Indonesia-Malaysia Sepakat Tingkatkan Pemanfaatan Minyak Sawit di Uni Eropa
Merdeka.com - Indonesia dan Malaysia bersepakat untuk meningkatkan pemanfaatan minyak sawit di dunia. Hal ini sebagai respons terhadap krisis energi yang melanda dunia.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, saat ini merupakan momentum untuk kembali mempromosikan manfaat minyak sawit. Apalagi dengan menyasar pasar Amerika Serikat dan Uni Eropa yang disebut cukup sensitif terhadap produk kelapa sawit.
"Dengan adanya konflik, maka suplai BBM atau energi juga terdisrupsi terutama dari Rusia, salah satu yang bisa mengurangi ketergantungan dari fossil fuel itu adalah bio fuel dan kebetulan dengan situasi sekarang harga dari biofuel dan kelapa sawit harganya dekat," kata dia kepada wartawan di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Selasa (19/7).
Dia menerangkan, di kawasan Barat seperti AS atau Uni Eropa biasanya harga palm oil dan minyak fosil memiliki gap yang cukup jauh. Namun, saat ini harganya mulai berdekatan.
"Sehingga ini adalah momentum untuk mengurangi ketergantungan terhadap fossil fuel dengan meningkatkan penggunaan bio fuel," katanya.
Menko Airlangga meminta dalam The Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) untuk mendorong pemanfaatan tersebut. Dibarengi dengan persiapan kedua negara.
"Oleh karena itu, tadi dalam CPOPC, Indonesia dan Malaysia bersepakat untuk mendorong peningkatan penggunaan biofuel dan tentu dengan studi dan persiapan yang dilakukan oleh masing-masing kedua negara," ujarnya.
Tanggapan Malaysia
Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Hajjah Zuraida binti Kamaruddin mengatakan konflik Rusia-Ukraina yang terjadi saat ini mempengaruhi harga bahan bakar fosil. Sehingga ini bisa dimanfaatkan untuk promosi produk minyak kelapa sawit.
"Konflik antara Rusia dan Ukraina juga memberikan peluang kepada negara seperti Indonesia dan Malaysia sebagai penghasil palm oil," katanya.
“(Tujuannya) untuk memberikan keyakinan kepada pengguna di US (United States/AS) dan EU yang selama ini masih memberikan anggapan yang tidak benar mengenai kebaikan sawit," tambah dia.
Senada dengan Menko Airlangga, dia memandang ini perlu dimanfaatkan baik oleh Indonesia maupun Malaysia untuk merambah pasar ke sana. Dia juga mengeklaim penggunaan minyak sawit lebih efisien dari sisi keuangan.
"Jadi ini adalah peluang kita untuk memanfaatkan kembali dna mendapatkan keyakinan mereka untuk terus menggunakan dan menerima hakikat bahwa kelapa sawit adalah yang terbaik dan sangat sustainable dan sangat cost effective," paparnya.
Reporter: Arief Rahman Hakim
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaTantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengklaim rencana itu dapat terealisasi dengan memanfaatkan hasil produksi kelapa sawit yang jadi salah satu andalan Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat di Istana Negara untuk membahas sejumlah isu penting terkait kebijakan sawit di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKebun sawit terbesar di dunia seluas 586 ribu Ha dan diharapkan menyentuh 708 ribu Ha dalam satu dasawarsa.
Baca SelengkapnyaSido Muncul memperluas penjualan produk produk Tolak Angin ke luar negeri, salah satu tujuan ekspor selanjutnya adalah Uni Emirat Arab.
Baca SelengkapnyaSelain negara di Afrika, pemerintah juga menjajaki peluang impor minyak dari negara di kawasan Amerika Latin.
Baca SelengkapnyaMendag Zulhas menyampaikan, pihaknya akan berkirim surat terhadap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk mengevaluasi aturan tersebut.
Baca SelengkapnyaUMKM yang tercatat berkontribusi 61 persen terhadap PDB dan menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia menjadi fokus kolaborasi Pertamina dan Kemenparekraf.
Baca Selengkapnya