Survei: Masyarakat Enggan Beli Rumah Dekat Hunian Pasien Covid-19
Merdeka.com - Country Manager Rumah.com, Marine Novita mengatakan, pandemi Virus Corona memunculkan masalah baru bagi industri properti. Di mana, hasil temuan Rumah.com dalam survei Consumer Sentiment Study H1 2021, sebanyak 50 persen responden menyatakan menghindari membeli hunian di klaster di mana penghuninya ada yang sudah berstatus positif Covid-19.
"Temuan ini dapat menjadi indikasi semakin dekatnya lingkungan yang terpapar wabah, sehingga upaya edukasi untuk mengurangi kekhawatiran yang berlebihan harus dilakukan oleh pemerintah dan sektor terkait," ujar Marine, Jakarta, Selasa (16/3).
Dampak lanjutan pandemi bagi para pencari rumah adalah penundaan transaksi properti mulai berkurang tapi makin banyak yang ragu untuk datang langsung ke lokasi melihat calon hunian. Sebanyak 52 persen responden mengaku menunda rencana pembelian propertinya.
"Meski besar, jumlah ini turun dari periode sebelumnya di mana 60 persen responden menunda rencana pembelian properti. Di saat yang sama, keraguan untuk berkunjung langsung juga meningkat. Di sinilah para pelaku industri properti harus memaksimalkan teknologi untuk menjangkau konsumen," jelas Marine.
Menurut Marine, adanya pandemi Covid-19 juga telah mempengaruhi bagaimana pencari rumah mendapatkan informasi tentang hunian yang akan dibeli. Sebagian besar responden lebih banyak menggunakan media sosial dan portal properti untuk mencari informasi properti yang diincar.
Sebanyak 77 persen responden menggunakan platform media sosial, 42 persen responden melalui portal properti daring, 37 persen responden melalui blog atau artikel daring dan 23 persen responden memanfaatkan tur virtual maupun video.
Kesimpulan
Marine menyimpulkan bahwa hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H1 2021 menunjukkan bahwa konsumen bukannya tidak tertarik dengan properti, apalagi hunian merupakan kebutuhan. Hanya saja ada beberapa pergeseran sikap yang harus dijawab oleh pelaku industri.
Di sisi lain, Rumah.com Indonesia Property Market Index Q1 2021 menunjukkan bahwa sektor properti butuh perhatian karena indeks suplai yang terus meningkat dan indeks harga yang turun. Hal ini terlihat bahwa pandemi Covid-19 yang sudah setahun melanda Indonesia membuat dampak low season di sektor properti masih terasa.
"Sehingga serangkaian insentif pemerintah muncul di saat yang sangat dibutuhkan," kata Marine.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini, tren permintaan properti oleh generasi milenial tengah mengalami lonjakan. Minat generasi milenial dalam membeli rumah tapak mencapai 64,4 persen.
Baca SelengkapnyaPenjualan properti residensial triwulan IV-2023 tercatat meningkat 3,37 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaTidak satu pun dari 16 properti yang dijual mendapat perhatian publik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Banyak masyarakat Indonesia yang memilih berinvestasi pada emas di tengah gempuran beragam pilihan investasi lain.
Baca SelengkapnyaTerlihat beberapa barang pribadi dan perabotan rumah tergenang air yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaBegini penampakan komplek perumahan milik perusahaan baja terbesar di Indonesia yang kini kondisinya memprihatinkan.
Baca SelengkapnyaDi akhir 2023, penambahan inventori baru pada proyek perumahan naik hingga dua kali lipat, sementara permintaan akan rumah baru juga naik hingga 27 persen.
Baca SelengkapnyaKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat hingga 2022 ada sekitar 12,71 juta backlog rumah.
Baca SelengkapnyaUmumnya, developer bodong berlomba-lomba memberikan penawaran menarik hingga melebihi batas kewajaran kepada calon konsumennya agar membeli properti.
Baca Selengkapnya