Unsyiah ciptakan alat pengolahan air bersih bertenaga surya
Merdeka.com - Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (FT Unsyiah) menciptakan alat pengolahan air bertenaga surya. Alat canggih ini diberi nama Ie Dhiet 1.0 yang merupakan inovasi dosen dan mahasiswa jurusan Teknik Mesin Unsyiah.
Rektor Unsyiah, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng mengatakan, ini sangat penting karena banyak daerah di Aceh kondisi airnya masih payau, sehingga masyarakat kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
Selain itu, tidak semua desa di Aceh mendapatkan sumber air dari PDAM. Maka perlu ada terobosan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Alat ini diharapkan masyarakat bisa mengonsumsi air bersih yang layak.
"Unsyiah hanya memberikan teknologi untuk masyarakat, baik itu yang listriknya tidak ada, sumurnya susah, atau sumurnya harus dipompa dulu," kata Samsul.
Sementara itu Ketua Laboratorium Desain dan Manufaktur FT Unsyiah, Muhammad Tadjuddin ST MEngSc mengatakan, gagasan menciptakan Ie Dhiet 1.0 ini terinspirasi dari kondisi air di lokasi bencana seperti desa Meunasah Jurong, Kabupaten Pidie Jaya yang kurang layak untuk diminum karena banyak mengandung senyawa Fe (besi).
"Unit pengolahan air sistem bergerak ini cocoknya memang untuk daerah rawan bencana, tapi juga bisa digunakan di daerah lain yang kesulitan mendapatkan air bersih," katanya.
Tadjuddin menjelaskan, alat ini bekerja dengan cara tiga kali penyaringan yang filternya terdiri dari zat mangan, karbon aktif, filter 1 micron, dan filter 3 micron.
Setelah melewati tiga tahap penyaringan dengan menggunakan filter aktif tersebut, maka air yang dihasilkan bisa digunakan oleh masyarakat. Meskipun air yang dihasilkan bisa langsung dikonsumsi, namun Tadjuddin menegaskan air ini harus tetap dilakukan uji kelayakan di Badan Pengawan Obat dan Makanan (BPOM).
"Kalaupun airnya tidak bisa langsung diminum, setidaknya bisa diminum setelah dimasak ataupun sudah bisa digunakan untuk mandi," jelasnya.
Menurutnya, selain untuk pengolahan air bersih, alat ini juga menyimpan energi listrik dengan daya 220 volt dan fasilitas penerangan 12 volt. Sumber energi mesin berasal dari solar cell.
Untuk pembuatan, sebutnya, satu unit alat ini menghabiskan biaya Rp 30-35 juta dengan masa pengerjaan selama satu bulan.
"Sumber dana pembuatan dari sumbangan masyarakat Kalimantan Utara untuk korban gempa Pidie Jaya sebesar Rp 10 juta dan selebihnya dari Unsyiah. Rencananya, unit pengolahan air mobile ini akan dibawa ke Pidie Jaya pada Kamis, 30 Maret 2017," jelas dia.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada sejumlah catatan yang membuat penyemprotan air ke jalan tak sepenuhnya efektif mengurangi polusi udara.
Baca SelengkapnyaDi tengah-tengah masyarakat yang hidup berkecukupan, ada sebuah perkampungan dengan kondisi begitu miris.
Baca SelengkapnyaBuang air besar lebih sering dibanding biasanya bisa terjadi akibat sejumlah hal atau perubahan yang kita lakukan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sumur air memberikan keberlanjutan pasokan air, terutama saat terjadi gangguan pasokan air dari pihak ketiga.
Baca SelengkapnyaBantuan air ini diberikan oleh Kemhan dan Unhan RI sebagai pengabdian untuk masyarakat.
Baca SelengkapnyaPertalite Bercampur Air di Bekasi Ternyata akibat Tindak Kejahatan, Tiga Orang Jadi Tersangka
Baca SelengkapnyaSejumlah buah bisa jadi sajian yang tepat untuk berbuka puasa dan memenuhi kebutuhan air di tubuh dengan cepat.
Baca SelengkapnyaCurug Uci bisa dibilang serpihan surga di bumi Garut, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaSetelah menurunkan Pertalite sebanyak 1.800 liter, pelaku menerima uang sebesar Rp14 juta.
Baca Selengkapnya