Indikator: Belum panaskan mesin saja Prabowo sudah dapat hampir 30 persen
Merdeka.com - Survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan bahwa Presiden Joko Widodo kembali mengungguli rivalnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Elektabilitas Jokowi mencapai 60,6 persen, dibandingkan dengan Prabowo 29,0 persen, dan yang menjawab tidak tahu 10,4 persen.
Survei nasional Indikator mengambil 1.200 responden yang mempunyai hak pilih dalam pemilu secara acak dengan metode multistage random sampling. Wawancara dilakukan dengan tatap muka langsung dan dilakukan quality control 20 persen dari semua sampel.
Survei dilaksanakan pada 25-31 Maret 2018, serta dilengkapi dengan data survei pada bulan Februari sebelumnya, yang memiliki responden 2020. Survei bulan Maret memiliki margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei bulan Februari memiliki margin of error kurang lebih 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei juga ditambahkan survei opini publik dilakukan di Jawa Barat pada 5-13 Maret, dan Jawa Tengah pada 12-21 Maret. Survei opini publik menggunakan 800 responden dengan margin of error 3,5 persen.
Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi mengatakan hasil tersebut baik untuk Prabowo. Sebab, survei ini dilakukan sebelum mantan Danjen Kopassus itu menerima mandat capres dari Gerindra. Meski, jika ditanya apakah memiliki pengaruh, dia tak menampiknya kendati harus kembali dilakukan survei untuk membuktikannya.
"Belum panaskan mesin saja Prabowo sudah dapat hampir 30 persen," ucap Burhanuddin ketika rilis survei di kantor Indikator, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/5).
Burhanuddin menambahkan, tren elektabilitas Jokowi juga meningkat dibandingkan survei September 2017 lalu, dari sebelumnya 58,9 persen. Sementara Prabowo, turun dari 31,3 persen. Menurut Burhanuddin hal ini tidak signifikan karena masih dalam rentang margin of error.
Sementara itu, ketika disimulasikan Jokowi melawan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, elektabilitas Jokowi mencapai 69,2 persen dibandingkan 15,7 dan tidak jawab 15,1. Lalu ketika melawan mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo, elektabilitas mencapai 70.7 persen dibanding 14.5 persen, dan tidak jawab 14.8 persen.
Burhanuddin menilai ketika Jokowi tidak melawan Prabowo, tidak tentu tokoh lainnya akan mendapatkan limpahan suara pendukung Prabowo. Hasil ini menunjukkan bahwa ada pendukung Prabowo yang bisa mendukung Jokowi.
"Data clear kalau Prabowo tidak maju tidak serta merta lari ke anyone but Jokowi," tandasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi memberikan kenaikan pangkat secara istimewa kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjadi Jenderal Kehormatan.
Baca SelengkapnyaProyeksi Prabowo ini berkaca pada kian meningkatnya daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaDirektur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menyebut peluang 2 putaran masih terbuka
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi mengirim utusan untuk mengajak rekonsiliasi, hingga akhirnya Prabowo masuk kabinet.
Baca SelengkapnyaMasa tenang Pemilu 2024 dimulai 11 Februari hingga 13 Februari. Kampanye politik pun dilarang digelar
Baca SelengkapnyaLembaga survei Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mencapai 56,2 persen di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaSeorang pria berbaju merah tampak hendak diseruduk kambing putih berkali-kali.
Baca SelengkapnyaDari dua lembaga survei, Prabowo berada di atas angin karena elektabilitasnya berada di urutan pertama dibanding pesaingnya.
Baca SelengkapnyaSalah satu faktor pendorongnya adalah penampilan Gibran dalam debat cawapres.
Baca SelengkapnyaIndikator Politik mencatat adanya Jokowi effect dalam melesatnya elektabilitas Prabowo Subianto.
Baca Selengkapnya