Wabah Rabies di NTT hingga Belasan Nyawa Melayang
Merdeka.com - Wabah rabies melanda Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT). Bermula dari 20 warga Desa Fenun yang menjadi korban gigitan anjing rabies. Satu korban di antaranya meninggal dunia.
Angka korban yang terinfeksi semakin bertambah usai ditemukan kasus serupa di tujuh kecamatan. Dari ketujuh kecamatan ini, Bupati TTS Egusem Pieter Tahun melaporkan terdapat 46 korban.
"Kasusnya bertambah sekarang sudah 46 orang," kata Bupati TTS Egusem Pieter Tahun," Rabu (31/5)
Tetapkan KLB
Pemerintah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan cara menisolasi daerah yang terinfeksi.
Surat penetapan KLB yang telah dikeluarkan itu bernomor DINKES. 07.3.1/2694/V/2023 dan ditandatangani Bupati TTS Egusem Pieter Tahun sejak 30 Mei lalu.
"Kami nyatakan KLB rabies untuk kesehatan sedangkan wabah rabies untuk peternakan," ujarnya kembali.
Dia menambahkan, ada dua yang ditetapkan untuk keadaan darurat saat ini yakni, KLB untuk kesehatan manusia yang ditangani oleh Dinas Kesehatan yang terkena rabies. Kemudian wabah untuk rabies yang menyerang hewan anjing untuk Dinas Peternakan.
Sementara itu, Pemerintah Daerah TTS juga telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk segera mengikat atau mengkandangkan hewan mereka khususnya anjing, kucing dan kera sebagai hewan pembawa rabies.
"Proses eliminasi dan pemusnahan adalah hal mutlak yang akan dilakukan, kita akan anggap hewan liar jika ditemukan dijalan," tegasnya.
Dia mengatakan, saat ini sudah ada 18 orang dari 45 orang yang telah divaksin dari 100 dosis vaksin yang dibantu oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTT.
Pernyataan Kemenkes
Menanggapi kondisi infeksi rabies yang semakin mengkhawatirkan di NTT, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menilai penyebab peningkatan kasus rabies itu akibat kondisi Covid-19. Dampaknya vaksinasi rabies kepada hewan-hewan mengalami keterhambatan.
"Puncaknya tahun 2022. Jadi pada tahun 2020, 2021 itu kan zaman Covid-19 semua kegiatan berhenti termasuk vaksinasi terhadap hewan peliharaan. Kemudian efektivitas vaksin yang disuntikkan kepada hewan juga sudah mulai menurun maka terjadi lonjakan yang luar biasa pada tahun 2022," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi dalam konferensi pers, Jumat (2/6)
Berdasarkan data Kemenkes, kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) pada 2020 sebanyak 82.634, dengan 40 kematian. Pada 2021 sempat menurun menjadi sebanyak 57.257, dengan 72 kematian. Kemudian pada 2022 kembali meningkat sebanyak 104.229 kasus dengan 102 kematian.
"Dan 2023 sampai saat ini sudah ada lebih dari 31.000 kasus gigitan yang dilaporkan, dan ada 11 kematian," imbuhnya.
Imran menambahkan, hingga Mei 2023 terdapat 25 provinsi yang menjadi endemis rabies dan hanya delapan provinsi yang bebas penyakit rabies.
Jumlah Korban
Berdasarkan informasi terbaru dilaporkan wabah rabies di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 515 orang.
Adapun bagian tubuh yang digigit anjing totalnya 531. Dengan rincian, bagian leher wajah dan kepala 32 orang, bahu ke bawah sampai lutut dan juga tangan berjumlah 212, betis ke bawah sampai jari kaki 287 orang.
Kepala Dinas Kesehatan dan Dukcapil NTT Ruth Diana Laiskodat menjelaskan, dari laporan yang diterima itu, tiga orang meninggal dunia. Korban meninggal dunia di antaranya, dua anak-anak dan satu orang dewasa.
"Jadi, sudah ada tiga korban yang meninggal dunia, di antaranya dua anak-anak dan satu orang dewasa," ujar Diana.
Dia mengatakan untuk korban yang meninggal dunia secara keseluruhan adalah 10 orang dari 5.940 kasus. Tertinggi terjadi di Kabupaten TTS yakni tiga orang, diikuti Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur berjumlah dua orang.
Teranyar, satu korban suspek rabies di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), dinyatakan meninggal dunia, Jumat (23/6) kemarin.
Korban merupakan bocah berusia delapan tahun berinisial FM asal Desa Fae, Kecamatan Amanatun Selatan itu sempat dirawat satu pekan di Puskesmas Oinlasi. Sehingga jumlah meninggal akibat virus rabies mencapai 11.
"Sedangkan kasus gejala hewan pembawa rabies (GHPR) tertinggi terjadi di Kabupaten Ngada yakni sebanyak 933 kasus. Sedangkan presentasi pemberian VAR pada kasus GHPR di NTT pada Januari 2022 hingga Juni 2023 sebesar 84,1 persen," paparnya.
Saat ini, wabah rabies terus meluas hingga ke 28 Kecamatan dan 131 Desa di kabupaten TTS. Dengan rincian, balita 81 orang, anak usia sekolah 171 orang, usia produktif 207 dan lansia 54 orang.
Reporter Magang: Alya Nurfakhira Zahra
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bocah laki-laki itu digigit anjing pada Selasa, 6 Februari sekitar pukul 15.00 WITA.
Baca SelengkapnyaCiri kucing rabies yang penting diketahui dan dipahami oleh semua orang.
Baca SelengkapnyaBupati Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) Herybertus G.L Nabit akhirnya buka suara terkait pemecatan ratusan nakes.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dengan upaya pencegahan, diharapkan dapat mengurangi kasus polio dan melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini.
Baca Selengkapnyaerluasan uji coba pengendalian Dengue di wilayah tersebut telah melalui penetapan nota kesepakatan antara Kemenkes dan Pemkot Bandung pada 18 Maret 2024.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca Selengkapnyasituasi penyakit hewan terkini mengindikasikan peningkatan jumlah ternak babi yang sakit dan mati di Kecamatan tersebut.
Baca SelengkapnyaInfeksi virus Nipah dapat dicegah dengan menghindari paparan terhadap babi dan kelelawar serta menerapkan kebiasaan bersih.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca Selengkapnya