Kampanye dan Debat Tak Pengaruhi Elektabilitas Capres, Ini Alasannya
Debat diyakini tidak bakal banyak mengubah peta elektabilitas para calon presiden.
Debat diyakini tidak bakal banyak mengubah peta elektabilitas para calon presiden.
Kampanye dan Debat Tak Pengaruhi Elektabilitas Capres, Ini Alasannya
Peneliti senior Populi Center Usep Saepul Ahyar menjelaskan mengapa pasangan Calon Presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka mendapatkan elektabilitas tinggi, kendati jarang melakukan kampanye dan debat terbuka.
Faktor utamanya adalah banyak pemilih yang sudah memantapkan pilihannya di Pilpres 2024. Kini, tren elektabilitas Prabowo-Gibran terus naik karena pemilih yang sudah mantap."Kok jarang kampanye jarang debat tapi pemilihnya banyak dan mulai dikatakan pasangan nomor dua ini Prabowo-Gibran on the track menuju kemenangan. Ya karena trennya naik sementara yang lain turun," ujar Usep dalam rilis survei Populi Center secara daring, Senin (11/12).
Elektabilitas Prabowo-Gibran pada Desember mencapai 46,7 persen. Naik dari 43,1 persen pada November lalu. Sedangkan Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin memiliki elektabilitas yang sama yaitu 21,7 persen. Kedua pasangan calon presiden ini cenderung mengalami stagnasi.
Usep melihat, kampanye tidak terlalu efektif memberikan dampak elektabilitas kepada pasangan calon presiden yang ada. Karena pemilih sudah punya pilihannya masing-masing. Sehingga dalam 11 hari kampanye ini tidak menggeser elektabilitas para calon presiden."Saya menduga bahwa instrumen untuk kampanye ini tidak terlalu efektif di masing-masing ini. Atau mungkin karena kampanye tidak membantu banyak hal 11 hari ini. Karena memang pemilih mungkin sudah menentukan pilihan sebelumnya," ujarnya.
Pemilih sudah mantap menentukan pilihan karena calon presiden dan calon wakil presiden yang berlaga di Pilpres 2024 merupakan wajah-wajah yang sudah dikenal. Semuanya merupakan pejabat publik.
"Ketiga calon ini publik figur, yang berkontestasi di pilkada dan pilpres bahkan prabowo tiga pilpres. Jadi sebenarnya tidak aneh orang sudah memahami siapa masing-masing tiga capres itu," jelas Usep.Debat capres mendatang juga diprediksi tidak bakal berdampak banyak. Berbeda dengan Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Karena ada tokoh yang ditunggu publik saat itu untuk bicara yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Maka setelah debat dilakukan, terjadi pergeseran elektabilitas.
"Tapi kemudian setelah tampil banyak orang kecewa dan beralih ke kandidat lain. Dalam hal ini Anies. Dan setelah putaran kedua banyak yang mengalihkan dukungan ke Pak Anies waktu itu karena memang faktor lain bukan karena debat di awal. Tapi faktor hal lain misalnya soal identitas," jelas Usep.
Berbeda dengan Pilpres 2024, seluruh calon sudah dikenal. Debat diyakini tidak bakal banyak mengubah peta elektabilitas para calon presiden.Ditambah lagi, debat capres hanya ditunggu segelintir orang saja. Terutama bagi mereka yang peduli dengan isu yang dibawa dalam debat. Jumlah orang-orang yang menantikan paparan gagasan para capres hanya sedikit.
Sehingga untuk mengubah elektabilitas calon presiden di Pilpres 2024 ini sangat kecil bila menunggu hasil debat. "Debat itu kalau menurut saya hanya orang yang menunggu dan hanya sedikit debat nanti itu yang menunggu debat itu. Orang yang dari mau mengubah pilihan hanya sedikit sekali yang menunggu akan beralih karena debat. Kalau diprosentase tidak banyak mungkin 10 persen atau di bawah 10 persen," jelas Usep.
"Saya menduga nanti di debat nanti tidak terlalu banyak yang akan mengubah pilihan setelah debat. Karena orang sudah mengetahui dan masing-masing programnya," jelas Usep.