Kenaikan LPG Nonsubsidi Berpotensi Dongkrak Subsidi Energi, Ini Alasannya
Merdeka.com - Pemerintah bersama PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga LPG nonsubsidi. Kebijakan penyesuaian harga ini menindaklanjuti peningkatan harga Contract Price Aramco (CPA) yang menjadi salah satu acuan penetapan harga LPG di Bulan Februari 2022 yakni mencapai 775 USD/metrik ton, atau naik 21 persen dari harga rata-rata CPA sepanjang 2021.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan, kebijakan penyesuaian harga tersebut justru berpotensi mengakibatkan anggaran subsidi sektor energi kian membengkak. Menyusul, adanya migrasi kelompok ekonomi mampu yang merupakan konsumen pengguna gas elpiji non-subsidi terhadap gas subsidi kemasan 3 kilogram (Kg) yang memiliki harga terjangkau.
"Migrasi ini pasti akan terjadi karena selisih (harga) sudah semakin jauh. Ini akan membuat subsidi energi membengkak," tekannya saat dihubungi Merdeka.com, Sabtu (5/3).
Apalagi, lanjut Bhima, mekanisme pemberian program subsidi energi termasuk LPG bersifat terbuka. Walhasil, masyarakat kelompok ekonomi mampu bisa leluasa untuk melakukan pembelian gas elpiji subsidi kemasan 3 Kg.
"Sementara pendapatan masyarakat secara umum belum mengalami perbaikan sebelum seperti masa pandemi terjadi," imbuhnya.
Oleh karena itu, pihaknya meminta Pemerintah dan Pertamina untuk lebih serius dalam melakukan pengawasan atas distribusi gas elpiji subsidi maupun non-subsidi. Sehingga, program subsidi di sektor energi menjadi tepat sasaran dan tidak menimbulkan kelangkaan peredaran gas 3 Kg.
"Ini distribusi harus diawasi sampai ke daerah-daerah, jangan sampai belanja subsidi bengkak. Hal ini justru akan menyulitkan pelaku UMKM ataupun Masyarakat miskin yang betul-betul berhak terhadap elpiji 3 kilogram," tandasnya.
Rincian Harga Gas Non Subsidi
PT Pertamina (Persero) menaikkan harga LPG non subsidi dua kali dalam rentang waktu tiga bulan. Dengan demikian, LPG non subsidi tabung 5 kilogram (Kg) dan 12 Kg secara resmi mengalami kenaikan.
Merdeka.com melakukan penelusuran harga LPG oleh agen penjualan gas Margahayu, Bekasi Timur. Hasilnya kenaikan terjadi pada rentang harga Rp 191.000 hingga yang paling mahal sebesar Rp 198.000 per tabung dengan ukuran 12 Kg di agen penjualan gas.
"Gas 12 Kg kita jual Rp191.000 per tabung. Ini udah dua kali naik ya, pertama kan Desember lalu," kata Salah Satu Agen Gas Ucok di Bekasi Timur, Jawa Barat, Rabu (2/3).
Ucok mengatakan, harga ini hanya untuk pembelian langsung di agen. Harga akan berbeda jika konsumen membeli gas di warung atau toko kelontong. Harga yang ditawarkan bisa mencapai Rp198.000 hingga Rp200.000 per tabung untuk ukuran 12 Kg.
"Ini harga di agen. Kalau di warung beda lagi. Tergantung mereka. Kan mereka juga ada ongkos angkut dari sini ke tempat dia berjualan. Bisa jadi harga dinaikkan," katanya.
(mdk/ags)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertamina Patra Niaga telah menambah pasokan LPG 3 kg sebanyak 22.087 Metrik Ton atau setara dengan 7.36 juta tabung.
Baca SelengkapnyaUsai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaMasyarakat yang belum terdata diimbau agar segera mendaftar sebelum melakukan pembelian LPG tabung 3 kg.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertamina Patra Niaga juga berinovasi untuk memastikan BBM dan LPG subsidi bisa tepat sasaran.
Baca SelengkapnyaPertamina tentu memiliki perhitungan yang cermat, sebab review tiga bulanan harga BBM, memang berdasarkan rata-rata harga tertimbang.
Baca SelengkapnyaPertamina menjamin ketersediaan stok LPG di pangkalan-pangkalan resmi.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengimbau masyarakat pengguna LPG subsidi 3 Kg untuk segera mendaftar melalui pangkalan LPG milik Pertamina.
Baca SelengkapnyaPemerintah terlah resmi mewajibkan pembelian LPG 3kg pakai KTP.
Baca SelengkapnyaDirektur Logistik & Infrastruktur PT Pertamina (Persero), Alfian Nasution mengatakan, transaksi gas subsidi di pangkalan resmi akan terlacak melalui sistem.
Baca Selengkapnya