Prasasti Lucem (Poh Sarang), Maklumat Kebhinekaan di Indonesia Ribuan Tahun Silam
Merdeka.com - Prasasti adalah salah satu peninggalan sejarah yang sangat berharga karena berisi tulisan yang bisa dibaca dan mampu menggambarkan kehidupan pada masa lalu di wilayah tersebut.
Salah satunya adalah Prasasti Lucem yang berada di Pohsarang, Desa Titik, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Prasasti ini merupakan peninggalan sejarah pada abad ke-11 Masehi.
Prasasti itu bertuliskan aktivitas penanaman pohon Boddhi dan pohon Beringin sebagai tanda selesainya pembangunan sebuah jalan di wilayah tersebut. Simak ulasannya.
Prasasti Lucem
©2023 Merdeka.com/arkenas.kemdikbud.go.id
Prasasti Lucem atau Lusem adalah sebuah prasasti yang ditemukan di Kabupaten Kediri dan saat ini menjadi salah satu destinasi wisata religi di Gereja Puhsarang.
Prasasti ini ditulis dengan huruf Kadiri Kwadrat (Kadiri Block Letter) dengan menggunakan bahasa Jawa Kuna dan dipahat di sebuah batu alam utuh (Natuursteen) yang bertuliskan angka tahun 934 Saka atau 1012 Masehi.
Berdasar dari angka tahun yang tertulis, prasasti Lucem diperkirakan ditulis pada masa Raja Dharmawangsa Teguh, yang berkuasa pada masa Kerajaan Kadiri.
Pasalnya, huruf yang digunakan untuk menulis prasasti Lucem itu adalah huruf khas yang berasal dari Masa Kadiri yang tidak dikenal pada masa-masa kerajaan Jawa Kuno lainnya.
Isi Prasasti
©2023 Merdeka.com/arkenas.kemdikbud.go.id
Prasasti Lucem terdiri dari empat baris dengan bagian terpanjangnya mencapai 190 cm, sedangkan ukuran masing-masingnya adalah 17x50 cm. Salah satu pembaca prasasti ini adalah seorang epigraf bernama Prof. MM. Sukarto Kartoatmodjo.
Prasasti tersebut bertuliskan “934 tewek ning hnu bineheraken da Mel samgat Lucem mpu Ghek sang apanji tepet i pananem boddhi waringin,”
Mengutip dari laman Kemdikbud, arti dari kalimat di atas adalah: “Pada tahun Saka 934 (1012 Masehi) ketika itu sebuah jalan dibenahi oleh Samgat (hakim) dari Lucem (bernama) Pu Ghek sembilan (titik) ditandai dengan melakukan penanaman (pohon) Boddhi (dan) Beringin,”
Maklumat Kebhinekaan
©2023 Merdeka.com/arkenas.kemdikbud.go.id
Sejarawan mengatakan bahwa isi dari prasasti tersebut merupakan maklumat kebhinekaan yang rupanya sudah dijalin oleh masyarakat Jawa Kuno di Indonesia sejak ribuan tahun silam.
Indikasinya adalah adanya penanaman pohon Boddhi dan Beringin sebagai tanda selesainya pembangunan jalan. Penanaman pohon tersebut rupanya merupakan upaya melestarikan lingkungan dan sekaligus mendukung aktivitas keagamaan di daerah tersebut.
Pohon Boddhi dan Beringin
©2023 Merdeka.com/arkenas.kemdikbud.go.id
Boddhi dipilih karena dalam ajaran Buddha, pohon tersebut dikategorikan sebagai pohon yang sakral. Hal tersebut berkaitan erat dengan kehidupan Sang Buddha yang ketika bertapa menerima pencerahan di bawah pohon Boddhi.
Adapun pohon Beringin dikaitkan dengan Kalpataru atau pohon kahyangan yang sudah dikenal sejak tahun 3000 SM di Mesir, Mesopotamia, Iran, dan sekitarnya. Pohon Kalpataru juga dipuja pada zaman Hindu, Buddha, dan Jaina karena diyakini sebagai tempat tinggal pada Dewa.
Penanaman pohon Boddhi dan Beringin adalah sebuah indikasi adanya kebhinekaan dari ajaran-ajaran yang ada dan sudah ditanamkan sejak ribuan tahun silam di Kerajaan Kadiri.
(mdk/mff)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seperti Masuk ke Zaman Dulu, Begini Potret Kampung Majapahit yang Resik dan Asri
Masih ada sebuah desa yang dijuluki sebagai 'Kampung Majapahit' lantaran memiliki corak bangunan yang begitu khas.
Baca SelengkapnyaRamai di Sosmed, Ini Sejarah Pacu Jalur Lomba Agustusan Khas Kuantan Singingi
Sejarah lomba pacu jalur kebanggaan masyakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau.
Baca SelengkapnyaPedang Berusia 1.000 Tahun Ditemukan di Dasar Sungai, Ada Tulisan Misterius di Bilahnya
Pedang Berusia 1.000 Tahun Ditemukan di Dasar Sungai, Ada Tulisan Misterius di Bilahnya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898
Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca SelengkapnyaCak Imin: Ada Teman Bilang Kita Tidak Perlu Pilkada Lagi Kalau Pelaksanaannya Ancam Kepala Desa
Muhaimin atau Cak Imin pada siang harinya juga mencuitkan soal slepet.
Baca SelengkapnyaSejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca SelengkapnyaMengenal Tari Selapanan, Kesenian Tradisional dari Keratuan Darah Putih Asal Provinsi Lampung
Kesenian tradisional dari Provinsi Lampung ini biasanya dibawakan ketika acara-acara besar di Keratuan Darah Putih.
Baca SelengkapnyaDesa di Bojonegoro Ini Jadi Daerah Istimewa sejak Kerajaan Majapahit, Syekh Jumadil Kubro Sesepuh Wali Songo Pernah Tinggal di Sini
Desa ini dikenal sebagai pusat peradaban sejak zaman Hindu Buddha di Indonesia
Baca SelengkapnyaSejarah Perayaan Imlek di Indonesia, dari Pelarangan hingga Penetapan Hari Libur Nasional
Perayaan Hari Raya Imlek bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia akan segera tiba, berikut sejarahnya.
Baca Selengkapnya