Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita Milenial India Berburu Saham di Tengah Pandemi Corona

Cerita Milenial India Berburu Saham di Tengah Pandemi Corona Bursa Saham. REUTERS/Daniel Munoz

Merdeka.com - Generasi muda di India baru saja menciptakan sebuah kebiasaan baru bagi dunia investasi di negaranya. Generasi muda India mulai membangun kebiasaan baru dengan menanam saham saat pandemi. Kaum milenial di India diketahui membeli saham dengan cepat karena adana pengurangan gaji, kesengsaraan ekonomi, dan banyaknya waktu yang dihabiskan di rumah.

Setelah 6 bulan menghadapi pandemi virus corona, Central Depositories Services India (CDSL), salah satu penyimpan sekuritas terkemuka di India melaporkan mengalami pertumbuhan hampir 20 persen dalam pembuatan akun baru, menyentuh lebih dari 25 juta dalam sebulan terakhir.

Catatan dari Dewan Sekuritas dan Bursa Efek India memaparkan bahwa pembukaan akun terbaru sebagian besar dibuka oleh milennial berusia 24-39 tahun.

Peningkatan ini memberi gambaran bahwa generasi muda di India mulai mencari cara untuk menopang keuangan mereka karena pandemi telah membebani tingkat pendapatan.

Direktur Penelitian di IDC Financial Insights Asia, Ganesh Vasudevan mengatakan pada CNBC Make-It, bahwa pandemi dan kurangnya kompetisi dari setiap kelas aset mendorong pergeseran pada pasar ekuitas.

Berbagai platform investasi online di India turut menunjukkan perkembangan karena mengalami lonjakan permintaan, terutama dari investor muda yang belum berpengalaman karena perusahaan investasi online ini menurunkan biaya masuk dan memudahkan akses ke pasar luar negeri.

Salah satunya adalah aplikasi Zerodha, pialang saham dengan klien terbanyak di India bahkan mengklaim menangani lebih banyak transaksi harian ketimbang platform paling populer di Amerika Serikat. Setiap harinya, platform ini menangani 5-7 juta pesanan, sedangkan Robinhood (platform milik AS) hanya melaporkan 4,3 juta pemesan.

Sementara itu, platform yang memungkinkan masyarakat India membeli saham perusahaan AS, Stockhal mengalami lonjakan 50 persen pada investor milenial dari April hingga September karena transaksi yang melonjak 300 persen menjadi USD 160 Juta.

"Kemudahan dalam membuka akun jual-beli saham serta penggunaan platform seluler dan ketersediaan internet yang murah semakin mendorong investor ritel untuk mencoba-coba perdagangan saham," ujar Ganesh pada CNBC.

Saham Apa yang Dibeli?

Sama seperti di negara lain, saham perusahaan teknologi di India telah muncul sebagai pemenang utama selama pandemi karena banyaknya penyesuaian baru dari kebiasaan pada umumnya. Seperti, meningkatnya layanan digital karena keharusan masyarakat bekerja dari rumah.

CEO Stockhal, Sitasha Srivastava menyetujui hal ini. "Saham teknologi dan dana yang diperdagangkan di bursa mengalami peningkatan arus. Tesla adalah favorit orang banyak," ungkapnya.

Lebih dari seperempat pengguna Stockhal (27 persen) melakukan jual beli saham pada perusahaan pembuat mobil listrik tersebut. Selain itu, pilihan teratas lainnya ada di perusahaan Microsoft, Apple, Amazon, dan SaaS (software-as-a-service).

Namun demikian, permintaan investasi di pasar domestik India juga dominan bagi investor ritel. Setelah turun drastis dalam bulan Maret, beberapa analis melihat indeks utama negara itu dapat bersiap untuk kenaikan kuat dalam beberapa bulan mendatang.

Sebelum ke perusahaan teknologi, investor India sempat menaruh perhatian kepada sektor emas. Namun, penutupan toko emas fisik karena adanya lockdown nasional imbas banyak orang memilih alternatif investasi ke digital, ketimbang logam mulia.

Bagaiman Risikonya?

Pasar global akhir-akhir ini telah membuat takut para investor dan membuat banyak orang bertanya-tanya apakah reli berbulan-bulan dapat berakhir.

Salah satu pendiri dan eksekutif Stockal, Vinay Bharathwaj memperkirakan perubahan pasar seperti itu akan berlanjut dalam waktu dekat, terutama menjelang pemilihan presiden AS, yang dapat mengurangi frekuensi perdagangan. Namun, dia tidak berharap hal itu mengurangi minat investor secara keseluruhan.

"Saya rasa tak ada orang yang lambat dalam berinvestasi. Buktinya, ada banyak orang menuai keuntungan di hari ini ketimbang 2 bulan lalu karena investasi," tutur Vinay.

Hal senada juga dinyatakan oleh CEO Cube Wealth, Satyen Kothari yang mengatakan bahwa investor tidak boleh menunda dalam berinvestasi. Karena, lebih baik investasi sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang panjang, ketimbang investasi sekali banyak tapi dalam jangka waktu pendek.

Dia menyarankan investor baru untuk memulai sekarang. Baginya, menyusun portofolio yang terdiversifikasi akan efektif, yang mana di dalamnya terdiri dari kelas aset yang berbeda, ada saham, reksadana, dan investasi alternatif lainnya. Kemudian, portofolio inilah yang dapat dikembangkan seiring berjalannya waktu.

"Mulailah saat Anda masih muda, sehingga Anda punya banyak waktu untuk mengeksplorasi portofolio. Entah untuk tabungan jangka pendek atau jangka panjang. Jangan pernah punya mindset ingin cepat kaya. Karena, kaya itu akan datang melalui segala proses," tutupnya.

Reporter Magang: Theniarti Ailin

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penjualan Ritel Awal 2024 Lebih Baik Dibanding Sebelum Pandemi Covid 2019, Benarkah Daya Beli Masyarakat Membaik?
Penjualan Ritel Awal 2024 Lebih Baik Dibanding Sebelum Pandemi Covid 2019, Benarkah Daya Beli Masyarakat Membaik?

Data Bank Indonesia mencatat, indeks penjualan riil atau IPR pada Februari 2024 tercatat 214,1.

Baca Selengkapnya
Calon Investor Arab Saudi Mau Caplok 20 Persen Saham BSI
Calon Investor Arab Saudi Mau Caplok 20 Persen Saham BSI

Masuknya tambahan modal akan berdampak positif kepada para pemegang saham.

Baca Selengkapnya
Viral Wanita Bongkar Tabungan di Celengan, Isinya Rp45 Juta
Viral Wanita Bongkar Tabungan di Celengan, Isinya Rp45 Juta

Tak disangka saat dibuka uang dari celengan tersebut mencapai puluhan juta.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Superbank Luncurkan Tabungan Inovatif Pertama di Indonesia, Masyarakat Bisa Dapat Bunga Tinggi 10 Persen per Tahun
Superbank Luncurkan Tabungan Inovatif Pertama di Indonesia, Masyarakat Bisa Dapat Bunga Tinggi 10 Persen per Tahun

Nantinya Celengan by Superbank akan otomatis pecah ketika mencapai Rp5.000.000, atau bisa dipecahkan oleh nasabah tanpa penalti.

Baca Selengkapnya
Ada 123 Emiten Antre Melantai di BEI, Siap Serok Dana Rp59,68 Triliun
Ada 123 Emiten Antre Melantai di BEI, Siap Serok Dana Rp59,68 Triliun

Inarno bilang pasar saham domestik sampai dengan 28 Maret 2024 melanjutkan trend penguatan.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Tambah Lagi Perusahaan Melantai di Bursa Saham, FOLK Raup Dana Segar Rp57 Miliar dari IPO
Tambah Lagi Perusahaan Melantai di Bursa Saham, FOLK Raup Dana Segar Rp57 Miliar dari IPO

Dalam IPO, perseroan menawarkan sebanyak 570 juta saham biasa atau setara 14,44 persen.

Baca Selengkapnya
Empat Konglomerat yang Sukses Menghasilkan Harta Kekayaan Tanpa Warisan
Empat Konglomerat yang Sukses Menghasilkan Harta Kekayaan Tanpa Warisan

Forbes mencatat, hanya ada 26 dari 760 orang di dunia, yang memiliki kekayaan melimpah dari nol dengan kerja keras sendiri.

Baca Selengkapnya
Mengejutkan, Ternyata 23,7 Persen Orang Dewasa di Indonesia Belum Punya Rekening Bank
Mengejutkan, Ternyata 23,7 Persen Orang Dewasa di Indonesia Belum Punya Rekening Bank

Pada tahun 2023, tingkat inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 88,7 persen, atau lebih tinggi dari tahun 2022 yang sebesar 85,1 persen.

Baca Selengkapnya