Kenali 7 Jenis Stimulasi Sensori pada Anak dan Bagaimana Cara Melatihnya
Merdeka.com - Seribu hari pertama anak merupakan waktu yang sangat menentukan dalam kehidupannya. Hal ini menjadi masa-masa emas yang berpengaruh hingga ke masa depan.
Psikolog klinis anak Rayi Tanjung Sari menjelaskan pentingnya melatih stimulasi sensori pada 1.000 hari pertama kehidupan. Menurutnya, ada 7 stimulasi sensori yang harus diperhatikan orangtua dalam tumbuh kembang anak yaitu sensori penglihatan, penciuman, perasa, pendengaran, peraba/taktil, keseimbangan/vestibular, dan gerak otot/propiosetif.
“Anak-anak belajar menerima stimulasi dari 7 sensor ini agar masuk ke otak dan dikelola dengan baik sehingga anak-anak bisa mengeluarkan output yang tepat yang sesuai dengan konteks dan tuntutan lingkungan,” ujar Rayi dalam webminar Kalbe beberapa waktu lalu.
Jika 7 sensor ini tidak terstimulasi dengan baik, maka di otak akan ada kekacauan sehingga output-nya tidak maksimal atau tidak tepat.
“Melalui sensori ini otak anak juga akan berkembang. Setiap pengalaman yang diambil dari lingkungannya akan membuat sel-sel otak saling terhubung. Hal ini membuat otak berlatih sehingga bertumbuh dengan baik,” terangnya.
Memengaruhi Kemampuan Belajar
Rayi juga menyampaikan, melatih sensori ini penting karena akan berpengaruh pada kegiatan sehari-hari anak.
“Kalau ada kekacauan di otak karena sensor yang tidak optimal maka akan berpengaruh pada kemampuan belajar, rutinitas harian, dan perilaku karena ini saling terhubung,” terang Rayi.
Ia memberi contoh, anak yang membutuhkan stimulasi otot dan keseimbangan namun tidak dipenuhi sejak dini maka akan berpengaruh pada sulitnya anak untuk fokus, tidak kuatnya kerangka tubuh, sulit duduk tegak dan cenderung lebih suka bergerak.
“Karena sensori ini berkaitan dengan perencanaan gerak, struktur tubuh, kematangan reflek, perkembangan persepsi motorik, perilaku, hingga kemampuan belajar,” jelasnya.
Pelatihan stimulasi sensori bisa dilakukan dengan berbagai permainan dan setiap sensor memiliki pelatihan yang berbeda.
“Untuk sensor visual kita bisa main cat warna-warni, di sensori penciuman kita bisa belajar membedakan aroma berbagai rempah, di pengecapan bisa menebak rasa makanan, di pendengaran bisa dengan belajar mengenal bunyi berbagai binatang, di peraba bisa bermain slime atau membedakan tekstur,” kata Rayi.
Sensor keseimbangan bisa dilatih dengan bermain ayunan, berjalan di balok titian, dan bermain trampolin. Sedangkan sensor otot bisa dilatih dengan melakukan permainan merangkak dengan halang rintang, lempar tangkap bola, atau bermain gelantungan.
Reporter: Ade Nasihudin Al AnsoriSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengajarkan anak tentang emosi atau perasaan memang tidak mudah. Hal ini dikarenakan emosi adalah sebuah konsep yang abstrak.
Baca SelengkapnyaTidak hanya bisa bermain dan bersenang-senang, liburan juga bisa memberikan banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak.
Baca SelengkapnyaPada orangtua yang mulai mengenalkan dan mengajak puasa anak, terdapat sejumlah hal yang bisa diterapkan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pada saat anak sedang sakit, orangtua biasanya akan mengalami sejumlah kebingungan. Penting bagi orangtua untuk memerhatikan sejumlah hal.
Baca SelengkapnyaAnak yang sering tidur larut malam bisa mengalami berbagai masalah, mulai dari fisik, emosional, hingga akademik. Dampaknya pun bisa memengaruhi perkembangannya
Baca SelengkapnyaGejala selesma pada anak biasanya meliputi bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, hingga demam ringan. Namun kondisi ini bisa membaik dengan sendirinya.
Baca SelengkapnyaPenuaan dini adalah proses perubahan fisik dan mental yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
Baca SelengkapnyaKecerdasan pada anak memiliki bentuk yang berbeda-beda satu sama lain. Ketahui sejumlah jenis kecerdasan pada anak.
Baca SelengkapnyaSensory play membantu anak-anak belajar mengenali bentuk, tekstur, dan warna.
Baca Selengkapnya