Elektabilitas naik, PKB klaim coattail effect Jokowi dan Ma'ruf Amin
Merdeka.com - Elektabilitas PKB melonjak setelah penetapan capres-cawapres hasil Survei Populi Center 23 September-1 Oktober 2018. Per awal Oktober elektabilitas PKB 10,3 persen, naik dari 6,6 persen pada Agustus 2018.
Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding mengatakan, ada beberapa faktor yang mendongkrak suara. Antara lain kerja calon legislatif dan kader partai di seluruh Indonesia. Serta, pemberitaan tentang PKB yang bikin masyarakat makin kenal.
Dia menambahkan, suara warga Nadhlatul Ulama (NU) merupakan faktor penting karena para Nahdliyin diyakini cenderung memilih PKB. Dan efek ekor jas (coattail effect) cawapres Ma'ruf Amin yang diasosiasikan dekat dengan PKB.
"Efek Pak Jokowi dan Kiai Ma'ruf yang notabene dipersepsi sebagai kader PKB," kata Karding lewat pesan singkat, Kamis (25/10).
Sementara, Wasekjen PKB Daniel Johan bersyukur atas hasil survei tersebut. Menurutnya, hasil ini berkat kerja keras kader dan doa kiai dan warga Nadhlatul Ulama.
Dia menyebut banyak agenda kerakyatan yang tengah diperjuangkan PKB di parlemen. Sehingga butuh dukungan besar agar mendapatkan kursi dominan di Senayan.
"Ini adalah kepercayaan rakyat yang sangat berarti bagi PKB, PKB akan terus bersama rakyat, berusaha sebaik-baikya dalam menyuarakan dan memperjuangkan aspirasi terdalam rakyat," tuturnya lewat pesan singkat.
Sebelumnya diberitakan, Elektabilitas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melonjak tajam setelah penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden. Partai hijau itu menyalip Golkar di urutan ketiga dengan elektabilitas sebesar 10,3 persen dalam survei Populi Center 23 September-1 Oktober 2018.
Posisi elektabilitas tertinggi masih menjadi milik PDI Perjuangan di angka 25,1 persen, kedua Gerindra 11,8 persen, ketiga PKB 10,3 persen, Golkar 10,2 persen, dan NasDem 4,2 persen.
Posisi ini berubah dari bulan Agustus 2018 dimana elektabilitas PKB di angka 6,6 persen. Direktur Eksekutif Populi Center Usep S Ahyar menjelaskan, PKB diuntungkan efek ekor jas (coattail effect) karena mengusung pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu diasosiasikan dengan cawapres Ma'ruf Amin.
"Pak Ma'ruf banyak diasosiasikan ke PKB, mengingat anak Ma'ruf Amin, Siti Ma'rifah juga PKB. Ma'ruf Amin juga mantan Rois Syuriah NU yang dekat dengan PKB. Kedua, PKB relatif solid, tidak ada konflik belakangan ini," ujarnya di Jakarta, Rabu (24/10).
Selain itu, PKB dinilai solid dan tidak bergejolak, seperti Golkar, PKS, Selain itu PKB diuntungkan dikotomi Islam dan non Islam.
"Momentum politik identitas yang mendikotomi Islam vs non Islam cenderung menguat, nah PKB dengan Islam moderatnya mendapatkan keuntungan," lanjut Usep.
Sementara itu, elektabilitas Demokrat di angka 3 persen, PKS 3 persen, PPP 2,7 persen, PAN 1,6, Hanura 1 persen. Sementara partai baru, Perindo 0,8 persen, Partai Garuda 0,5 persen, PSI 0,3 persen, PBB 0,2 persen, Berkarya 0,1 persen, dan PKPI 0 persen. Seluruh partai ini diprediksi tak masuk parlemen karena di bawah ambang batas parliamentary threshold sebesar 4 persen.
Usep menjelaskan, mengapa partai pengusung Prabowo-Sandiaga seperti Partai Demokrat, PKS, dan PAN memiliki elektabilitas rendah. Partai-partai itu tidak signifikan mendapatkan efek ekor jas lantaran Prabowo dan Sandiaga identik dengan Partai Gerindra.
"Yang mendapatkan efek ekor jas lebih banyak adalah partai pengusung utama yang diasosiasikan kepada tokoh tersebut. Misal Jokowi asosiakan ke PDIP, Ma'ruf Amin ke PKB. Prabowo dan Sandi ke Gerindra," jelasnya.
Survei ini melibatkan 1.470 responden yang dipilih secara acak (multistage random sampling). Survei memiliki margin of error 2,53 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu faktor pendorongnya adalah penampilan Gibran dalam debat cawapres.
Baca SelengkapnyaPDIP mengakui dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarga mempengaruhi kenaikan elektabilitas bacapres Ganjar Pranowo di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaKubu Prabowo-Gibran menilai upaya Presiden Jokowi mempertemukan antar kubu menjadi lawan politik tersebut merupakan baik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi meminta KPU dan para penyelenggara Pemilu memastikan tata kelola pelaksanaan Pemilu 2024 berjalan dengan baik.
Baca SelengkapnyaJokowi effect diyakini mampu mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran
Baca Selengkapnya80 persen pemilih puas atas kinerja Presiden Joko Widodo
Baca SelengkapnyaMayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaJokowi ingin KPU bertindak sesuai aturan pada pesta demokrasi lima tahunan.
Baca SelengkapnyaJK mengapresiasi Jokowi yang menegaskan tidak akan ikut kampanye Pilpres 2024.
Baca Selengkapnya