Mimpi Indonesia jadi negara pengekspor pangan dan daging sapi
Merdeka.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Viva Yoga Mauladi mimpi Indonesia menjadi negara pengekspor pangan dunia. Menurutnya, Indonesia sudah saatnya memiliki gagasan visioner tersebut dan tidak selalu menjadi importir.
"Meskipun saat ini, ketergantungan Indonesia terhadap impor masih tinggi, kita harus mempunyai gagasan visioner sebagai negara pengekspor pangan dunia," ujarnya di Jakarta, Kamis (10/12).
Menurut Viva Yoga, hal itu pun berlaku untuk daging sapi. Meski Indonesia masih melakukan impor sapi di tahun 2014 sebesar 230.000 ton setara daging segar, namun ke depannya dia yakin Indonesia bisa melakukan ekspor sapi.
"Terdapat tiga strategi bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara pengekspor sapi. Pertama, peningkatan populasi Sapi. Kedua, peningkatan mutu dan kualitas Sapi, dan ketiga, peningkatan kesejahteraan petani-peternak sapi," tegasnya.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Ali Agus mengatakan, peningkatan populasi sapi diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya ketidakpastian peningkatan konsumsi. Proyeksi konsumsi daging sapi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun mencapai 2,58 kg/kapita/tahun dibanding angka proyeksi sebelumnya 1,78 kg/kapita/tahun.
Menurut BPS, konsumsi daging sapi di 2014 sudah mencapai 3,05 kg/kapita/tahun. Jika dikalikan dengan jumlah penduduk 250 juta dan setiap tahun ada kenaikan populasi manusia Indonesia rata-rata 3 juta. "Maka permintaan semakin meningkat, sedangkan suplainya tidak akan mencukupi bahkan akan terjadi pemotongan jumlah betina produktif semakin massif, mungkin dalam waktu 50 tahun populasi sapi bisa punah," ujar Ali.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Muladno mengatakan, peningkatan populasi sapi dapat dilakukan dengan cara mengimpor sapi indukan.
"Paling tidak, akan ada angka angka sapi yang meningkat dengan peternakan yang sudah terkonsolidasi. Untuk tahun depan, pemerintah sedikitnya membutuhkan 35 ribu indukan baru, namun dalam kesepakatan awal DPR, hanya disetujui angka 25 ribu ekor indukan." ujar dia.
Menurut Muladno, sapi indukan impor tersebut kemudian dikelola dalam kawasan Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan populasi sapi nasional, selain itu upaya tersebut ditujukan untuk mengangkat dan memberdayakan peternak kecil yang menjadi peternak mayoritas di Indonesia.
"Selama ini pemerintah langsung mengerjakan ternaknya, tapi tidak menggarap peternaknya. SPR itu orientasinya mencerdaskan peternaknya. Program SPR itu akan mengubah peternak yang berjalan sendiri sendiri saat ini, agar bisa bergerak dan berbisnis secara berkelompok, semua tempatnya difasilitasi oleh pemerintah, jaringan bisnisnya diperkuat," tutupnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaMantan Pemain Timnas Indonesia Banting Setir Jadi Pembudidaya Ikan, Ajak Masyarakat Sukses Bersama
Baca SelengkapnyaBanyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Saat ini, Kementan tengah fokus pada pemenuhan pangan dalam negeri untuk menekan kebijakan impor. Dua di antara komoditas jagung dan padi.
Baca SelengkapnyaSimak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
Baca SelengkapnyaPeran pemangku kepentingan diperlukan agar tidak menciptakan kebijakan yang saling tumpang tindih.
Baca SelengkapnyaJika pengembangan lapangan migas terus tertunda, maka diperkirakan di tahun 2042, Indonesia akan menjadi negara pengimpor net migas.
Baca SelengkapnyaPemerintah menyiapkan bantuan pangan beras hingga Juni 2024, masing-masing 10 Kg per keluarga, per bulan.
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca Selengkapnya