Teater kebangsaan di HUT Megawati singgung Pilkada DKI dan impor beras
Merdeka.com - Perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-71 Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri disuguhkan dengan pagelaran teater kebangsaan berjudul Satyam Eva Jayate. Teater kebangsaan itu menyinggung soal kondisi sosial politik terkini, mulai dari Pilkada DKI Jakarta hingga impor beras.
Sejumlah tokoh dan seniman memainkan lakon cerita yang diadopsi alur Ramayana seperti Raja Raden Wijaya yang diperankan Sudjiwo Tedjo, rishi oleh Butet Kertaradjasa, permaisuri Happy Salma, putri raja oleh Inayah Wahid, Marwoto dan Susilo sebagai Adipati.
Lakon ini sebenarnya mengangkat tema tentang perjuangan menegakkan keadilan di tengah berbagai masalah yang terjadi berkembang di masyarakat. Cerita ini mengisahkan persaingan dua tokoh besar (politisi) yang bersaing memperebutkan kekuasaan.
Salah satu adegan yang menyinggung soal Pilkada DKI Jakarta dimainkan oleh Adipati Susilo. "Sekejam-kejamnya ibu tiri masih lebih kejam ibu kota, misalnya pilkada," ujarnya.
Isu soal impor beras juga disinggung dalam pentas. Contohnya, ketika Butet sebagai Rishi yaitu seorang suci atau penyair yang mendapat wahyu dalam agama Hindu, melakukan penafsiran mimpi Permaisuri.
"Ini mimpi bisa saja diartikan mencangkul-cangkul lapangan golf yang sangat luas itu, untuk dijadikan tempat perkebunan dan sawah-sawah, agar tidak impor beras," ucap Butet.
Beberapa adegan yang dimainkan juga mengundang gelak tawa dari para tamu undangan. Semisal, penampilan Inayah Wahid. Inayah yang berperan sebagai putri raja, sempat disangka kakaknya, Yenny Wahid oleh Marwoto.
"Mbak Yenny ya? Yang cagub itu," tanya seorang ajudan Adipati Marwoto. "Bukan itu kakak saya, enggak jadi maju," balas Inayah.
Gelaran teater kebangsaan yang dimainkan para seniman itu secara keseluruhan sangat menghibur para tamu yang hadir termasuk Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Para tamu undangan lain terdengar tertawa lepas saat para seniman melontarkan guyonan.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto membantah pagelaran teater kebangsaan berjudul Satyam Eva Jayate dalam perayaan ulang tahun Megawati berisi sindiran politik atau kepada pihak tertentu. Cerita tersebut, kata Hasto, murni berisi penghormatan dan perhatian Megawati terhadap lingkungan dan kebudayaan.
"Sejak awal Samuel Wattimena sebagai panitia ketemu Butet menyampaikan pesan yang penting ini tampilkan kegembiraan, tidak ada sindiran kepada siapapun, dan jangan ada yang merasa tersindir juga," kata Hasto.
Hasto menjelaskan, tema Satyam Eva Jayate diangkat untuk menyampaikan pesan bahwa kebenaran yang akan menang. Satyam Eva Jayate merupakan ucapan dari Pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya pada abad XIII.
"Ini pernyataan Raden Wijaya pada 1293, dan jadi bagian nilai-nilai penting yang diyakini bu Mega, dalam pasang-surutnya kehidupan beliau, beliau selalu percaya kebenaran itu," tegasnya.
Dalam cerita itu sempat disinggung soal isu-isu nasional baik yang terkini ataupun yang telah lalu. Semisal soal impor beras, mahar politik hingga Pilkada DKI Jakarta. Menurutnya, isu-isu yang diangkat dalam cerita merupakan hal biasa.
"Memangnya kita bicara tentang bahasa surgawi, kita biasa tentang kesenyapan, tentang tari-tarian yang tidak punya makna, kan pemaknaannya itu tidak lepas dari berbagai isu sekarang," tandasnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kata-kata pemilu lucu ini bisa jadi hiburan menghadapi suasana politik yang seringkali tegang dan serius.
Baca SelengkapnyaAcara ini serentak dilakukan sejajaran Polda Riau.
Baca SelengkapnyaSeorang remaja putra berinisial H (13) nyaris tewas akibat diserang buaya muara. Korban selamat meski mengalami banyak luka gigitan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Isinya seputar profesionalisme, fokus, hingga keluarga.
Baca SelengkapnyaBerikut potret perisai hidup dua pejabat negara kumpul bareng yang sosoknya bukan orang sembarangan.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, pertumbuhan ekonomi 80 persennya disumbang oleh wilayah barat Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerikut potret lawas putri Sang Proklamator hadiri pemakaman suaminya.
Baca SelengkapnyaSule mengakui ada tawaran yang datang kepada dirinya untuk terjun di dunia politik.
Baca SelengkapnyaBawaslu memastikan, mereka telah menjalankan apa yang menjadi tugasnya sebagai pengawas Pemilu.
Baca Selengkapnya