Pengguna Banyak Beralih ke Pertalite, Penghapusan Premium Tak Akan Ciptakan Guncangan
Merdeka.com - Ekonom sekaligus Direktur riset Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mendukung, rencana pemerintah menghapus bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium.
Piter menyebut, penghapusan BBM jenis murah ini bisa membantu mengurangi beban subsidi pemerintah. Terlebih di tengah situasi ekonomi sulit akibat pandemi Covid-19.
"Menghapuskan premium artinya mengurangi subsidi. Kalau dari pemerintah namanya mengurangi beban subsidi akan selalu baik. Terutama disaat beban fiskal terasa berat karena pandemi," ujarnya saat dihubungi Merdeka.com, Rabu (27 /10).
Pun, kata Piter, saat ini jumlah pengguna Premium mengalami tren penurunan. Lantaran banyak pengguna BBM dengan kandungan oktan rendah tersebut beralih ke Pertalite.
"Jadi, dampak negatif dari penghapusan premium akan relatif kecil," terangnya.
Meski begitu, Piter meminta implementasi kebijakan menghapus Premium nantinya disertai dengan antisipasi kemungkinan timbulnya inflasi. Sehingga, tidak menyebabkan adanya kenaikan harga komoditas pangan.
"Karena kenaikan harga akan mengurangi daya beli Masyarakat, sekaligus menahan konsumsi yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian," jelas Piter mengakhiri.
Pemerintah Berencana Hapus Premium
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana menghapus BBM jenis Premium. Penghapusan BBM jenis murah ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas lingkungan di Indonesia.
"Kita pun berkomitmen untuk memperbaiki kondisi lingkungan. Sehingga, kemungkinan Premium (dihapus) dipikirkan ke depan," ucap Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih dalam Konferensi Pers Virtual terkait Update Kebijakan dan Capaian Kinerja Sektor ESDM Triwulan III-2021, Senin (25/10).
Selain memperbaiki lingkungan, lanjut Soerjaningsih, rencana penghapusan Premium juga mempertimbangkan aspek penurunan jumlah pengguna. Di mana, mayoritas pengguna Premium kini telah beralih ke Pertalite.
"Premium ini kan secara volume sebenarnya sudah semakin kecil. masyarakat sudah shifting (beralih) ke Pertalite. Premium ini hanya tinggal tujuh negara yang pakai Premium itu," terangnya.
Oleh karena itu, pihaknya membuka opsi untuk penghapusan BBM jenis Premium ke Pertalite. Mengingat, kandungan RON lebih tinggi yang dimiliki Pertalite. "Pertalite bisa menggantikan premium. Tapi Pertalite juga perlu diperbaiki kualitasnya," tandasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Usai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga berjanji pemerintah tidak akan menaikkan BBM dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaRencana ini dibahas karena BBM oktan tinggi seperti Pertamax meyumbang polusi yang sedikit.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertamina memutuskan untuk menahan harga jenis BBM non subsidi meski SPBU lain mulai mengerek harga sejak awal tahun ini.
Baca SelengkapnyaPertamina mempertimbangkan evaluasi harga serta kebutuhan masyarakat pada Ramadan dan Idulfitri.
Baca SelengkapnyaCak Imin meluruskan janji akan menggratiskan bahan bakar minyak (BBM).
Baca SelengkapnyaSelain revitalisasi, Gibran juga akan fokus mengendalikan harga bahan pokok apabila menjadi wakil presiden.
Baca SelengkapnyaEH sudah ditahan dan terancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara dan denda paling banyak Rp2 miliar.
Baca SelengkapnyaPertamina Patra Niaga juga berinovasi untuk memastikan BBM dan LPG subsidi bisa tepat sasaran.
Baca Selengkapnya