Bukan Solusi Dua Negara, Netanyahu Blak-Blakan Soal Nasib Palestina di Masa Depan
Netanyahu menolak gagasan Presiden AS Joe Biden untuk menghidupkan kembali solusi dua negara.
Netanyahu menolak gagasan Presiden AS Joe Biden untuk menghidupkan kembali solusi dua negara.
Sumber: Middle East Monitor
Netanyahu dilaporkan bertemu dengan setidaknya sepuluh anggota partai Likud selama sepekan terakhir ini untuk memastikan dukungan mereka. Ia mengetahui fakta bahwa dukungan partai pemerintah terus merosot dalam jajak pendapat sejak memulai serangan di Gaza.
Jewish Chronicle melaporkan Netanyahu memperkuat posisinya dan menolak pembicaraan damai dengan Palestina. Dilaporkan bahwa jika terpilih kembali, Netanyahu tidak akan membiarkan berdirinya negara Palestina. Menurutnya, mengikuti pembicaraan perdamaian untuk mencapai solusi dua negara hanya akan mengancam keamanan.
"Dalam keadaan saat ini di Timur Tengah, setiap wilayah yang Anda tinggalkan akan digunakan untuk negara Islam bersenjata melawan kami," ujar Netanyahu.
"Itulah yang terjadi di Lebanon. Itulah yang terjadi di Gaza. Dan sejak Kebangkitan Dunia Arab, itulah yang akan terjadi persis di Tepi Barat, di Yudea dan Samaria, jika kita meninggalkan wilayah itu," lanjutnya.
Sikap Netanyahu yang menghalangi ini secara langsung bertentangan dengan tujuan kebijakan Presiden Joe Biden untuk menghidupkan kembali solusi dua negara, yang dianggap penting bagi Gedung Putih untuk mempertahankan kemitraan dengan negara-negara Arab.
Netanyahu juga dilaporkan membanggakan pengabaiannya terhadap sikap AS yang menentang serangan darat dan penyerangan Rumah Sakit Shifa di Gaza. Ia mengklaim dirinya memiliki pengaruh pribadi atas Presiden Biden berkat jalinan hubungan 40 tahun.
"Saya telah mengenal Biden selama lebih dari 40 tahun, dan saya tahu cara berbicara kepada masyarakat Amerika," klaim Netanyahu seperti dilaporkan oleh Times of Israel.
Netanyahu juga menjelaskan kepada anggota partainya bahwa ia tidak berencana pergi ke mana pun setelah perang.
Sebanyak 80 persen warga Israel menyalahkan Netanyahu atas serangan mengejutkan Hamas ke kota-kota Israel pada 7 Oktober, menurut hasil survei Times of Israel. Ini termasuk 69 persen dari mereka yang memilih Partai Likud dalam pemilu tahun lalu.
Ketika ditanya siapa yang lebih cocok menjadi perdana menteri, 49 persen memilih pemimpin Partai Persatuan Nasional, Benny Gantz, dan hanya 28 persen yang memilih Netanyahu, sisanya belum memutuskan.
Terlepas dari tugas beratnya, Netanyahu telah terbiasa meraih kemenangan melawan segala rintangan, seperti yang diungkapkan Jewish Chronicle. Menurut survei, menjelang pemilu terakhir Israel ini, Netanyahu tertinggal jauh di belakang partai pusat-kiri, Persatuan Zionis.
Sumber: Middle East Monitor
Hasil penelitian menunjukkan Palestina kaya sumber daya alam khususnya minyak dan gas, bernilai ribuan triliun.
Baca SelengkapnyaRibuan Warga Palestina Masih Ditahan di Penjara Israel, Ini Datanya
Baca SelengkapnyaKedutaan Besar Palestina di Jakarta memberi pernyataan tentang konflik terbaru Palestina-Israel.
Baca SelengkapnyaMeningkatnya serangan, penangkapan, dan tekanan ini membawa Tepi Barat yang diduduki ke dalam situasi yang lebih buruk.
Baca SelengkapnyaIsrael kembali menggempur Jalur Gaza, Palestina pada Jumat (1/12) pagi.
Baca SelengkapnyaIndonesia juga salah satu negara yang menentang keras penjajahan Israel di tanah Palestina.
Baca SelengkapnyaBerbagai propaganda Israel yang digunakan untuk menjustifikasi agresinya di Jalur Gaza, Palestina, telah terbantahkan.
Baca SelengkapnyaIsrael mengebom Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Jalur Gaza pada Selasa (17/10) malam, menewaskan lebih dari 500 orang.
Baca SelengkapnyaMereka menjadi sasaran penyiksaan, bahkan ada yang dipukuli hingga tewas.
Baca Selengkapnya