Warga minta korban kecelakaan Pasuruan dimakamkan bersama
Merdeka.com - Warga Candi Lontar, Sambi Kerep, Surabaya, Jawa Timur, berharap tujuh korban kecelakaan bus maut di Jalan Raya Ngembal, Pasuruan, disemayamkan secara bersamaan di TPU Babat Jerawat. Hal ini dikarenakan jarak antara rumah duka dengan dengan tempat pemakaman cukup jauh, yaitu sekitar tiga kilometer.
Menurut Ketua RW 7 Candi Lontar, Kec Sambi Kerep, Abdullah Chairuddin, jika dimakamkan pada waktu yang berbeda, akan menyita waktu dan tenaga karena harus mondar mandir dari lokasi rumah duka dengan makam.
"Kita berharap bisa dimakamkan secara bersamaan. Tapi kita kembalikan lagi permintaan keluarga korban," ujar Abdulah, Minggu (6/5) malam di lokasi rumah duka.
Sebelumnya keluarga korban mengaku sempat bingung untuk memulangkan jenazah. Sebab, pihak rumah sakit tempat jenazah disemayamkan, meminta biaya Rp 2 juta per jenazah. Warga RW 7 akhirnya mengumpulkan biaya swadaya untuk mengirim ambulans guna menjemput jenazah.
Namun, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini yang mengetahui kejadian nahas itu, datang ke lokasi rumah duka dan bersimpati untuk memberi bantuan.
Pemkot Surabaya mengirim empat unit ambulans lengkap dengan alat medis dan dokter untuk menjemput jenazah korban dan korban luka lainnya. Dinas Kesehatan Surabaya dan Kabag Kesra Pemkot Surabaya juga ikut dikirim ke lokasi korban luka.
"Kami tidak tahu kalau akan dibantu. Karena, pihak sana (rumah sakit) meminta siapa yang bertanggung jawab, kami menyikapinya dengan mengirim tiga ambulans," kata Abdullah.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pihak keluarga dan rekan-rekannya berusaha menolong, namun sia-sia sehingga dilaporkan ke Basarnas Kupang.
Baca SelengkapnyaTingginya gelombang dan naiknya permukaan laut merusak rumah warga
Baca SelengkapnyaSaksi Y dan saksi W pun langsung memberikan pertolongan pertama kepada korban.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Rata-rata titik kemacetan terjadi di titik menjelang dan setelah SPBU.
Baca SelengkapnyaKedua tersangka diduga sudah lama merencanakan aksinya.
Baca SelengkapnyaSetelah melakukan perbuatan asusila tersebut, tersangka kembali membujuk korban untuk menginap di rumahnya.
Baca SelengkapnyaTidak ditemukan tanda kekerasan dalam tubuh korban.
Baca SelengkapnyaAksi pelaku itu diduga disebabkan emosi dan tidak terima ditegur pengurus pesantren karena merokok saat jam puasa.
Baca SelengkapnyaKarena dua hari itu masih sepi sehingga pemudik bisa lebih nyaman menempuh perjalanan pulang.
Baca Selengkapnya