Panas Bumi Dinilai Belum jadi Pilihan Utama Transisi EBT
Merdeka.com - Ekonom dan Praktisi Pasar Modal, Lucky Bayu Purnomo menilai, pengembangan energi geothermal belum mampu menjadi pilihan utama dalam transisi energi baru terbarukan (EBT). Hal ini menyusul banyaknya energi alternatif lain yang lebih ekonomis dan efisien.
Dia mengamati sisi fundamental PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Melihat bahwa perseroan mempunyai tantangan untuk mempopuliskan energi hasil panas bumi, terutama bagi sektor industri," katanya kepada wartawan, Kamis (2/3).
Menurut Lucky, perseroan sudah menulis dalam prospektusnya bahwa industri panas bumi tidak memiliki metodologi yang dibakukan sebagai standar tunggal secara internasional mengenai cara data cadangan sumber daya panas bumi diperkirakan, dicatat dan disertifikasi.
Oleh sebab itu, penentuan cadangan sumber daya panas bumi merupakan kegiatan yang bersifat probabilistik atau kemungkinan sehingga tidak terdapat jaminan bahwa data cadangan sumber daya panas bumi perseroan dapat mencerminkan hasil aktual yang dimiliki perseroan secara akurat.
Ruang gerak saham PGEO, lanjut Lucky, masih dapat mengalami pelemahan karena dilihat dari range harga Rp875 – Rp830. "Artinya ruang gerak rasionalnya bisa pada rentang Rp800 di level bawah. Sementara dari pasar juga minim apresiasi atas saham PGEO," ujar peraih gelar doktor ekonomi Trisakti itu.
(mdk/hrs)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pembangunan PLTP Lumut Balai Unit 2 akan menambah kapasitas panas bumi di Area Lumut Balai sebesar 55 MW.
Baca SelengkapnyaFokus pemerintah dalam percepatan transisi energi Indonesia masih mengarah pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Baca SelengkapnyaDia mendorong perusda merespon transformasi itu untuk masuk ke bisnis kendaraan listrik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemilih muda memandang isu transisi energi sangatlah mendesak untuk diselesaikan oleh Presiden dan Wakil Presiden Terpilih
Baca SelengkapnyaPemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.
Baca SelengkapnyaRumah bersama ini merupakan komitmen pemerintah untuk memperkuat kolaborasi antar kementerian/lembaga terkait untuk percepatan transisi EBT.
Baca SelengkapnyaPercepatan transisi energi fosil ke EBT diperlukan untuk mewujudkan target emisi karbon netral atau net zero emission pada 2060 mendatang.
Baca SelengkapnyaDampak perubahan iklim global tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan juga seluruh negara di dunia.
Baca SelengkapnyaIndonesia Kembali Gelar ISF 2024, Bawa 9 Topik Besar soal Transisi Energi hingga Ekonomi Biru
Baca Selengkapnya