Neraca Dagang Surplus 25 Bulan Berturut-turut, ini Keuntungan untuk Ekonomi Indonesia
Merdeka.com - Neraca Perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus selama 25 bulan berturut-turut. Pada Mei 2022 surplus neraca perdagangan tercatat sebesar USD 2,89 miliar.
Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, capaian tersebut menjadi modal dan amunisi ampuh dalam menopang ketahanan sektor eksternal di tengah pemulihan ekonomi yang masih berlangsung.
"Kinerja neraca perdagangan yang kembali mencatatkan nilai surplus perlu disyukuri," kata Menko Airlangga di Jakarta, Kamis (16/6).
Sebagai salah satu langkah mempertahankan surplus neraca perdagangan, pemerintah terus berupaya mendorong ekspansi pasar ekspor ke berbagai negara. Pada Mei 2022, negara tujuan ekspor Indonesia yang terbesar yakni China dengan nilai USD 4,59 miliar atau 22,95 persen dari total ekspor. Diikuti India sebesar USD 2,26 miliar (11,27 persen), dan Amerika Serikat sebesar USD2,05 miliar (10,26 persen).
Menko Airlangga mengatakan kerja sama bilateral dan multilateral akan terus diperkuat untuk memperluas akses pasar produk-produk Indonesia. Termasuk dalam gelaran Forum G20 yang saat ini Indonesia menjadi pemimpin presidensinya.
"Berbagai forum kerja sama internasional lainnya akan menjadi media yang terus dioptimalkan untuk mencapai tujuan tersebut,” ujar Airlangga.
Surplus neraca perdagangan yang terus terjaga tentunya didukung kinerja ekspor yang semakin tangguh. Pada Mei 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 21,51 miliar atau tumbuh 27 persen (yoy).
Seluruh sektor non migas juga menguat jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya, seperti sektor pertambangan dengan kenaikan sebesar 114,2 persen (yoy), pertanian meningkat sebesar 20,32 persen (yoy), dan industri pengolahan dengan pertumbuhan sebesar 7,78 persen (yoy).
Bahkan nilai ekspor Indonesia secara kumulatif selama periode Januari hingga Mei 2022 telah mencapai USD 114,97 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 36,34 persen (ctc). Di samping itu, struktur ekspor Indonesia yang didominasi oleh sektor industri sebesar 65,73 persen juga mengindikasikan prospek yang sehat pada kinerja perdagangan ke depan dengan nilai tambah tinggi.
"Untuk memacu nilai tambah ekspor, akselerasi program hilirisasi komoditas unggulan akan terus dipercepat. Program ini nantinya tidak hanya akan mendorong output nasional namun juga akan menyerap tenaga kerja sebesar-besarnya," tutur Menko Airlangga.
PMI Manufaktur
Sejalan dengan hal tersebut, posisi PMI Manufaktur Indonesia yang menunjukkan prospek output produksi sektor industri. Per Mei 2022 dengan PMI Manufaktur berasa di level 50,8, melanjutkan level ekspansif selama sembilan bulan berturut-turut.
Level PMI Indonesia tersebut juga masih berada di atas level PMI negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia (50,1) dan Myanmar (49,9). Hal ini menunjukkan responden manufaktur Indonesia berekspektasi positif terhadap kinerja perekonomian selama 12 bulan ke depan, sehingga akan terus menambah kapasitas produksi mereka.
Sementara itu dari sisi kinerja impor, pada Mei 2022 tercatat sebesar USD 18,61 miliar. Jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya, nilai impor telah meningkat sebesar 30,74 persen (yoy).
Sokongan utama impor berasal dari kelompok bahan baku/penolong dengan porsi 78,77 persen dari total impor. Disusul barang modal (13,09 persen), dan barang konsumsi (8,14 persen).
"Kondisi ini menunjukkan geliat produksi nasional semakin bertumbuh sehingga membutuhkan input bahan baku lebih besar," kata dia.
Mencermati dinamika global yang masih akan penuh tantangan di masa depan, bersinergi dengan Bank Indonesia, Pemerintah akan mengoptimalkan pemanfaatan Local Currency Settlement (LCS) sebagai bagian dari upaya mitigasi risiko eksternal.
Untuk merealisasikan upaya tersebut, Bank Indonesia bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, KADIN, APINDO, dan Asosiasi Bank ACCD telah melaksanakan launching Task Force Nasional LCS sebagai bentuk sinergi dan kolaborasi dalam mengakselerasi pengembangan LCS.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kinerja perdagangan Indonesia terus mencatatkan surplus hingga ke-47 kali berturut-turut sejak Mei 2020 lalu.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaZulkifli Hasan menyatakan, neraca perdagangan Indonesia tetap mencatatkan surplus pada Desember 2023.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaDengan capaian ini, untuk keseimbangan primer mengalami surplus mencapai Rp122,1 triliun.
Baca SelengkapnyaAkibat harga gas bumi murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) kepada tujuh sektor industri tellah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara.
Baca SelengkapnyaBPS memperkirakan Indonesia akan mengalami surplus beras akibat panen raya petani yang terjadi sejak Januari hingga April 2024.
Baca SelengkapnyaNamun demikian, pendapatan negara mengalami kontraksi sebesar 5, 4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaUtang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca Selengkapnya