Lebih Murah, Banyak Masyarakat Kalangan Menengah Bawah Liburan ke Luar Negeri
Merdeka.com - Berlibur ke luar negeri menjadi hal lumrah dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Namun, itu bukan berarti mereka yang berlibur ke luar negeri merupakan kalangan ekonomi elit.
Pengamat sekaligus Cendekiawan Pariwisata, Azril Azharari mengatakan, banyak kalangan ekonomi kelas menengah ke bawah yang berlibur ke luar negeri, menggunakan biaya yang sudah mereka tabung sejak lama. Alasan utama masyarakat ekonomi kelas menengah memilih berlibur ke luar negeri, yaitu untuk mendapatkan pengalaman.
"Mereka ingin mendapatkan experience bagaimana berlibur ke luar negeri, itu yang utama," ucap Azril kepada merdeka.com, Senin (3/4).
Selain faktor pengalaman, hal lain masyarakat memilih untuk ke luar negeri karena alokasi biaya jika berlibur di destinasi unggulan dalam negeri sangat mahal.
"Bayangkan dengan bujet yang sama untuk membeli tiket pesawat dalam negeri, mereka sudah bisa belanja sekaligus tiket pesawat pulang pergi ke luar negeri. Itu juga menjadi alasan kenapa warga kita lebih suka ke luar," jelasnya.
Hal ini disayangkan Azril. Sebah menurutnya, sudah terlalu lama pemerintah terkesan abai dalam memanfaatkan potensi wisata nusantara. Pemerintah dianggap terlalu memprioritaskan bagaimana mendatangkan wisata asing sebanyak-banyaknya.
Sebagai informasi, Azril menyebutkan ada tiga macam kategori wisatawan yaitu wisatawan inbound artinya wisatawan mancanegara berlibur ke Indonesia, wisatawan outbound artinya warga negara Indonesia berlibur ke luar negeri, dan wisata nusantara artinya warga negara Indonesia yang berlibur di dalam negeri.
"Pemerintah tidak bisa mengelola wisata nusantara dengan baik," kritik Azril.
Dia mengatakan, jika Indonesia selalu mengunggulkan diri sebagai destinasi wisata alam terbaik, namun hal itu tidak dapat berdampak baik jika tidak didukung sejumlah infrastruktur seperti akses transportasi umum, akses informasi memadai, dan sebagainya.
"Di Singapura wisatawan tidak akan nyasar karena sangat mudah akses transportasinya, ini (transportasi umum) sangat mendukung pariwisata," tutup Azril.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap bisa mengerem laju wisatawan nusantara yang pelesiran ke luar negeri. Ini perlu dilakukan agar tidak terlalu banyak devisa yang terbuang masuk ke negara lain.
Presiden mengutip laporan dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyebutkan bahwa sedikitnya 11 juta orang masyarakat Indonesia melancong berlibur ke luar negeri.
"Kalau kita rem separuh saja, devisanya akan sangat besar sekali yang tidak terbuang masuk ke negara lain," kata Jokowi saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Lido di Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/3).
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Baca SelengkapnyaKendaraan pribadi cukup banyak memakan biaya baik sebelum maupun saat melakukan perjalanan mudik Lebaran.
Baca SelengkapnyaDengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi mengaku sudah memerintahkan Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mencari beras dengan harga murah.
Baca SelengkapnyaIndef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaJokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.
Baca SelengkapnyaAngka tersebut meningkat dibanding potensi pergerakan masyarakat pada masa Lebaran 2023 yakni 123,8 juta orang.
Baca SelengkapnyaDuta Besar RI untuk Inggris Desra Percaya terus mendorong optimalisasi peran diaspora Indonesia dalam membangun ekonomi berbasisinovasi.
Baca SelengkapnyaJokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.
Baca Selengkapnya