Kecelakaan saat Bangun Musala, Tubuh Pria Ini Masih Dialiri Listrik 17 Hari
Merdeka.com - Hidup adalah karunia Tuhan yang paling berharga. Meski tak mudah, sudah sepantasnya kita sebagai manusia harus terus berjuang.
Kisah Sunaryono bisa menjadi tamparan keras. Ia pernah tersengat listrik hingga 17 hari terbaring sakit hingga akhirnya ia terpaksa kehilangan kedua tangan usai membangun musala.
Kini fisiknya tak sempurna. Namun, semangatnya masih terus membara untuk memperjuangkan impian keluarga. Simak ulasan selengkapnya berikut ini, dilansir dari kanal YouTube Wartabromo TV, Jumat (30/7/21).
Kerja Bakti Bangun Musala
Tak pernah terbayang bagi Sunaryono, hari itu bakal mengubah hidupnya. Semua hal itu diawali saat Sunaryono hendak berjibaku bersama warga lainnya, bekerja bakti.
"Saya suka kerja bakti, saya orang gak punya ya bisa bantu apa kalau bukan bantu tenaga?" katanya.
YouTube Wartabromo TV ©2021 Merdeka.com
Niat hati ingin turut gotong-royong membangun musala bersama, ia justru tersengat listrik. Kala itu, Sunaryono tengah memasang kubah musala.
"Tersengat listrik itu waktu saya mau buat kubah musala. Posisi saya waktu itu berada di atas," ujarnya.
17 Hari Tubuh Dialiri Listrik
Alhasil, tubuh Sunaryono pun kesakita. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Saat diperiksa, ada aliran listrik yang masih bersarang di tubuhnya. Hingga 17 hari, tim dokter tak mampu mengambil tindakan lebih jauh.
"17 hari masih ada listriknya. Ditespen masih ada listriknya," ceritanya.
YouTube Wartabromo TV ©2021 Merdeka.com
Dua Tangan DiamputasiAjaibnya, Sunaryono masih bertahan. Sunaryono lantas dirujuk ke salah satu rumah sakit di daerah Surabaya. Tim medis terpaksa harus mengamputasi kedua tangannya sekaligus. Jika tidak, dikhawatirkan bakal terjadi hal yang tak diinginkan pada saraf hingga jantung Sunaryono.
"Kalau gak diamputasi, bisa kena saraf atau jantung," terangnya.
Tetap Bekerja Keras
Dengan kondisi tubuhnya yang kini tak lagi sempurna, Sunaryono justru tak berpangku tangan. Beradaptasi, menarik becak, membuka warung untuk berjualan kopi, hingga menimba air sumur tetap ia lakoni seorang diri.
Selain pekerja keras dan pantang menyerah, kesempatan hidup yang diberikan Tuhan sekali lagi itu tak disia-siakan Sunaryono. Ia bertanggungjawab penuh untuk mencari nafkah bagi keluarganya.
YouTube Wartabromo TV ©2021 Merdeka.com
"Saya itu kepala keluarga, harus tetap semangat menafkahi keluarga. Awalnya ya memang bingung, bagaimana cara saya mendapatkan rejeki lagi," ceritanya.
(mdk/mta)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang pembudidaya belut mampu kembangkan hingga 200 kolam meski sempat diremehkan hingga merugi.
Baca SelengkapnyaPria ini memperlihatkan suasana IKN di malam hari yang begitu indah. Banyak pepohonan dan lampu-lampu yang bersinar terang.
Baca SelengkapnyaTerlihat dua orang pria asing tiba-tiba melakukan aksi kejahatan. Mereka melempar batu besar ke arah mobil yang tengah parkir di halaman rumah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Untuk memudahkan koordniasi, Giyatono membuat paguyuban pembuat keris. Paguyuban itu telah terdaftar sebagai salah satu kluster BRI
Baca SelengkapnyaJaringan di tangannya mengalami kematian atau tak berfungsi sehingga mesti operasi.
Baca SelengkapnyaPolres Malang langsung menggelar olah TKP di lokasi kejadian untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Baca SelengkapnyaPasien Kritis Meninggal Akibat Ditolak RS di Malang, Begini Penjelasan Rumah Sakit
Baca SelengkapnyaMengenali gejala tersedak pada bayi sangat penting untuk memberikan tindakan cepat dan tepat guna.
Baca SelengkapnyaPihak keluarga dan rekan-rekannya berusaha menolong, namun sia-sia sehingga dilaporkan ke Basarnas Kupang.
Baca Selengkapnya