Mbah Brambang, Sosok Pelestari Wayang Kertas yang Melawan Usia
Merdeka.com - Diterangi lampu bohlam berwarna kuning, ia menggoreskan kuasnya. Ia bernama Merto Wiredjo atau sering dipanggil Mbah Brambang. Seorang kakek yang saat ini menginjak usia 87 tahun. Meski di usia senja, ia tetap menjadi pengrajin wayang kertas. Selain kulit, kertas adalah bahan baku pembuatan wayang yang harganya lebih terjangkau. Mbah Brambang bertahan melestarikan kebudayaan dengan semangatnya yang di ujung usia.
Uniknya, Mbah Brambang tidak memakai kaca mata saat membuat wayang. Penglihatannya begitu jeli, masih sanggup membuat motif pahatan maupun cat pada kertas. Padahal, motif wayang terbilang sangat kecil. Tempat produksinya berada di rumahnya sendiri, di dusun Godegan, Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. Sudah 56 tahun ia menggeluti profesi tatah sungging pembuatan wayang.
Tatah sungging merupakan salah satu teknik pembuatan wayang. Dengan memahat bidang utama wayang dan mewarnainya dengan tinta. Teknik tersebut dipakai Mbah Brambang puluhan tahun sampai hasil karyanya dikenal hingga mancanegara.
Wayang Kertas Mbah Brambang©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Perlahan tapi pasti pisau pahat mulai menggores kertas. Pemukulnya terbuat dari kayu yang memiliki tekanan lebih lembut daripada pemukul besi. Usia uzur memang tak membuatnya patah semangat.
Kecintaanya pada wayang bermula dari hobinya menonton pagelaran wayang. Ia tak punya garis keluarga pembuat wayang atau bahkan pengrajin. Usahanya yang kuat dan kerja keras berhasil mewujudkan keinginan Mbah Brambang membuat kerajinan wayang.
Dahulu ia berniat mengenyam pendidikan, namun terkendala biaya. Hingga ia membeli satu wayang yang sudah jadi untuk dipelajari. Bahkan ia belajar kepada orang yang sudah ahli untuk membuat sketsa. Pasalnya, kemampuannya sebatas menjiplak dari motif yang sudah jadi.
Wayang Kertas Mbah Brambang©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Ditemani teh dengan cangkir model tahun 90 an ia melukis dengan rapi. Tokoh wayang yang pertama kali ia buat adalah Pandawa yang berjumlah lima. Hingga seiring waktu ia mulai ahli dengan membuat tokoh Kurawa, Punokawan, dan tokoh lainnya.
Kertas wondertex dipilih karena bersifat tahan air. Bahan wondertx termasuk kualitas premium wayang kertas yang dibuat Mbah Brambang. Selebihnya dapat dibuat dari berbagai macam jenis kertas biasa.
Wayang kertas lebih murah dan mampu menjangkau semua kalangan masyarakat. Dibanding wayang kulit asli yang harganya mencapai jutaan rupiah. Dengan begitu, ikon kebudayaan wayang akan tetap ada, tidak sampai hilang tinggal nama.
Wayang Kertas Mbah Brambang©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Bersaing dengan usia, kini produksi wayangnya tak secepat saat muda. Meja kerjanya harus disinari dengan lampu. Bahkan saat sedang banyak pesanan, Mbah Brambang rela lembur hingga malam. Lampu kuning inilah yang menjadi penuntunnya melukis pola pada kertas.
Tekstur pahatan disesuaikan dengan macam-macam bagian. Warna cat minyak juga harus sama dengan karakter tokoh. Permainan warna ini akan membuat tampilan wayang kertas mirip dengan wayang kulit yang mahal.
Tahap terakhir adalah pemasangan pegangan pada tubuh dan anggota gerak. Pada bagian tangan wayang dapat digerakkan dengan stik kayu. Alhasil, dalang akan dengan mudah menggerakkan tubuh wayang saat pementasan.
Wayang Kertas Mbah Brambang©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Meskipun wayang kertas buatan Mbah Brambang jarang dipentaskan, namun penggemarnya beragam. Mulai dari masyarakat umum, pegiat wayang, seniman, dalang muda, hingga wisatawan asing. Negara Malaysia, Singapura, Belanda, Korea Selatan, dan berbagai kota besar di Indonesia.
Benar-benar murah, wayang kertas mirip dengan wayang kulit asli ini dibanderol dengan harga Rp 30 ribu hingga Rp 175 ribu. Tak hanya pembeli, beberapa wisatawan datang karena mendengar kisah sosok legenda pelestari wayang kertas di Indonesia.
(mdk/Ibr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sosoknya dikenal sebagai salah satu maestro dalang yang sudah mulai memulai kariernya sejak tahun 1975 silam.
Baca SelengkapnyaPerempuan inspiratif asal Palembang ini menciptakan Kitas Simbur Cahaya yang berisi undang-undang tertulis berlandaskan kearifan lokal pertama di Nusantara.
Baca SelengkapnyaTanpa disadari boboko ada di hampir tiap dapur orang Sunda loh. Yuk kenalan lebih dekat
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah
Baca SelengkapnyaArti bunyi tokek sering kali dianggap memiliki makna khusus dalam berbagai kepercayaan dan budaya.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka jika soto tangkar berangkat dari ketidakmampuan warga Betawi membeli daging sapi. Begini kisahnya
Baca SelengkapnyaDua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Baca SelengkapnyaKeluarga ini tinggal di sebuah gubuk di pinggir kali yang rawan banjir dan longsor, beratap terpal dan beralas kardus.
Baca SelengkapnyaDalang hanya membacakan naskah, tanpa memainkan media wayang.
Baca Selengkapnya