memasuki akhir November, harga sejumlah kebutuhan pokok melambung tinggi. Di pasar tradisional Boyolali, harga gula putih dan gula merah naik drastis. Kenaikan harga gula cukup tinggi hingga mencapai Rp4.000 per kilogram.
Gula pasir eceran yang biasanya dihargai Rp12.000 per kilogram kini menjadi Rp17.000 per kilogram. Begitu juga dengan gula premium yang semula harganya Rp14.000 per kilogram kini menjadi Rp18.000 per kilogram. Sedangkan harga gula merah dari Rp14.000 kini menjadi Rp16.000.
Naiknya harga gula membuat para pembeli mengeluh. Meski harganya naik warga tetap membutuhkan gula karena termasuk kebutuhan pokok. Agar bisa berhemat, warga harus mengurangi jumlah pembelian. Pedagang dan pembeli berharap harga gula bisa segera turun.
Selain gula, harga telur ayam juga naik. Di pasar tradisional Simongan Semarang, telur ayam dibanderol seharga Rp27.000 per kilogram. Padahal empat hari sebelumnya, harga telur ayam masih berada di kisaran Rp24.000 per kilogram.
Sebagai dampak dari kenaikan harga itu, omzet pedagang menurun. Biasanya penjual bisa menjual 5 peti telur ayam. Kini telur ayam yang terjual hanya 2 peti saja. Diduga harga ayam naik karena mahalnya harga pakan ayam.
Pembeli kini mengeluh. Sebab selain harga telur ayam, harga kebutuhan pokok lain seperti beras juga masih tinggi di pasaran.
Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
Kenaikan harga ini diduga karena tingginya permintaan menjelang Natal dan tahun baru. Dampaknya omzet pedagang turun 20 persen. Pemerintah pun diharapkan untuk segera turun tangan demi menstabilkan kembali harga kebutuhan pokok.
Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas kedelai. Karena hal ini, para perajin tempe terpaksa mengurangi jumlah produksi tempe. Ada pula dari mereka yang mengecilkan ukuran tempe dan ada juga yang menaikkan harga jual.
Kini harga kedelai impor di pasaran mencapai Rp12.800 per kilogram dari harga sebelumnya Rp9.000 per kilogram. Untuk menjaga kelangsungan usahanya, salah seorang perajin tempe di Kelurahan Gedong Wetan, Kota Tegal terpaksa mengurangi produksinya dari yang biasanya sehari 40 kg kini menjadi 15 kg.
Untuk bisa bertahan di tengah mahalnya harga kedelai, ia tidak tiap hari memproduksi tempe. Tak hanya itu, ia juga mengurangi ukuran tempe dari yang sebelumnya satu tempe satu kilogram kini menjadi 8 ons. Harga jualnya naik dari Rp5.000 menjadi Rp6.000 per potong tempe.
“Ini kami lakukan biar bisa menutup biaya yang lain-lain,” kata Asikin, salah seorang perajin tempe.
Meski harga mengalami kenaikan, Pj Wali Kota memastikan pasokan beras dan sembako masih aman.
Baca SelengkapnyaPada Desember 2023, NTP Provinsi Sulawesi Tengah mengalami kenaikan tertinggi mencapai 2,22 persen dibandingkan NTP provinsi lainnya.
Baca SelengkapnyaAda beberapa harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan antara lain, beras, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.
Baca SelengkapnyaTriyono khawatir kenaikan harga minuman manis dalam kemasan nantinya akan membebani daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaPasca pemilu ini, kenaikan harga bukan pada beras saja, tetap beberapa kebutuhan sehari-hari lainnya.
Baca SelengkapnyaGanjar pun membeli beberapa sayuran untuk dibawa pulang. Sontak itu membuat pedagang antusias melayaninya.
Baca SelengkapnyaAnies menilai sejumlah komoditas bahan pokok memang meningkatkan. Dampaknya, pendapatan atau omzet pedagang turun.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga beras sekarang telah memecahkan rekor tertinggi di era pemerintahan Jokowi.
Baca SelengkapnyaPedagang Pasar Senen mengaku merasa bingung untuk harga daging kerap melonjak setiap bulan Ramadan.
Baca Selengkapnya