Kisah Tugiyem, Perempuan Asal Prambanan Tak Bisa Baca Tulis Jualan Bakmi di Belanda
Merdeka.com - Migrasi besar-besaran yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang memindahkan masyarakat Jawa ke Suriname menuai banyak cerita menarik.
Salah satunya adalah Tugiyem Sastropawiro. Ia adalah perempuan Jawa yang berasal dari Prambanan. Ia pindah ke Suriname dan bekerja sebagai buruh selama lima tahun.
Setelah kontraknya habis ia kemudian pindah ke Belanda, tepatnya di Kota Rotterdam. Berikut ini adalah ulasannya.
Bekerja di Perkebunan Tebu Suriname
©2022 Merdeka.com/tiktok/serbarujak
Tugiyem adalah salah satu buruh yang diambil dari Jawa dan dibawa ke Suriname. Tugiyem dipekerjakan di perkebunan tebu dan dibayar 3 sen perharinya.
Di Suriname ia mengerjakan berbagai hal seperti mencangkul, menanam, dan memanen tebu. Di Suriname ia dikontrak selama lima tahun.
“Di Suriname saya bekerja di Perkebunan, saya mencangkul, menyiangi, menanam, dan memanen tebu,” kata Tugiyem.
Pindah ke Kota
©2022 Merdeka.com/tiktok/serbarujak
Tugiyem menjalani kontrak selama lima tahun tersebut sampai habis. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pindah.
Tugiyem pindah ke kota (Rotterdam) Belanda. Hal itu ia lakukan dalam rangka untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup.
“Lalu saya pergi ke kota. Saya harus mencari pekerjaan, oleh sebab itu saya pergi ke sana,” lanjut Tugiyem.
Berjualan Bakmi di Rotterdam
©2022 Merdeka.com/tiktok/serbarujak
Setelah sampai di Rotterdam, Tugiyem menempati rumah barunya dan memulai hidup sendirian di rumah tersebut.
Tugiyem membuka stand makanan di sana dan berjualan seperti pecel, bakmi pisang goreng, dan lain sebagainya.
“Saya jual pecel, bakmi, pisang goreng, apa saja yang laku,” kata Tugiyem.
Tidak Bisa Baca Tulis
©2022 Merdeka.com/tiktok/serbarujak
Tugiyem tidak bisa berbahasa Belanda, oleh sebab itu aktivitas sehari-harinya seperti berbelanja ia lakukan di toko Suriname yang bisa berbahasa Jawa.
Tugiyem Sastroprawiro juga tidak bisa baca tulis. Itulah yang kemudian menyebabkan dirinya kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang Belanda.
Bahkan, ketika ia harus pergi ke rumah sakit, ia harus ditemani oleh orang yang bisa berbahasa Jawa dan Belanda.
Betah di Belanda
©2022 Merdeka.com/tiktok/serbarujak
Tugiyem mengaku bahwa ia masih betah tinggal di Belanda. Ia tidak ingin kembali ke Prambanan lantaran suaminya sudah meninggal di Belanda.
Tugiyem juga memiliki anak cucu di Suriname dan Belanda. Oleh sebab itu, ia mungkin sesekali akan mengunjungi Suriname untuk bertemu dengan anak dan cucunya.
“Saya tidak tahu bagaimana nanti, tetapi sekarang saya tinggal di sini,” kata Tugiyem.
(mdk/mff)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gempa susulan masih terjadi di Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Akibatnya, banyak warga yang enggan kembali ke rumah dan lebih memilih untuk mengungsi.
Baca SelengkapnyaPuan dalam orasinya menyatakan, jika nantinya pasangan Ganjar-Mahfud menang, maka ada tiga hal yang akan dimintanya.
Baca SelengkapnyaMinimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Para peneliti di India baru-baru ini menemukan seekor katak hidup dengan jamur kecil tumbuh di sisi tubuhnya. Yuk, simak penjelasannya!
Baca SelengkapnyaSeorang perempuan asal Turki baru-baru ini membawa kasus hukum terhadap suaminya karena suaminya tidak menjaga kebersihan.
Baca SelengkapnyaSeorang warga Lumajang, Jawa Timur menjadi korban pembacokan. Penganiayaan itu dilakukan kakak iparnya yang kemudian nekat membakar dirinya.
Baca SelengkapnyaRentetan gempa masih menghantui warga Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Akibatnya, sekitar 10 ribu jiwa memilih tinggal di pengungsian.
Baca SelengkapnyaAlih-alih duduk di warung makan, pria ini memilih makan sembari melihat tawuran di pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaDiungkap sang istri, pria berparas tampan itu kerap mendapat hinaan.
Baca Selengkapnya